Sore harinya, dua keluarga Lisa dan juga Jennie sama sama mengunjungi peristirahatan terakhir Sandara Park. Sebuah nisan dengan nama dan tanggal lahir tertera disana.
Jennie berjongkok termenung menyentuh sisi nisan ibu kandungnya. Selama ia hidup, kenyataan pahit ini baru saja diketahuinya. Dibalik kacamata hitam yang ia kenakan, wanita itu menangis terisak.
Yoorae dan Jiwoon sama sama terisak pelan. Sebelum ketempat pemakaman ini, di mansion The Kim's tadi Yoorae menjelaskan segalanya. Bahkan tentang cincin yang diberikan Lisa yang merupakan cincin dari mendiang Dara yang saat hari Jennie diadopsi oleh keluarga Kim ayah dari Dara itu menitipkannya pada Jiwoon.
"M-mommy, I'm so sorry for all the pain you felt in the past." Ujar Jennie yang dapat didengar mereka.
Suara wanita bergaun hitam itu terdengar tersendat. Lisa menguatkannya dengan mengelus bahu serta memeluknya.
"Aku juga meminta maaf karna baru mengunjungi tempat peristirahatanmu hari ini. Apakah mommy marah kepadaku? Apa jika kau masih hidup, kaukah yang akan mendandani ku esok hari?"
Hati Yoorae tergores ketika mendengar ucapan Jennie. Meski Jennie terdengar cukup wajar mengatakan hal tersebut pada mendiang ibu kandungnya, perasaan Yoorae sebagai seorang ibu dan kasih sayangnya terluka.
Ia merasa gagal dalam menjaga Jennie. Wanita paruh baya itu menangis dalam pelukan Daewook. Daewook dengan setia menenangkannya. Bukan hal mudah juga untuknya melihat kedua wanita yang paling disayanginya menangis seperti itu.
"Love, Mommy Dara tidak akan pernah marah padamu. Aku yakin kau pasti putri kesayangannya," Lisa mengecup lembut pelipis kiri istrinya tersebut "Dan jika ia masih bersama kita, tentu saja esok hari kau akan didampingi dan dirias oleh 3 malaikat."
Lisa melirik ibunya dan Yoorae. Ia mengulas senyum tipis "Remember, you still have Mommy Yoorae and Mommy Jiwoon."
Jennie menunduk dan mengecup lama nisan Dara. Dalam hatinya serangkaian doa ia ucapkan. Lisa menatap nisan itu dengan dalam. Ia berdoa dan memohon restu agar esok hari pernikahannya dengan Jennie ikut direstui Dara dari atas sana.
Jiwoon melepas rangkulan David. Wanita paruh baya itu ikut berjongkok dan mengelus pundak Jennie. Senyum tipisnya terulas.
"Dara, kini janjiku padamu sudah aku selesaikan. Yoorae mengurus putrimu dengan sangat baik. Dia membesarkan Ruby tanpa sedikitpun kekurangan, kau dari atas sana pasti mengetahui segalanya bukan?" Mengusap air mata disudut matanya, ia menatap Yoorae.
"Restuilah pernikahan antara kedua putri kita dari atas sana ya, Dara"
Yoorae menyimpan buket bunga yang dibawanya. Ia menghela nafasnya panjang "Terima kasih karna telah menitipkan seorang malaikat kecil dalam hidupku, Dara. Dan maaf karena aku berniat untuk mengingkari janjiku padamu sebelumnya."
Wanita paruh baya itu menunduk sejenak "Semoga kau beristirahat dengan tenang, Sandara Park."
Mereka sama sama berdoa untuk mendiang Dara hari itu. Sebelum akhirnya kembali ke mansion utama The Kim's. Lisa mengusap rambut coklat Jennie.
Wanitanya tampak kelelahan. Jennie meminta agar setelah pulang nanti, ia memiliki waktu sendiri. Yoorae dan Jiwoon menyetujuinya. Mereka mengerti mungkin fakta mengenai Dara cukup mengguncang Jennie.
Lisa yang khawatir tentang istrinya bersikukuh menemani.
Disisi lain tempat peristirahatan Dara, dekat pohon oak besar seorang pria paruh baya berdiri dengan wajah datar. Kacamata hitam menutupi manik mata cerahnya yang nampak memperhatikan lekat kearah Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Good or Bad?
Fanfiction[Beberapa part harus di privat, follow baru bisa membuka dan membacanya!] ⚠️Warning 17+, Be wise in reading stories!⚠️ Jennie terkejut ketika mendapati dirinya terbaring bersama dengan seorang wanita. Wanita yang dihindarinya selama 4 tahun belakang...