2. Dunia Ketiga

1.4K 141 2
                                    


Di masion mewah flora berada di ruangan yg penuh debu. Banyak barang tak terpakai, lemari kayu yg hampir roboh, di tambah dengan fentilasi yg hanya lubang.

"Pengap" gumamnya duduk di kasur lantai yg sudah kumuh.

"Ini kamar? Yg ada kandang babi!" Ujar flora memijat pelipisnya pening.

"Punya suami serasa jadi janda tanpa anak" ujar flora mengikat rambutnya siap untuk membereskan kamarnya.

"BIANCA" baru dirinya memegang sapu suara pria yg menjabat sebagai suaminya memanggilnya.

"Iya..." flora mau tak mau mendekat ke arah ruang tv yg terlihat ramai.

"Bikinin minum sama camilan sana" perintahnya kala melihat flora sampai di sampingnya.

"Kamu pikir aku pembantu kamu? Dra aku tuh cape... capee.... banget...." keluhnya, namun tiba tiba pandangan nya sedikit berputar.

Bruk...

"Ehh... bi?" Suara pria membuat flpra tersadar.

"Kamu bisa minta bi mina dra... aku juga belum makan dari pertama aku bangun dari koma..." ujar flora mendongak menatap andrian yg masuh terdiam menatapnya.

"Udah lah yan... biar bi mina aja yg bikinin kita camilan, atau nanti kita ambil sendiri di dapur" ujar pria yg tadi membantu flora untuk duduk di sofa.

"Yan lo kan udah punya bini nih, gue saranin jangan apa apa nyuruh. Lo tau cewe cepet cape" ujar pria lain yg tengah berkutat dengan laptop.

"Anak SMA kebanyakan labil, lo ga bisa gitu." Ujar pria yg kini ada di samping flora.

"Kak... aku mau nikah sama kakak aja deh, ga mau sama samudra, dia suka bikin selakangan aku sakit" ujar flora terlewat polos, tepatnya pura pura polos.

Sontak ucapan flora mampu membuat 4 pria termasuk andrian di sana termangu.. semburat merah muncul di pipi andrian begitu saja tanpa bisa di cegah, sedangkan sisanya masih terkekeh pelan mencoba agar tak tertawa keras.

"Samudra juga suka pukul bi... bi takut" gumamnya membuat kekehan tadi menghilang.

"Bi tau... samudra suka sama adik bi. Tapi, samudra malah nikahin bi.... kaka... bantu bi ya... bujukin samudra buat ceraiin bi, terus bantuin samudra nikah sama adik bi" ujarnya dengan wajah imutnya.

"Maksut kamu apa bianca" suara andrian membuat flora berbalik... menatap andrian yg kini menahan amarah.

Andrian menarik begitu saja flora ke kamar nya lebih tepatnya gudang, andrian menghempaskan tubuh flora mengunci pintu itu dari dalam dan mulai memukuli flora.

"Draa... sakitt" rintih flora, sungguh ini benar benar sakit.

Braaak...

Pintu di dobrak paksa oleh pria yg di ketahui bernama daniel, pria yg tadi duduk di samping flora.

"Cegah andrian woeee" teriak samuel.

"Bi... bianca... bangun bi" daniel mencoba membangunkan flora yg sudah pingsan di lantai, sedangkan andrian terduduk di lantai dengan nafas tersegal segal.

"Jho jangan cuma diem aja woyy" teriak samuel. Jadi jhonson mendekati andrian menepuk bahu cowo itu.

"Gue harap lo ga bakal jilat ludah lo setelah cewe itu benci sama lo" ujar nya menggendong flora dan membawanya pergi.

"Jhonson lo mau bawa kemana dia hahh?" Teriak andrian namun di cegak oleh samuel dan daniel.

Skiip

Di kamar bercorak hitam flora membuka matanya... dirinya menatao sekeliling bingung. Tak lama pintu di buka oleh jhonson, pria itu mendekati flora dan memberinya minum.

