10. Dunia Pertama

2.9K 221 0
                                    

Di sebuah roftoop salah satu bangunan tak terpakai di pinggir kota claudia tengah menunggu seseorang.

Tap... tap... tap

Suara langkah kaki membuat gadis itu berbalik menatap pemuda jakun dengan wajah datar serta rahang tegas.

"Kenapa lo ngajak ketemuan tiba tiba?" Ujar pemuda itu.

"Racun yg lo kasih ga mempan. Lo nyoba nipu gue?" Ujar clau dengan tangan bersedekap dada.

"Gue ga nipu lo. Lo udah liat waktu kita uji coba ke cicak" ujar pemuda itu berjalan lebih dekat.

"Rick jangan mencoba coba nipu gue. Jalang itu masih hidup bhkan badan nya sehat tanpa ada cacat, mata gue ga mungkin ga normal" pekik clau membuat pemuda itu meliriknya sinis.

"Siapa jalang yg lo maksut. Lo ga pernah sedikit pun ngasih tau gue" ujar Ricky anak dari dokter nisa dengan suaminya yg seorang ilmuan.

"Lo aja gagal buat bikin racun racikan itu. Apa ilmu bokap lo itu ga masuk di otak lo yg kapasitas rendah?" Ujar clau dengan nada mengejek.

"Lo yg bodoh."

"Sialan" umpat clau lalu menatap tajam ricky.

"Lo mau liat wajah jalang itu kan?" Ricky nampak mengangguk lalu clau melempar ponselnya.

Ricky terkejut melihat foto gadis di handpone clau. Rahangnya mengeras seketika, membanting handpone clau hingga pecah berkeping keping.

"Hehh... gila ya lo" clau melotot terkejut melihat handponenya yg pecah.

"Lo yg gila. Dia itu cewe yg gue cari bego. Biadab emang. Dasar murahan" Ricky mencekik clau hingga gadis itu kehabisan nafas.

"Perjanjian lo adalah nemuin gadis yg gue cari. Tapi begonya gue, malah orang yg mau lo bunuh cewe yg gue cari."

"Gu... aakkhh... gue... ga... tau" Ricky menghempaskan tubuh clau hingga jatuh ke lantai roftoop. Menatap tajam gadis di depan nya itu yg tengah mengatur nafasnya yg habis.

Plaak

"Antagonis tetaplah antagonis" setelah menampar serta mengucapkan kalimat itu Ricky pergi dengan emosi yg menyatu, menyesal, marah, dan frustasi tertera jelas di wajahnya.

"Sialan jalang" umpat clau setelah tak melihat tubuh Ricky yg hilang di balik pintu.

Di kelas flora kini tengah menonton perdebatan antara jason dan arland lewat layar handponenya.

"Lo aja gue males"

"Ga ga... gue ga mau. Lo aja sana"

"Apaan sih. Kan lo yg di suruh mama ya gue bakal nemenin nata kalo gitu"

"Arland gue minta tolong sama lo"

"Gue ga mau son. Gue mau nemenin nata dan lo nganter mama"

"Aahh males"

"Bodoamat"

Flora menghembuskan nafasnya pelan. Menatap malas ponselnya.

"Udah ya... bu vivi dah masuk. Kalian lanjut nanti di kantin aja" setelah mengucapkan itu tanpa menunggu balasan keduanya flora mematikan video call nya secara sepihak.

Flora menfalihkan pandangan nya ke bu vivian yg mengabzen anak muridnya.

"Claudia Relvani" kelas mendadak sunyi tak ada yg menjawab. Flora dan bu vivi mengedarkan pandangan nya.

"Aahh permisi bu... maaf saya habis dari toilet" sontak semua mata tertuju pada clau yg baru saja datang.

"Ooh.. iya ya sudah kamu kembali duduk" clau mengangguk sopan lalu berjalan ke mejanya yg ada di samping meja flora.

Flora melirik sekilas clau yg tersenyum miring ke arahnya. Tiba tiba saja perasaan nya tak enak. Seperti akan ada sesuatu yg terjadi.

'Sis kenapa perasaan gue ga enak ya'

"Ya tuan. Saya pun merasa demikian"

'Semoga ga ada keributan deh'

"Semoga tuan" gumam sistem.

***

Bel istirahat pertama pun berbunyi. Flora membereskan bukunya lalu berjalan keluar, namun baru saja flora hendak melangkah clau menariknya dan memojokan nya di tembok.

"Siapa lo?" Suara dingin clau membuat flora sedikit was was.

"Gue tau lo bukan natasya asli. Di mana natasya?" Tubuh flora mendadak menegang. Wajahnya pucat pasi.

"Apa maksut ka clau"

"Ga usah pura pura bego lo jalang, gue tanya di mana natasya asli, dan kenapa lo bisa ada di tubuh natasya" wajah clau menggelap.

"Kenapa lo ga mati sih ha? Gue bersusah payah balikin natasya tapi kenapa lo ga mau pergi dari tubuh natasya?" Bentak clau membuat flora kalut.

"Maksudnya?" Suara jason terdengar membuat flora dan clau menatap ke sumber suara. Flora menunduk tak berani mengangkat wajahnya barang sedetik pun melihat mata tajam arland dan jason.

"Dia bukan natasya florania ataupun natania floransa, dia jiwa asing yg merebut raga nata" ujar clau. Flora menunduk dengan tubuh gemetar.

'Sis gimana ini'

"Anda harus tenang tuan, nata yg asli yg memberikan raganya untuk anda tuan. Nata sudah menyerah lebih dulu jadi anda tidak salah"

'Tapi jason.... arland'

"Tuan kembali lah ke rencana awal"

Flora mendongak kala dagunya di cengkeram arland. Air mata flora kini sudah membasahi wajahnya.

"Dimana adik gue" ujar nya dingin.

"DIMANA ADIK GUE BRENGSEK!"

"KALO GUE TAU DI MANA ADIK LO GUE GA BAKAL MAU NEMPATIN TUBUH INI BEGO. MIKIR LAH SEDIKIT, GUE DI SINI CUMA MEMBANTU" teriak flora dengan wajah merah padam.

"Gue bakal selesein ini secepat mungkin. Lo pada tenang aja gue bakalan pergi dari tubuh natasya secepat yg gue bisa" setelah mengucapkan itu flora pergi secepat kilat.

Flora melakukan teleportasi di depan 4 human yg menatap kaget tempat terakhir flora berpijak.

"Harusnya kalian dengerin dulu maksud dia. Ga gini caranya. Mata itu penipu handal yg pinter memanipulasi" ujar rean lalu pergi begitu saja meninggalkan jason yg termenung, arland yg bingung dan clau yg frustasi.

***

Di sebuah apartemen, flora tengah mengumpati para pemeran yg menghujaminya tadi sistem bahkan sudah lelah dengan umpatan flora.

"Anjing banget sih tu arland..."

"Bajingan banget gila clau"

"Gue harus gimana sialan"

"Tuan bisakah anda tenang?, baru saja anda melakukan teleportasi, apa kepala anda tak pusing?" Flora memegang kepala nya kala mendengar ucapan sistem.

"Iya sakit sis. Mau tidur dulu dah gue" setelah itu flora putuskan untuk tidur.

"Dosa apa saya memiliki tuan rumah bar bar seperti anda tuan" gumam sistem lalu hologram itu menghilang dengan sendirinya menyisahkan ruangan sunyi.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang