8. Dunia Pertama

2.8K 244 5
                                    

Skiip

sudah 1 bulan flora di rawat tanpa sepengetahuan keluarganya. Sedikit demi sedikit sudah ada kemajuan, seperti sekarang dirinya sudah bisa berbicara dan makan walau tubuhnya masih susah untuk di gerakan.

Selama flora di rumah sakit tidak ada satupun keluarga swandesh yg mencarinya. Bhkan sepertinya mereka lupa akan dirinya.

Saat ini flora tengah duduk di hospital bad nya dengan mata kosong menatap tembok depan nya. Entah kenapa tiba tiba air matanya turun begitu saja.

Dari jendela kaca seseorang terkejut melihat flora. Tanpa sengaja clau melihat flora melamun di salah satu ruang rawat. Niatnya kesini untuk menjenguk seseorang yg berarti di hidupnya.

"Kamu ga bisa kaya gitu, aku tau aku ingin kebahagiaan tapi bukan dengan membunuh orang yg sangat berarti buat aku. Kamu bodoh, kamu gila... pergi dari ruangan aku dasar pembunuh"

Rasa bersalah mulai menyeludup hatinya, di tambah perkataan seseorang yg menghantui pikiran nya. Clau sedikit iba melihat keadaan flora yg seperti orang mati.

Ceklek

Dengan berani claudia membuka kamar inap flora membuat flora menoleh dan tersenyum tipis.

"Flo..." clau tak dapat melanjutkan ucapan nya.

"Ka-mu... puas?" Tanya flora sedikit kaku karna sedikit susah menggerakan mulutnya.

"Maaf... gue... gue minta maaf flo... gue tau gue salah" clau mendekat menggenggam tangan flora. Dengan air mata di pipinya.

"Mami... papi tau?" Clau menggeleng.

"Mereka ga sadar kalo lo ga di rumah, genta dan laras juga sering ngabisin waktu di luar. Veren ga pernah pulang" ujar clau membuat flora tersenyum.

"Kamu tau kak... apa yg aku mau setelah ini?" Claudia menggeleng.

"Aku rasanya ingin pergi dari dunia ini. Kak kamu tau aku udah lama menderita, baru saja aku merasakan kebahagiaan lagi lagi aku harus sendiri" ujar flora menatap clau yg menangis.

"Lo tau seseorang sangat menyayangi lo, sampe dia ngusir gue begitu aja" flora menyirit bingung mendengar ucapan clau.

"Siapa?" Clau dia diam.

"Kak...."

Brak...

"Kamu ga papa? Ada yg sakit? Dia ga apa apain kamu kan? Kenapa nangis?" Suara yg biasa mengisi telinganya kini terdengar kwatir membuat flora tersenyum.

Arland yg baru saja masuk yg langsung menanyainya banyak hal. Di susul jason dan rean yg menyimak. Mereka terbiasa dengan tingkah arland yg tak terduga. Bahkan jason sempat tak percaya jisa dia adalah kakak tirinya.

"Kalian...."

"Mereka yg rawat aku selama ini. Dan sekarang aku akan benar benar pergi meninggalkan swandesh, kak.... biarin aku cari keluarga aku sendiri. Kaka ingat kan? Aku pernah bilang kaka bakal jadi orang pertama yg aku ajak bahagia. Nanti kalo aku udah bahagia aku janji ajak kaka" ujar flora tersenyum manis.

"Tapi..."

"Biarin semuanya berlalu. Titip ini buat abang genta sama kak laras ya kak... makasih" tiba tiba saja flora memeluk arland menangis dengan menyembunyikan wajahnya dibperut arland.

"Mending lo pulang" suruh jason membuat clau mengangguk. Sedikit berat meninggalkan flora. Dirinya masih di landa rasa bersalah.

Suasana hening mendominasi hingga tiba tiba ami datang dengan damian, mata ami bahkan sudah memerah seperti habis menangis.

"Arland menjauh dari nata" arland bingung flora menatap arland yg di seret damian.

Bugh...

Sebuah pelukan hangat menerjang tubuh flora. Flora di buat terkwjut merasakan ami yg memeluknya sedang menangis.

"Ma... ada a-pa?" Suara flora sedikit susah rasa sakit di tangan nya kini yg mendominasi.

"Aakhh... maa... ta-ngan... aku" mendengar gumaman flora ami melepas pelukan nya memeriksa keadaan flora dan tangan nya bergetar kala mendapati kembali racun lain di tangan flora.

"Siapa yg menaruh racun racikan di tangan nata?" Teriak ami menggelegar. Dokter nicholas yg baru saja membuka pintu di buat terkejut.

Dengan cepat dirinya menangani flora. Membiarkan keluarga francisco di dalam ruangan. Rintihan flora membuat ami pingsan. Dengan segera damian membopong istrinya menidurkan nya di sofa.

"Pa sebenarnya apa yg terjadi?" Tanya arland dengan wajah kwatir, damian terkejut melihat arland dengan sangat mudah mengekspresikan wajahnya.

"Nanti biar mama mu yg menjelaskan" sahut damian menatap arland lalu menatap jason yg tersenyum dengan tatapan tertuju pada arland.

"Seseorang memberi racun racikan dengan dosis lebih tinggi dari kemarin. Kemungkinan nona natasya akan lebih lama kembali sembuh" ujar nicholas membuat yg di ruangan terkejut.

"Siapa yg memberi racun itu?" Tanya jason datar menatap flora yg tertidur nyenyak.

"Kami akan menyelidikinya lewat cctv tuan." Ujar suster yg baru saja selesai mencatat sesuatu.

"Tadi di ruangan hanya ada kita dan..." ucapan rean terhenti ketika mengingat siapa lagi yg ada di ruangan tadi.

"Sialan jalang" geram jason yg lngsung keluar ruangan sedangkan arland kembali duduk di sisi ranjang dengan wajah datarnya. Rean masih mematung mengingat sesuatu. Nicholas di suruh damian memeriksa istrinya.

Di loby claudia terkekeh sinis membuang 2 amplop yg di beri flora setelah membaca isinya. Setelah melihat semuanya aman. Clau membuang asal sebuah botol yg tadi dia pegang.

Gerak geriknya di perhatikan oleh jason dari jauh, setelah claudia meninggalkan parkiran jason memungut botol kecil itu menggunakan tisu, membungkusnya dengan sapu tangan miliknya lalu membawanya untuk di serahkan kepada damian.

"Lo emng berhasil buat racunin dia, tapi lain kali gue yg bakal bikin lo mati" gumam jason lalu berjalan santai menuju ruangan flora.

Di dalam tengah ada kejadian peluk pelukan. Entah apa yg terjadi, baru saja masuk jason sudah di sambut pelukan oleh arland. Pria itu bhkan tersenyum senang.

"Kalian knpa sih?" Flora yg tengah menatap ami beralih menatap jason.

"Adek gue son... dia ga mati" jason menyirit apa yg mereka maksut natania? Pikir jason.

"Land gue tau lo masih ga mau kehilangan adik lo. Tapi bukan nya jelas jelas kita liat mayatnya di masukin ke tanah" ujar jason. Ya saat itu jason adalah teman sepermainan dengan rean juga arland. Jadi jangan heran arland biasa saja ketika jason jadi saudara tirinya begitu juga dengan jason.

"Ah lo emang ga bisa di ajak seneng" ujar rean menyahuti.

"Pabo sih ni orang" lagi lagi jason terkejut melihat arland mengatainya bukan dengan wajah datarnya.

"Land... dokter nisa di ruangan jam segini, mau gue anter ga?" Seisi ruangan tertawa mendengar pertanyaan jason sedangkan arland mendengus sebal.

"Gue ga mau cek kontrol lagi aahh.. males.. gimana kalo lo aja son? Dari dulu lo kek orang gugu ngomong ga pernah lancar" ujar arland panjang lebar.

"Abang... flo mau peluk" ucapan flora membuat jason menyirit bingung.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang