7. Dunia Pertama

2.9K 230 0
                                    

Di ruangan serba putih dengan bau obat obatan flora hanya bisa melirikan matanya tanpa bisa menggerakan badan nya, satu tetes air mata jatuh, untuk kesekian kali flora kembali menangis.

'Sistem apa gue bakal kek gini selamanya?'

"Tidak tuan, anda bersabarlah. Arland akan membantu anda, berhenti menangis tuan, anda membuat saya sedih" ujar sistem dengan suara paraunya.

'Gue mau balik sis. Ayo antar gue balik ke rumah gue. Gue kangen orang tua gue'

"Bersabarlah tuan. Saya baru saja mendapat kabar kalau clau lah yg memasukan racun itu di roti anda tuan."

'Antagonis tetaplah antagonis cih' batin flora geram.

"Tapi tuan, saya merasa aneh dengan sikap clau ini. Sepertinya dia bukan lah claudia, sebelum saya mengirim anda kesini saya mendapat laporan bahwa pemeran utama adalah antagonisnya. Tapi dari penelitian yg saya lakukan pemeran utamalah yg menderita."

'Sepertinya gue tau sis. Aahhh coba aja gue bisa gerak gue bakal cepet. Selidiki keganjalan ini' batin flora melirik pintu yg di buka oleh arland.

"Gimana keadaan kamu?" Tanya arland lalu mendekat.

"Kamu nangis? Apa yg kamu sedih kan?" Ujar arland membantu menghapus airmata flora.

'Banyak ar, banyak hal yg aku sedihkan' sahut flora dalam hati tersenyum miris.

"Kamu cantik, aku akan menjagamu sampai kamu benar benar sembuh" ujar arland tersenyum lebar. Ingin sekali flora membalas senyum itu namun dirinya hanya bisa melirik arland dengan wajah yg tanpa ekspresi.

Brak

Pintu di buka membuat arland menatap 2 makhluk yg sama sama ngos ngosan.

"Si-siapa... yg... hosh... hosh... sakit?" Tanya rean membuat arland mendatarkan wajahnya.

"Dia siapa?" Tanya jason menatap flora yg melirik mereka tanpa berkata.

"Natasya... racun racikan menginfeksi tubuhnya" sahut arland menggenggam lembut tangan pucat lemas milik flora.

"Hay nata... gue rean... gue tau lo kok gue sering liat lo di suruh sama orang apa lagi genta dkk" flora diam membuat rean menyirit bingung, wajah yg flora tampilkan tetap sama ya itu tanpa ekspresi.

"Racun racikan itu membuat seluruh tubuh natasya lemas, dirinya tak dapat menggerakan tubuhnya, dan suaranya hilang kata dokter nicholas" jason menatap arland lalu tersenyum tipis.

"Gue tau.. nama gue jason, gue adik tiri arland..." ujar jason menatap flora yg menatapnya juga.

'Kalian orang baik' batin flora tersenyum sendu.

"Semangat lah tuan... maafkan saya saya tidak dapat menyembuhkan anda, poin dan persenan kesehatan tidak akan bisa menyembuhkan anda tuan. Saya masih belum tau racun jenis apa yg wanita itu beri pada anda"

'Tidak apa. Aku menikmati masa sakit ini' ujar flora lalu menutup matanya.

"Mungkin natasya mau tidur" ujar rean di angguki jason. Jason memakan camilan di sofa di ikuti rean.

Malam pun tiba, ruangan flora amat sangat sepi tadi setelah rean, jason, serta arland pamit pulang untuk bersih bersih. Dan mereka berjanji akan kembali untuk menginap menjaga flora.

Ceklek

Pintu ruangan flora di buka, nampaklah dokter nisa dengan jas kebanggaan nya. Mendekat dengan tersenyum manis.

"Hay nata... saya dokter nisa, dokter yg menangani penyakit arland. Kamu pasti tidak tau jika arland memiliki penyakit bukan?" Flora hanya menatap nisa tanpa berkedip.

'Apa arland sakit parah sistem?'

"Saya rasa tidak. Dengarkan saja apa yg dokter nisa katakan tuan" sahut sistem.

"Kamu tau sayang. Dulu arland sangat susah untuk mengekspresikan apa yg ia rasakan, semenjak keluarganya hancur setelah kehilangan adik perempuan nya. Kamu tau arland sangat menyayangi adiknya. Tapi saat bertemu denganmu arland memiliki sedikit kemajuan setelah 13 tahun mengalami hal itu." Flora dengan diam menyimak ucapan dokter nisa.

"Dia bahkan bisa mengekspresikan takut, dan khawatir dalam waktu bersamaan. Dan saya melihat arland seperti itu karna kamu"

"Kamu cantik sayang. Jangan menangis. Sudah kesekian kali kamu menangis, saya tau. Racun racikan hanya bisa di buat oleh ilmuwan seperti suami saya. Maafkan saya jika mungkin anak saya akan terlibat dengan apa yg kamu alami." Flora terkejut mendengar ucapan nisa.

'Sis jadi bukan cuma clau yg benci sama gue?'

"Tidak tuan. Hanya clau yg membenci anda, jelasnya clau membeli racun racikan yg dari rick anak dokter nisa, Rick di ajarkan oleh suamu dokter nisa, dengan tujuan melumpuhkan musuh, tapi hal itu di salah gunakan oleh Rick tuan." Jelas sistem.

"Saya berjanji akan segera meminta penawar untuk mu pada suami saya. Saya akan menemui kamu lusa. Saya janji akan menghukum anak saya yg sudah salah menggunakan ilmu yg di beri suami saya. Sekali lagi maafkan saya natasya" flora ingin. Sangat ingin merengkuh tubuh nisa dengan mengatakan bahwa ia baik baik saja. Namun saat ini ia hanya bisa diam bak patung yg bernafas.

Setelah kepergian nisa, air mata flora kembali turun. Dia sedih... dan haru secara bersamaan. Banyak orang yg menyayanginya, bhkan orang yg tak di kenal seperti mereka.

Sehingga seorang wanita parau baya masuk menenteng jasnya. Dia ami. Menatap flora dengan tatapan lenbut, ada desiran aneh di hati ami maupun flora saat mata mereka bertubrukan.

"Hayy nata... saya ami. Saya mama arland. Tadi sebelum arland pulang dia meminta mama menjaga kamu dan mengajak kamu bercerita. Apa infusmu habis sayang? Astaga kenapa dokter nicholas melupakan pasien nya saat ini" celoteh ami membuat hati flora menghangat.

Ceklek

Lalu dokter nicholas datang tersenyum canggung pada ami yg menatapnya garang.

"Gimana bisa kamu lupa mengganti infus nata nic... mau suami saya pecat kamu heehh?" Sontak nicholas menggeleng cepat.

"Maaf dokter ami, tadi ada masalah di kamar salah satu pasien, sampai saya lupa dengan pasien natasya" ujar nicholas membela diri.

"Ya udah kenapa diam di situ, ganti infusnya, kamu mau saya gibeng atau saya tendang" nicholas dengan cepat menggeleng lalu mengganti infus flora. Flora ingin tertawa melihat wajah nicholas yg menurutnya seperti takut tapi harus berani.

"Sayang apa kamu ingin mama ceritakan sebuah kisah? Dulu arland kalau sakit pasti meminta mama untuk menceritakan kisah yg menarik, oya mama lupa mama meninggalkan pasien di ruang tunggu" ujar ami dengan pekikan di akhir kalimat.

"Dokter nick bisakah anda menjemput salah satu pasien yg tadi saya ajak di ruang tunggu kamar mawar?" Sontak nicholas menatap ami takut.

"Tapi dokter ami. Lorong mawar terkenal menakutkan saya..."

"Bhahahaha" ami meledakan tawanya membuat nicholas tambah malu berkali kali lipat.

"Anda pria penakut dokter nick"

"Tidak dokter ami... saya hanya malas kesana"

"Omong kosong apa yg anda ucapkan dokter... haha... aduh perut saya sakit" nicholas menunduk menutupi wajahnya yg memerah malu.

"Sudah lah... cepat jemput pasien itu, kasian dia menunggu" mau tak mau suka tak suka nicholas meng iyakan ucapan dokter ami. Yg membuat ami tersenyum senang. Setelah kepergian nicholas, ami terus berceloteh dengan menceritakan pengalaman arland, kisah hidupnya, bhkan sampai sebuah dongeng.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang