5. Dunia Pertama

3.2K 251 3
                                    

2 bulan berlalu begitu cepat. Flora saat ini memandang wajahnya di cermin rias nya. Matanya menatap bingung wajahnya sendiri.

"Sis kenapa sedikit demi sedikit semuanya berubah" ujar nya lirih menatap sendu dirinya sendiri.

"Bersabarlah tuan. Saat ini genta dan laras masih ada di pihak anda tuan" ujar sistem sedikit ragu dengan ucapan nya.

"Bukan kah itu artinya mereka juga bisa saja berbalik ke pihak nya sis" sahut flora membuat sistem diam. Sistem tau tuan nya itu pintar mengartikan kata kata. Kecerdasan nya yg di atas rata rata membuat sistem sedikit berhati hati jika bermain kata, takut jika tuan nya bersedih.

"Semangat lah tuan. Saya yakin anda akan kedatangan seseorang yg akan selalu ada di pihak anda" ujar sistem membuat flora tersenyum sinis.

"Mari kita berangkat" dalam sekejap wajah flora berubah ceria. Menyambar tasnya dan pergi menuju ruang makan.

"Pagi mami, papi, abang abang and kakak kakak aku" ujarnya di balas senyum manis oleh laras dan genta tapi tidak dengan lain nya yg menatapnya datar.

"Mami... aku mau makan pak..."

"Roti dengan selai kacang, ayo di makan" potong megan meletakan 2 roti di piring flora dan selai kacang di depan nya.

Flora terdiam. Apa mami nya ini serius menyuruhnya memakan ini? Pikirnya dengan tatapan kosong.

"Mami apaan sih. Di meja masih ada nasi dan lauk kenapa nata di beri roti?" Tanya laras membela flora.

"Diam lah ras. Dia perlu di kasih pelajaran karna pulang larut dengan alasan belajar kelompok" sahut kenan membuat laras diam.

"Ga papa kak, flo suka roti... tapi kayaknya flo mau langsung berangkat aja." Ujarnya lalu berdiri dari duduknya.

"Natasya lo ga boleh gitu... mami nyiapin ini khusus buat lo. Cuman karna elo bikin mami kesel mami bilang kaya gitu. Sekarang makan dulu hargai mami sya" ujar claudia membuat flora tersenyum miris.

Flora menerima roti yg sudah di oles dengan selai kacang. Dengan ragu flora memasukan roti itu ke mulutnya, mengunyahnya dengan cepat.

"Udah ya kak. Flora pegi dulu assalamualaikum" ujar flora berlari keluar masion dengan nafas terengah engah.

Flora berlari menjauhi kediaman swandesh. Nafas flora tercekat. Wajahnya memerah. Menampakan wajah menyedihkan. Dirinya lemas terduduk di trotoar matanya memerah manahan tangis kali ini rasanya benar benar sakit di dada.

"Peringatan tuan! Anda kehabisan banyak nafas. Harusnya anda tidak memakan roti itu, tubuh yg anda tempati alergi dengan kacang. Tuan bertahanlah, maaf saya tidak dapat menolong anda saat ini" ujar sistem dengan rasa menyesal flora hanya mengangguk menggumamkan kata tolong.

Seorang pemuda dengan seragam yg sama seperti yg di pakai flora menghentikan motor besarnya di samping gadis itu.

"Anda baik baik saja nona" tanya pemuda itu datar flora masih mencoba mengatur nafasnya yg tercekat. Berulang kali ingin menjawab namun lagi lagi tak ada suara yg keluar dari mulutnya.

"Heyy... apa kamu baik baik saja?" Tanya pemuda itu. Flora menggeleng sebagai jawaban karna suaranya benar benar tak keluar.

'Sistem apa yg terjadi dengan suara ku?' Tanya flora membuat sistem terdiam.

'Sistem jangan diam aja suarakan apa yg kau katakan, kemana suara ku?' Lanjutnya dengan air mata yg sudah menetes.

"Nona ayo ikut saya ke rumah sakit. Saya akan membawa anda" flora diam tubuhnya lemas. Di gerakan saja susah.

"Maaf tuan. Baru saja saya menyelidiki tubuh anda, dan ternyata ada racun dari roti yg tadi anda makan tuan. Saya belum bisa memprediksi racun seperti apa itu" flora kembali menangis tanpa suara, isak pun tak dia keluarkan, tangan nya yg menopang tubuhnya melemah. Hingga oleng, untung saja pemuda itu langsung menyangga tubuh flora.

Tanpa bertanya lebih pada flora pemuda itu membawa flora. Ke mobil yg baru saja datang. Salah satu pemuda dari mobil itu keluar menanyakan apa yg terjadi. Flora hanya bisa melirik mereka dan mendengar percakapan mereka dengan wajah tanpa ekspresi dan air mata yg terus mengalir.

"Arland ada apa? Dia siapa?" Ujar pria itu, rean, menunjuk arland pemuda yg menolong flora.

"Bawa motor gue lo ga perlu banyak bacot" setelah mengucapkan itu arland mendudukan flora di kursi lalu berjalan menuju kursi kemudi.

"Lo keluar" jason pemuda yg sedang duduk anteng di kursi kemudi mendengus sebal.

"Rumah sakit medika" setelah mengucapkan itu arland menancap gas cepat menuju rumah sakit.

"Gue kenapa sih? Kenapa tiba tiba nolongin dia?" Gumam arland bingung sendiri dengan dirinya.

"Setelah ini anda akan aman tuan saya jamin" ujar sistem namun flora hanya diam menatap kosong apa yg sekarang bisa ia tatap. Tubuhnya mati rasa.

Sampai di rumah sakit flora di larikan ke UGD arland menunggu di depan ruangan dengan mondar mandir seperti kwatir namun arland sendiri bingung dengan sikapnya. Seolah ada yg menggerakan tubuhnya.

"Hati anda yg bergerak menolong gadis itu, jadi anda bertanggung jawab atas dirinya tuan learland damian francisco" suara aneh terdengar di telinganya.

"Astaga sayang? Apa yg kamu lakukan di rumah sakit?" Tanya wanita parau baya yg merupakan ibu dari arland

"Anu mah. Temen alan di dalam" ami-mamah arland mengangguk. Lalu tak lama dokter keluar.

"Keluarga pasien?"

"Walikan saja kepada saya dia teman anak saya dokter nico" ujar ami di angguki nicholas.

"Sebelum nya saya menyampaikan ini dengan prihatin, di dalam tubuh nona natasya terdapat racun racikan yg belum kami ketahui, dan ini baru saja kami mendapati racun yg dapat melumpuhkan seluruh tubuh nya dan menghilangkan suara nya. Saya tidak tau apa lagi efek dari racun itu. Tapi kami akan segera meneliti racun ini dokter ami" ami terkejut 2 kali.

Pertama saat dokter nicholas mengatakan nama teman arland. Kedua saat mendengar apa yg terjadi pada gadis itu. Ami menatap arland yg juga memandang kosong dokter nicholas.

"Apa dia bisa sembuh dok?" Tanya arland dengan wajah berbeda membuat detak jantung ami berdetak 2 kali lebih cepat.

"Kami akan segera mencari tau tuan" arland untuk pertama kalinya menunjukan ekspresinya. Ami menatap putra pertamanya dengan tersenyum lembut.

"Mamah akan urus semua keperluan gadis itu, dan setelah ini kamu menemui dokter nisa mamah akan memeriksamu."

Setelah itu ami pergi menuju administrasi. Sedangkan arland masuk menatap tubuh lemah flora, mata gadis itu melirik arland. Arland mendekat mengelus tangan mungil flora yg memucat.

"Natasya florania swandesh?" Tanya arland di balas tatapan sendu oleh flora.

Flora ingin sekali menjawab namun mulutnya sangat berat di gerakan. Dirinya benar benar seperti boneka.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang