Naskah yang diberikan Karan bukanlah merupakan naskah drama lengkap, hanya sebanyak dua lembar kertas berukuran A4. Di bagian atas, tertulis judulnya, "And Then There were None" yang dicuplik dari novel kriminal klasik karya Agatha Christie. Isinya hanya potongan-potongan dialog tak utuh dari beberapa adegan.
Beberapa hari sebelum audisi, Vanya dan Gwen telah berlatih keras. Keduanya sama-sama ingin tergabung dalam kelompok drama itu. Namun mereka punya tujuan yang berbeda. Gwen ingin terpilih sebagai salah satu pemeran dalam drama apa pun supaya tidak perlu membuat laporan, sedangkan Vanya karena ingin menarik perhatian Karan.
Dan pada hari Senin pukul tiga sore ....
Di ruangan berukuran 30 m² itu Vanya dan Gwen duduk di lantai di antara para calon anggota ekskul drama lainnya. Sebagian dari mereka adalah teman-teman seangkatan. Sisanya adalah para senior yang juga ingin bergabung. Totalnya mungkin tak lebih dari 25 orang. Sedangkan di depan, Karan, Naomi beserta keempat orang lainnya, berdiri berkeliling dan saling bicara pelan. Sepertinya mereka adalah para pengurus kelompok drama ini.
Setelah beberapa saat, Karan memisahkan diri dari kelompok kecil itu. "Sore, semua," sapanya di depan ruangan. Sementara temannya yang menjinjing kamera DSLR mulai mengabadikan momen-momen dalam ruangan itu, mulai dari Karan, keempat pengurus yang tersisa, serta para calon anggota baru.
"Sore, Kaaak," balas para mahasiswa yang duduk di lantai.
"Oke. Saya gak akan lama-lama karena kelihatannya kalian udah pada capek. Pertama-tama, saya mau ngucapin selamat datang. Apa kabar, semua?"
"Baiiik."
"Terima kasih kalian udah memutuskan untuk bergabung dengan ekskul ini. Seperti yang udah saya jelasin waktu open house, ekskul ini punya program setiap tahunnya, yaitu pementasan drama yang berlangsung pada bulan April nanti.
"Jangan khawatir, anggota baru juga punya kesempatan untuk ambil bagian setelah diaudisi. Jadi audisi hari ini bukan cuma untuk mencari anggota baru, tapi juga sekaligus mencari pemeran. Karena itu, saya harap usaha kalian bukan cuma untuk diterima sebagai anggota, ya. Kalau kepilih jadi pemeran 'kan enak, gak usah bikin laporan." Karan terkekeh, tapi tak ada yang menanggapi, tak terkecuali Vanya.
"Ada pertanyaan?" Pemuda itu bertanya di akhir kekehnya.
"Nanti siapa yang mengaudisi, Kak?" Seorang gadis yang duduk bersandar pada dinding bertanya sambil mengacungkan tangan.
"Kenapa? Kamu takut diaudisi dosen, ya?" ledek Karan yang kali ini ditanggapi dengan tawa sebagian kecil penghuni ruangan. "Gak usah takut. Gak ada dosen yang terlibat dalam ekskul ini. Cuma saya, Kak Fritz dan Kak Naomi yang mengaudisi," bebernya sambil menunjuk ke arah keempat temannya yang berdiri di sudut. Namun tak jelas, orang mana saja yang ia tunjuk.
Gwen mencondongkan kepalanya ke arah Vanya. "Serius lo, mau jadiin cowok garing gitu gebetan?" bisiknya.
Vanya mengakui, lelaki ini memang garing, hingga ia terkekeh. Sayangnya, tawa keduanya malah mengundang perhatian Karan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Road to Mantan
ChickLit[ChickLit/Slice of life] Kalau ada seseorang yang bisa bikin Vanya gagal move on, itu adalah Karan, mantan terindahnya di masa kuliah. Usaha apa pun ia tempuh demi bisa bersama laki-laki itu lagi, termasuk jadi stalker media sosialnya dengan akun pa...