11. Dunia Kedua

1.3K 111 0
                                    

Di istana lucyana duduk dengan wilham di sampingnya. Dengan segala kepura puraan tentunya.

"Yang mulia... kenapa anda tidak lagi meminta ku untuk melayani mu?" Tanya luciana dengan kepala bersender di bahu wilham.

"Saya tak ingin membuatmu tak nyaman. Mau pergi berjalan jalan?" Sontak lucyana menggeleng mendengar kata jalan jalan.

"Amm... aku ingin istirahat" wilham nampak mengangguk lalu berdiri di ikuti lucyana.

"Apa kamu sudah menghukum selir agung yang mulia"

"Tentu, seperti mau mu"

"Boleh aku melihat nya?" Wilham mengangguk menggandeng licyana ke penjara bawah tanah. Di sana di sel paling ujung terdapat repikal flora dengan tubuh kurus, baju compang camping, serta kulit yg makin pucat.

Sampai di sana lucyana tersenyum. Namun senyum itu luntur kala melihat kalung yg di pakai replika flora. Buru buru lucyana membawa wilham pergi setelah melihat mana hitam keluar dan menyebar bersama dengan mana miliknya.

"Kenapa lucy?" Tanya wilham di balas gelengan cemas lucy.

"Ya sudah lebih baik kau tidur" lucy nampak mengangguk lalu berjalan kembali ke kamarnya, meninggalkan wilham yg menyeringai.

Cling.

"Waktu ku tidak banyak, kau harus segera menyelesaikan ini yang mulia" ujar flora yg baru saja datang dengan teleportasi.

"Iya flora" ujar wilham mengelus pipi flora sayang.

"Aku kembali" wilham di buat cemberut kala mendengar ucapan flora. Namun dirinya tak bisa berbuat apa apa.

Di lain tempat, lucy berjalan tergesa gesa menuju kamarnya, namun di jalan dia tak sengaja bertemu dengan delucia dan yoe. Mau tak mau lucy menghentikan jalan nya

"Salam kepada ibu suri mahatari kekaisaran iceland, dan hay yoe" ujar licy tersenyum ramah.

"Aahh.. ternyata ada menantu di sini" ujar delucia dengan terkekeh kecil.

"Aahh... iya ibu" lucy melirik yoe sekilas, namun tiba tiba matanya tak sengaja melihat kalung yg sama di pakai oleh yoe. Dirinya sedikit termenung melihat tatapan yoe. Tapi buru buru dia menormalkan wajah.

"Eh, sayang kok kalung kamu sama?" Kini lucy terkejut dengan kalung yg di pakai delucia untuk ke 3 kalinya dirinya lagi lagi di buat terkejut dengan kalung yg sama seperti miliknya.

"Emm... iya ibu" jawab lucy seadanya dalam keadaan terkejut.

"Kalung ini bakal mati kalau banyak yg memakainya, fungsinya akan beralih jika pemakai lain mengalihkan fungsi juga" suara altezza memenuhi pikiran nya.

"Emm... ibu, yeo. lucy ijin kembali ke kamar ya?" Delucia mengangguk lalu mempersilahkan lucy kembali ke kediaman nya, setelah lucy hilang di belokan, delucia di buat tertawa karna wajah lucy yg lucu ketika terkejut dan cemas. Begitu juga yoe.

"Ayo temui wilham, aku mau dia segera menyelesaikan ini, veronica bilang waktunya hanya tinggal 1 bulan.

"Mari ibu" keduanya berjalan menuju ruang kerja wilhan untuk meminta pria itu cepat cepat menyelesaikan dramanya.

Di sisi lain flora masih bermanja ria dengan kasur di rumah pohon nya. Tapi dirinya di kejutkan dengan altezza yg tiba tiba tidur di sampingnya.

"Ya ampun... kau membuatku terkejut setengah mati" ujar flora yg sudah duduk menatap altezza yg menataonya dengan tersenyum.

"Ada tristan di luar, dia menunggumu" ujar nya dengan mencium seluruh pipi flora.

"Setelah ini aku dan tristan akan pergi ke kekaisaran wonderland untuk memastikan duke arnold" flora menghembuskan nafasnya pelan lalu menatap altezza dengan tersenyum manis. Tangan kecilnya di buat untuk menangkup wajah pria itu.

"Pergilah, sampaikan pada duke arnold kalau dia tak perlu lagi memutar waktu, katakan saja kalau caca nya sudah lelah." Ujar flora di angguki altezza yg tersenyum tipis.

"Kalau gitu kau harus janji setelah aku pulang nanti harus aku yg pertama kau temui" flora melepas tangkupan nya berdiri berjalan ke kaca menata rambutnya lalu berjalan keluar.

"Veronica, kau belum mengiyakan mau ku" altezza menahan lengan flora membuat gadis iyu berbalik.

"Pergilah, aku akan menemui kakak" setelah itu flora pergi kembali ke ruang tamu mencari kakaknya.

Altezza merasa hal buruk akan terjadi membuat hatinya resah, namun sebisa mungkin dia menutupinya.

Di ruang tamu, flora melihat tristan yg tengah meminum teh. Dirinya mendekat lalu duduk di depan nya.

"Kakak mengunjungiku?" Tanya flora masih memamerkan senyum nya.

"Kau sudah bangun? Aku kesini untuk berpamitan padamu, apa altezza sudah menyampaikan nya?" Tanya tristan di balas anggukan kecil flora.

"Iya kakak. Emm... bolehkah kalau kau membantuku untuk yg terakhir?" Tristan menyirit.

"Maksutmu?" Flora tersenyum tangan nya meraih tangan pemuda di depan nya mengelusnya pelan.

"Aku hanya ingin beri ini kepada yg mulia kaisar wilham dan altezza saat nanti kau pulang" tristan menerima 2 kertas yg di gulung di ikat dengan pita yg berbeda.

"Yg merah untuk yang mulia kaisar wilham, yg biru untuk penyihir agung altezza" tristan menyirit mendengar nama altezza di sebut dengan penyihir agung.

"Altezza? Penyihir agung? Sepertinya banyak hal yg masih tak aku ketahui" ujar tristan menaruh 2 kertas itu di ruang dimensinya.

"Dia penyihir agung iceland, pencipta kalung yg di pakai lucy, dan seseorang yg aku cari, tapi sayang waktuku tak lama di sini" ujarnya dengan gumaman di akhir kalimat.

Walau bergumam tristan tau apa yg di ucapkan flora, dirinya tersenyum tipis menepuk 2 kali kepala flora.

"Aku akan kembali sebelum kau pergi" flora mengangguk mencium pipi tristan sekilas.

Lalu tak lama altezza datang dengan menatap flora secara terus menerus.

"Sudah... adik ku tak akan hilang detik ini juga altezza" suara tristan membuat pria itu mendengus sebal.

"Kami pergi ya" flora mengangguk membiarkan 2 orang itu pergi.

Selepas kedua orang itu pergi flora bergegas kembali ke istana untuk menyelesaikan yg tersisa. Dengan menghancurkan kalung yg di pakai lucyana, dan mengungkap di balik semuanya.

"Apa aku akan berhasil sis?" Tanya flora di sela berkemasnya.

"Ikuti hati anda tuan, saya akan selalu bersama anda" mau tak mau flora mencoba tenang, walau hatinya gelisah jika nanti dia kembali tanpa ingatan karna gagal menyelesaikan misi kali ini.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang