2 hari berlalu, mansion Brüschweiler nampak sedikit ramai. Keluarga Kim's mengunjungi mereka ke Incheon. Yoorae memeluk Jiwoon, dan sama sama bertukar kabar. Sedangkan Daewook dan David sudah masuk menuju halaman belakang.
"Aunty Jiwoon, dimana Lisa?" Tanya Eunseo yang tengah menggendong putranya.
San terlihat tampan dengan kaus yang berwarna biru dan celana jeans yang dikenakan Jiyeon. Dikepalanya ia mengenakan topi berwarna hitam.
"Dia masih dikamarnya, mungkin---"
"I'm here, everyone." Ujar Lisa menyela ucapan Jiwoon.
Jiwoon menatapnya sekilas. Wanita paruh baya itu kemudian memilih memangku San, dan mengecupi pipi chubby nya.
"Tampan sekali anak ini," Jiwoon tersenyum kearah Jiyeon "Matanya tampak sama persis sepertimu, Jiyeon-ah."
Jiyeon mengangguk setuju "Hanya matanya saja Aunty, wajahnya sepenuhnya meniru Juyeon."
Eunseo tersenyum miring "Tentu saja, aku yang menanam benihnya."
Yoorae melotot kearah putrinya tersebut "Jaga bicaramu, Juyeon-ah!" tegurnya takut San akan mengikuti setiap perkataan Eunseo.
"Dada pukul ma," San menyeletuk setelah melempar sebuah mainan yang disodorkan Lisa.
Mainan itu mengenai kepala Eunseo, membuat semua orang tertawa kecil.
"Lisa! Jangan mengajari putraku untuk melempar mainan," Jiyeon menegur teman Eunseo tersebut.
Karna memang ia sempat melihat dan mendengar Liss membisiki putranya agar melempar mainan itu kearah Eunseo.
"Hey, aku tidak melakukan apapun Jiyeon-ah."
"Ck! Pendengaran ku masih normal, Lalisa. Jangan mengelak lagi." Akhirnya Jiwoon menjewer telinga wanita itu.
"Duduklah! Atau kau bisa menyusul Daddymu ditaman,"
Eunseo berdiri "Kurasa aku perlu membicarakan sesuatu dengan Lisa,"
Wanita itu menuju ke taman mansion. Lisa mengikutinya. Sepanjang lorong, keduanya terdiam. Rahang Eunseo terlihat mengeras. Lalu, satu pukulan akhirnya ia arahkan kearah Lisa.
"Woah, bajingan! Apa yang kau lakukan," Lisa beruntung ia memiliki insting yang tanggap. Sehingga pukulan Eunseo, bisa dihadangnya.
Eunseo menderukan nafas. Wanita itu kesal pada Lisa yang menutup nutupi tentang Ruby sama seperti ayahnya.
"Aku ingin menghancurkan wajahmu itu sialan! Kenapa kau tidak memberitahukan segalanya padaku, Lisa?!"
Lisa menyentak tubuh Eunseo menjauhinya. Mereka berdua bertatapan dengan datar. Memasukkan tangannya kedalam celana, wanita itu menggidikkan bahunya sekilas.
"Sengaja ingin menguji, sampai sejauh apa kemampuan orang orangmu untuk melacak keberadaan Ruby." Lisa tertawa mengejek.
"Ternyata sebegitu payah ya, Eunseo."
"Sialan!" Dengus Eunseo yang kembali berjalan untuk tiba di taman.
"Jika Sehun disaingkan dengan Seulgi juga Jisoo tentu saja kalah! Mereka dua orang yang didik langsung oleh Jackson, sedangkan Sehun hanya didikan bawahannya."
Lisa menyeringai geli "Karna kau miskin, Juyeon-ah. Jadi tidak sanggup membeli dua terbaik itu,"
Eunseo mengepalkan tangannya. Hampir menonjok wajah Lisa seandainya wanita itu tidak segera berlari meninggalkannya.
"Sudahlah, cukup main mainnya." Ujar Lisa "Besok aku akan kembali ke Seoul, kau bisa ikut dan menemui Ruby."
Manik Eunseo tampak tertarik. Tetapi ketika melihat seringai kecil tajam Lisa, wanita itu mendengus sebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Good or Bad?
Fanfiction[Beberapa part harus di privat, follow baru bisa membuka dan membacanya!] ⚠️Warning 17+, Be wise in reading stories!⚠️ Jennie terkejut ketika mendapati dirinya terbaring bersama dengan seorang wanita. Wanita yang dihindarinya selama 4 tahun belakang...