"Aku mau pulang kaka" ujar flora membuat jhonson terkejut.

"Antar aku pulang... bagaimana pun perlakuan samudra dia tetap suami aku" jhonson terdiam, dia tak menyangka wanita berumur 17 tahun itu sudah berpikir sedewasa itu.

"Aku antar" akhirnya flora pulang ke rumahnya, ternyata rumah jhonson ada di tepat depan rumah andrian.

Sampai di rumah flora melihat andrian yg berdiri di ambang pintu. Buru buru flora memeluknya. Andrian yg di peluk tiba tiba oleh flora terbesit rasa nyaman.

"Maaff... bi ga akan gitu lagi dra" ujarnya membuat andrian tersenyum tipis. Jhonson terkekeh melihat mereka, dirinya bingung ada apa dengan kedua pasangan itu.

"Hmm... punggung aku sakit, jangan di pegang dra" lirihnya membuat andrian menghentikan elusan di punggung flora, menuntun gadis itu ke sofa yg masih terdapat daniel dan samuel.

"Maaf" ucap andrian dengan berjongkok di depan flora yg tengah duduj di sofa.

3 sahabatnya hanya geleng kepala melohat perlakuan andrian, mereka kadang merasa andrian punya kepribadian ganda, namun tidak. Anehnya, andrian bisa bersikap lembut pada istrinya, dan kurang ajar secara bergantian.

"Perut bi sakit" lirihnya. Andrian mengingat jika tadi dirinya menendang perut gadis di depan nya itu. Dengan kwatir buru buru andrian mengambil kunci membawa flora ke rumah sakit, tentu di ikuti 3 pria itu yg ikut panik mendengar rintihan flora.

Sampai di rumaj sakit, flora di bawa ke UGD sekitar 30 menit menunggu dokter keluar dengan wajah murung.

"Dengan kekuarga pasien?"

"Saya. Suaminya dok" sahut andrian secara spontan.

"Mohon maaf, janin yg ada di kandungan pasien mengalami keguguran, mungkin itu terjadi karna benturan keras di perutnya, sebelumnya janin masih sedikit kuat tapi mungkin benturan itu mengenai tepat di kepalanya, dan mengharuskan janin meninggal" andrian menegang.

"Dokter bohong kan? Anak saya baik baik aja" pekiknya lalu berlari menerobos masuk. Mendapati flora yg terisak.

Walau janin itu bukan anak nya tapi flora tetap merasakan sakit mendengar bayinya meninggal. Andrian mendekat menanyakan banyak hal pada flora.

"Diamm dra... ini karna kamu... kalau kamu ga emosi, aku ga akan kehilangan anak aku... dia anak aku dra, cuma dia yg buat aku bertahan selama ini" teriak flora membuat andrian terdiam.

"Dia juga. Anak aku bi... ini semua...."

"Ini semua karna aku?? IYA INI KARNA AKU, KARNA AKU GA BISA JAGAIN DIA DARI AYAHNYA YG GILA INI... hiks... hiks" flora menangis setelah membentak andrian.

Gadis itu mengambil pisau yg kebetulan ada di dekatnya.

"Aku mau ikut anak ku... cuma dia yg buat aku bertahan. Sekarang tujuan aku udah pergi... jadi... aku akan ikut pergi..." gumamnya mulai menyayat pisau itu ke pergelangan tanganya tepat nadi. Andrian melotot terkejut dan buru buru menghempaskan pisau itu.

"Lepas dra... aku mau mati... dia pergi, buat apa aku di sini... hiks..." teriaknya mencoba berontak. Namun andrian memeluknya erat, flora pun hanya bisa menangis saat ini.

"Dia pergi dra... dia ninggalin aku... hiks" gumamnya.

"Maaf... maaf bi... aku emang ayah yg bodoh, kamu benar aku gila... maaf" andrian terus menggumamkan kata maaf sedangkan flora masih menangis terisak.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang