ekstra chapter 3

738 55 0
                                    

Di sebuah masion mewah, seorang pria sibuk berkutat dengan komputernya, entah apa yg ia lakukan sampai terlalu fokus pada layar di depan nya itu.

Ceklek

Pintu di buka tak mengalihkan atensi pria di depan nya itu, dia masih sibuk dengan kegiatan nya membuat wanita parau baya yg membuka pintu itu menghela nafasnya sejenak.

"Naak... Apa yg sebenarnya kamu lakukan? Ini hampir tengah malam" ujar wanita itu.

"Nanti ma. Rafa masih belum ngantuk" sahutnya menoleh ke belakang menatap wanita yg menjaganya itu.

"Kamu harus tidur, gimana kalo besok kaka mu pulang, kamunya ga tidur, marah besar dia" ujar runi di angguki pria bernama rafa itu.

"Besok abang pulang?" Tanya rafa di angguki wanita yg sibuk menyelimuti tubuh rafa.

"Iya... Tadi dia telvon papa... Katanya kangen sama kamu," ujar runi.

"Tidur ya... Jangan begadang terus, ga baik buat kesehatan kamu" ujar runi mengecup sayang kening rafa membuat rafa tersenyum tipis.

Setelah runi keluar, rafa duduk memegang keningnya.

"Gue udah lulus SMA tapi selalu aja mama liat gue anak kecil" gumamnya lalu menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan tidur ke alam mimpi.

Pagi pun tiba, rafa terbangun karna suara teriakan dari luar kamarnya. Saat rafa benar benar bangun sebuah bantal melayang kearahnya.

"Bangun lo... Puas begadang nya" rafa menatap malas pria yg menjabat menjadi abangnya itu.

"Puas banget bang"  Sahutnya acuh lalu berjalan menuju kamar mandi.

30 menit ia habiskan untuk membersihkan diri, rafa keluar dengan pakaian santainya menatap sekilas abangnya yg sibuk membuka komputer miliknya.

"Lo nyari apa sih? Siapa ratu?" Tanya abangnya membuat rafa menoleh.

"Ck... Dia orang yg berarti buat gue, cmn ya gitu, kita terpisah" ujarnya.

"Coba kasih tau" rafa diam. Pria itu sibuk memainkan handphone nya sekedar menggulir layar.

"Rel" rafa masih diam dia malas membahas pujaan hatinya pada siapa pun, karna dia sendiri belum menemukan keberadaan dia dan mereka.

"Rafarel cakra adinata" suara abangnya meredam menahan amarah.

"Apa si bang" decaknya kesal.

"Kasih tau gue siapa ratu"

"Gue aja belum ketemu sama dia, bahkan mereka ga menampakan diri di hadapan gue, ngertiin sedikit" kavier abangnya itu menghela nafas nya sejenak.

"Sarapan" perintah singkat dari vier membuat rafa mengikuti langkah kakak angkatnya itu.

Dia cakra, entah bagaimana dia terbangun di dunia yg menurutnya sedikit berbeda, saat dia terbangun dia berada di sekolah, padahal dulu dia sudah kuliah.

Cakra heran kenapa tubuh nya ini sangat mirip dengan tubuhnya dulu, namun namanya bukan cakra tapi rafarel cakra. Farel ternyata anak beasiswa yg di juluki si es berjalan.

Walau dia anak beasiswa tapi wajahnya yg tampan membuat nya di kagumi para kaum hawa, bahkan siswa sekolahnya sedikit minder ketika duduk berjejer dengan nya.

Namun tidak dengan kavier yg saat itu baru saja pindah dari london. Kavier anak keluarga adinata itu merasa tertarik ingin mengerti lebih dalam kehidupan farel.

Pertama kali bertemu keduanya saat tak sengaja bola yg di mainkan kavier mengenai cakra yg membuat pria itu menatap tajam siapa pun yg ada di dekatnya.

Dengan sekali gerakan cakra membalas lemparan bola itu hingga mengenai kavier. Cakra menatap sinis kavier dengan menggumamkan kata 'lose'.

Dari situlah kavier sedikit ingin mendekati cakra, hingga dia tau jika cakra hidup sebatang kara dengan menumpang di rumah paman bibinya, paman dan bibinya sama sekali tidak memperlakukan nya layaknya manusia.

Kavier yg mengetahui hal itu membuat hatinya meringis, bagaimana masih ada di jaman sekarang, seorang anak di campakan keluarganya. Bhkan paman dan bibinya acuh pada farel.

Pertemuan kedua mereka membawa cakra agar tinggal di rumahnya, awalnya cakra menolak, namun kavier terus memaksa, sampai pada akhirnya cakra setuju dengan syarat dia di bebaskan untuk melakukan apa pun itu.

Kavier tersenyum mendengar syarat cakra, mungkin di pikiran pria itu keluarga adinata akan mengekangnya layaknya paman dan bibinya, namun nyatanya tidak, keluarga adinata sangatlah harmonis.

Sejak awal cakra menginjakan kaki di rumah kavier, dia langsung di sambut dengan hangat oleh runi dan rigel. Cakra merasakan kasih sayang dan kehangatan keluarga ketika menginjak kaki di rumah kavier.

Hingga 1 minggu cakra tinggal di sana, pria itu resmi menjadi anak angkat keluarga adinata, kavier senang karna dari dulu dia menginginkan adik. Namun mamanya tak dapat mengandung lagi membuatnya hanya bisa pasrah.

Lalu tak lama setelah lulus SMA kavier melanjutkan univ di luar negri hingga membuatnya berjauhan, setiap malam kavier selalu sempatkan untuk mengobrol dengan cakra. Walau pria itu masih tetap dingin dan cuek kepadanya.

Dan kini kavier pulang karna dia tak tahan mendengar jika cakra seringkali begadang hanya menatap komputer, dia sangat amat memperhatikan cakra, ini sebabnya cakra selalu terlihat seperti bocah ketika runi dan kavier memperlakukan nya seperti anak kecil.

"Ke caffe yok" ajak kavier setelah keduanya sarapan.

"Ngapain? Liat cewe bening? Makanya jangan jomblo" ejek cakra.

"Farel... Gue pengen keluar sama lo" rengek kavier membuat cakra mendengus sebal.

Keduanya pun melangkah pergi menuju caffe menghabiskan waktu di sana dengan cakra yg menceritakan kisahnya, hingga terjadi sebuah insiden yg membuatnya bertemu dengan dia...

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang