Vanya dan Gwen berada di ruangan berukuran 30 m² itu lagi. Mereka kembali menghadapi keenam pengurus yang sama serta Naomi--yang semakin jutek dengan keberadaan Vanya, tapi anggota-anggota yang agak berbeda. Para calon anggota yang mereka temui seminggu lalu sudah berkurang. Namun kali ini, anggota-anggota lama juga berada di antara mereka, termasuk Maura dan Aluna, teman se-geng Naomi yang sempat mengadang Vanya.
“Selamat sore, semua,” sapa Karan di depan ruangan, seperti biasa.
“Soreee,” balas para anggota baru dan lama bersamaan.
“Sebelumnya, saya mau ngucapin selamat buat kalian karena udah resmi jadi anggota ekskul ini. Dan selamat juga yang terpilih untuk ikut pementasan. Yang belum terpilih jangan kecil hati ya, karena bagi kalian yang mahasiswa baru, masih ada tiga kesempatan lagi. Apalagi kalau lulusnya lama.” Karan terkekeh yang disambut dengan kekeh para anggota di beberapa tempat. Kekeh malas, tepatnya, sekadar membuat senang si pembicara.
“Basi, Bang. Dari tahun lalu bercandanya gak update,” gumam seorang gadis di samping Vanya.
Serta merta Vanya menoleh. “Serius?” cetusnya.
“He eh.” Gadis yang juga berambut pendek itu mengangguk. “Tapi kalau jadi ketua emang oke, sih. Tegas, adil. Katanya lebih baik daripada ketua sebelumnya, suka pilih kasih. Kalau pentas, temen-temennya sendiri yang dikasih porsi. Makanya waktu itu banyak yang mengundurkan diri.”
Vanya manggut-manggut.
“Kalau pengurus yang ini, yang gak becus cuma Naomi. Denger-denger dia naksir Karan.” Gadis itu meneruskan gibahnya. Keyakinan Vanya pun terbukti, si Jutek itu memang naksir Karan dan tak ingin tersaingi.
“Lo hati-hati aja sama dia. Sama Maura dan Aluna juga. Mereka se-geng.”
“Oke.”
“Gue Kiora. Semester tiga. Lo?” Gadis itu mengulurkan tangannya.
“Vanya. Maba.” Vanya menyambut tangan gadis itu dalam jabatannya. “Ini temen gue. Gwen.” Ditariknya lengan blus gadis itu untuk menarik perhatiannya.
“Halo,” sapa Gwen saat tangan mereka saling menjabat.
Karan masih bicara saat perhatian mereka kembali ke depan. “Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami para pengurus wajib memperkenalkan diri. Dan saya, Karan, minta maaf sebesar-besarnya karena tahun ini saya masih menjabat sebagai ketua,” candanya yang kembali ditanggapi dengan kekeh malas oleh beberapa orang.
“Teman-teman, silakan,” pinta pemuda itu kemudian pada rekan-rekannya yang kini berdiri berjajar.
“Fritz. Wakil ketua.”
“Naomi. Sekretaris.”
“Angel. Bendahara,” ujar gadis berekor kuda yang pada saat audisi duduk di meja. Di sampingnya, berdiri pemuda yang pada saat itu duduk bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Road to Mantan
ChickLit[ChickLit/Slice of life] Kalau ada seseorang yang bisa bikin Vanya gagal move on, itu adalah Karan, mantan terindahnya di masa kuliah. Usaha apa pun ia tempuh demi bisa bersama laki-laki itu lagi, termasuk jadi stalker media sosialnya dengan akun pa...