8. Dunia ketiga

1.1K 114 4
                                    

Di kamar bercat abu abu itu, seorang pria menatap sebuah figura yg terdapat 2 anak kecil di sana. Tatapan nya memburam, mengingat seorang gadis yg ada di foto itu.

"Kaka... Bisa ga kalo nanti caca punya suami yg kaya kaka" ujar seorang gadis kecil.

"Kalau misalkan kamu nikah sama aku, ya bisa" ujar anak laki laki 3 tahun lebih tua dari gadis kecil itu.

"Emang kakak mau sama aku, kan aku masih kecil." Sahut gadis kecil itu.

"Ya udah gini deh, gimana kalau nanti aku udah besar, aku janji akan nikahin kamu dan jadikan kamu satu-satunya di hidupku" ujar anak laki-laki itu dengan menyodorkan jari kelingking.

"Janji ya kakak" gadis kecil itu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking anak laki-laki itu.

Memori itu berputar di kepalanya, mengingat ia baru menemukan gadis kecil itu, namun sayang beribu sayang, gadis kecil yang selama ini ia cari malah menikah dengan sahabatnya sendiri.

Ya gadis kecil itu tak lain tak bukan adalah Bianca, namun saat ini usahanya pupus, Bianca sudah pergi meninggalkannya, ia bahkan belum menepati janjinya itu.

Ceklek

Suara pintu dibuka tidak mengalihkan pandangan pria itu. Seorang pria berbadan tinggi masuk dan duduk di sampingnya, menatap figura yang ada di tangan pria itu, merasa familiar itu pun merebutnya.

"Balikin Jhoson"ujar pria itu pada Jhoson. Yang merebut figura tadi.

"Gue familiar loh sama foto ini, ini bukannya foto Bianca? kok bisa ada sama lo? bahkan Bianca pernah foto bareng sama lo? jangan-jangan...." Ucapan Jhoson menggantung.

"Bianca teman kecil gue dulu, gue pernah janji sama dia, kalau misalkan nanti gue udah sukses gue bakal nikahin dia tapi.... Waktu umur gue 16 tahun, gue pindah ikut ortu gue, dan saat gue balik ke Indonesia gue dengar kabar kalau misalkan Andrian udah nikah sama Bianca, awalnya gue nggak tahu kalau misalkan yang Andrian nikahin itu Bianca..." Akhirnya Daniel pria itu jujur pada jhoson.

"Jadi Bianca teman kecil lo." Daniel mengangguk, dia menunduk mengingat terakhir kali dia pergi meninggalkan Bianca.

Flashback

Di sebuah taman, Daniel berlari ke arah ayunan yang diduduki seorang gadis kecil, Daniel kecil berlari hingga sampai di depan gadis itu. Gadis itu yang tak lain Bianca, mencurutkan bibirnya merasa kesal sudah 30 menit menunggu Daniel

"Niel kamu ke mana sih, aku udah nunggu kamu dari 30 menit yang lalu, aku pokoknya ngambek sama kamu" ujar Bianca dengan bersedekap dada memalingkan wajah seolah tak mau berbicara dengan Daniel.

"Caca maafin Niel, tadi Niel beres-beres barang niel dulu kata mami, maafin Niel ya caca, niel jadi telat datangnya" ujar Daniel dengan memberikan sebuah coklat pada Bianca.

Bianca tersenyum manis pada Daniel, lalu mengambil coklat itu, mengucapkan terima kasih lalu memeluk tubuh Daniel

"Eemm... Tadi Caca denger Niel beres-beres barang Niel, emang niel mau ke mana." Tanya Bianca dengan membuka coklat itu.

"Tadi mami bilang kalau misalkan Niel mau pindah ke luar negeri, karena perusahaan papi ada masalah di sana dan mami bilang Niel harus ikut, karena nanti di sana akan lama" mendengar ucapan Daniel Bianca menjatuhkan coklat itu menatap tak percaya pada Daniel,.

Bianca menggeleng pelan matanya mulai berkaca-kaca siap menumpahkan air mata, dan benar, selang beberapa detik, air mata Bianca meluncur dengan bebas membasahi pipi putihnya.

"Niel mau tinggalin Caca, Niwl udah nggak sayang sama Caca, niel bohong kan niel pasti lagi nge-prank Caca" ujar Bianca memukul pelan dada Daniel.

"Maafin Niel Caca niel harus pergi Niel janji nanti kalau Niel pulang Caca bakal jadi orang pertama yang Niel kunjungi" Bianca menangis tersedu-sedu membiarkan pipinya merah dan matanya sembab.

"Caca nggak boleh nangis nanti cantiknya hilang loh" hibur Daniel menghapus air mata Bianca, dirinya tersenyum manis mencoba agar tidak ikut menangis.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Daniel mengusap punggung Bianca dengan tersenyum lembut, wanita itu menghapus air mata Bianca dan memeluknya.

"Bia nggak boleh nangis ya nanti Tante janji bakal bawa Daniel pulang"  ujar wanita itu dengan tersenyum manis dan mengelus kedua bahu Bianca.

"Tante janji" ujar Bianca dengan menyodorkan jari kelingkingnya dan disahut oleh mami Daniel.

"Nah gimana kalau misalkan Daniel nganter Caca sampai pulang" Bianca nampak mengangguk dan mengikuti langkah mami Daniel dan Daniel menuju salah satu rumah yang ada di sana.

Flashback off

"Gue nggak nyangka kalau misalkan Bianca itu teman kecil lo, tapi kenapa Lo nggak bilang sama Bianca waktu dia masih ada" ujar Jhoson, di sahut gelengan oleh Daniel.

"Gue udah mencoba bilang sama dia, tapi yang lo tahu apa jawaban dia? dia cuma bilang teman kecilnya udah pergi dan nggak pernah kembali lagi, hati gue sakit son, lu tau nggak rasanya jadi gue? gue berjuang buat bisa jemput dia dan jadiin dia istri, tapi saat gue balik, dia malah udah nikah sama sahabat gue sendiri dan dia menyangkal kalau gue itu sahabatnya" jelas Daniel dengan mengacak rambutnya frustasi.

"Mungkin Bianca lupa, kejadian itu kan udah lama banget, lo sabar dulu ya gue janji deh, gue bakal cariin orang yang mirip sama Bianca" ujar Jhoson mencoba menghibur temannya itu.

"Eh.. gue akhir-akhir ini nggak lihat Samuel... dia ke mana?" Tanya Daniel setelah menyimpan kembali figura foto itu.

Pertanyaan Daniel membuat jhoson tersadar, jika selama ini ia memang -jarang melihat Samuel kumpul bareng mereka.

"Tapi kayak ada yang aneh sama Samuel, lo tahu waktu Bianca dikuburin Samuel sama sekali nggak datang bahkan dia hilang tanpa jejak dan terakhir gue liat dia cuma ngunjungin gue buat nanya kalau misalkan Andrian udah keluar dari penjara" lanjut Daniel ikut duduk di samping jhoson.

"Ke mana Samuel"suara pria membuat Daniel dan Jhoson menoleh.

"Gue nggak tahu Yan, dari hari semenjak lo keluar dari penjara dia hilang tanpa kabar dan gue belum sempet buat telepon dia soalnya kerjaan gue numpuk" ujar Daniel mengutak-atik handphonenya.

"Gue baru sadar kalau misalkan Samuel gak ada sama kita" ujar Jhoson menatap Andrian yang ikut duduk bersama mereka.

"Lo nggak ada niatan mau nikah lagi?" tanya Jhoson pada Andrian yang dibalas gelengan kepala.

"Gue masih berharap bisa nebus kesalahan gue sama Bianca, gue yang ngerasa salah banget sama dia, bahkan gue bener-bener keterlaluan sama dia sampai ngebuat bayi kita mati" ujarnya dengan melirihkan kata di akhir kalimat.

"Bukannya dulu Lo yang bilang lo nggak mengharapkan anak yang dikandung Bianca"ujar Daniel menatap tajam Andrian yang terdiam tak tahu harus menjawab apa.

Hari ini 1 chapter dulu, kalo tembus 100 vote aku lanjut nii, jangan lupa komen next sebanyak mungkin. Biar makin semangat aku nulisnya🙋

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang