6. Dunia ketiga

1.1K 111 0
                                    

Esok hari.

Mama dan papa flora menangis mendengar anaknya yg jatuh dari lantai 7, dan itu membuat bestari mau pun arman merasa sangat terpukul. Begitu juga dengan cakra yg tak henti berkata kalau adiknya masih hidup.

"Kalian kenapa sih, bia masih ada, udah jangan nangis donk" bujuk cakra membuat bestari tambah terisak.

"Kak... Lo harus terima kalo kak bia udah ga ada" ujar rose dengan memegang lengan cakra.

"Lo seneng hah, lo seneng kakak lo mati? Dari tadi gue ga liat lo nangis" ujar cakra membuat rose menggeleng.

"Jangan jangan lo kerja sama Bareng andrian buat bunuh bia hahh?!" Tuduh cakra.

Plaak

Sebuah tamparan rose layangkan pada cakra , wajahnya memerah, matanya berkaca kaca, arman dan bestari tak bisa apa apa. Mereka juga sedikit mencurigai rose.

"Keterlaluan lo kak. Gue tau akhir akhir ini kak andrian selalu minta gue ketemu, lo ga tau apa yg kita lakuin. Lo ga tau apa apa kak. Bahkan setitik pun lo ga tau apa yg terjadi sebenarnya. Lo pikir pake otak, kalo gue mau kak bia mati kenapa ga dari dulu, kenapa harus nunggu kak bia nikah sama kak andrian dulu" ujar rose. Membuat 3 orang itu diam.

"Lo cuma mandang gue sebelah mata kak, yg di mata lo itu cuma kak bia, kak bia, dan kak bia. Lo ga pernah sedikit aja liat gue bener" lanjut rose.

"Gue ga sejahat itu buat bunuh orang yg rela berkorban buat gue, bahkan rela ngasih ginjalnya buat gue" lirih rose membuat bestari arman dan cakra terkejut.

"Maksud kamu apa sella" bestari angkat bicara. Menatap rose meminta penjelasan.

"Kak bia... Dia.... Dia donorin 1 ginjalnya. Buat aku, dia tau kalo aku mengidap kangker" ujar rose membuat yg mendengar terkejut, begitu juga dengan seorang pria dengan polisi di belakangnya.

"Maksud lo apa hah?" Pekik pria itu mendekati rose. 4 orang yg ada di sana terkejut.

"Kak andrian" gumam rose.

"Ga mungkin bianca kasih 1 ginjalnya sama lo, dia masih sehat" ujarnya.

"Apa yg lo kata sehat hah? Tiap hari lo pukul dia, sampe dia kehilangan anaknya. Dan sekarang lo liat, dia ikut anaknya. Dasar orang gila" celetuk cakra.

"Kamu pikir kita ga tau? Kita tau semuanya. Dan kamu pikir kita diam aja? Tentu ga bakal andrian" ujar bestari menatap tajam andrian yg masih terdiam.

Prok... Prok... Prokk...

Suara tepuk tangan membuat ke 5 orang itu mengalihkan pandangan pada nino.

"Sungguh menyenangkan drama keluarga ini" ujarnya lalu menyeringai.

"Saya kesini, hanya meminta hak saya... Jadi kemari berikan hak saya" arman menyirit lalu mendekati nino.

"Hak apa yg kamu maksud?" Tanya arman membuat nino tertawa.

"Aahhh... Kalian tau ketiadaan bianca udah saya rencanakan.... Dan saya hebat bukan membunuh bianca tanpa mengotori tangan saya. Terima kasih anak muda, kamu membuat rencana saya berjalan begitu mulus. Seorang andrian biru samudra, ternyata sangat mudah di perdaya" andrian mematung dia mengepalkan tangan nya merasa jika dirinya. Di mainkan.

"Biadab" umpat andrian pelan.

"Jadi beri hak warisan dari ayah saya."sontak arman tertawa.

"Bahkan mayat. Bianca belum sampai di rumah dan kamu udah minta hak mu, apa kamu gila nino" ujar arman.

"Lagi pun, walau bianca tiada, kamu hanya dapat sepertiga dari bagian itu, karna lebihnya masih lah milik negara, apa kamu lupa kalau ayahmu itu tentara?" Lanjut bestari menghapus air mata nya.

"Apa? Bukankah jika anak itu mati semua aset akan jadi milik saya?" Bestari menggeleng.

"Tidak, kamu salah pemahaman nino" nino nampak menggeleng mendengar jawaban bestari.

"Sia sia aku membunuh anak itu" pekiknya frustasi.

"Pak, bukan andrian yg salah, tapi pria ini. Dia yg merencanakan pembunuhan anak saya" lapor arman kala polisi masuk.

"Baiklah, anda saya tangkap saudara nino, ikut kami ke kantor, dan kita akan tunggu di pengadilan" ujar polisi itu membawa nino pergi. Memang sebelumnya ada laporan yg di buat rose, jadi semakin mudah polisi menangkapa apa lagi mendengar secara langsung ucapan nino tadi.

"Kita harus kembali, waktu anda sudah habis tahanan 1" ujar polisi lain pada andrian.

"Maaf" hanya satu kata yg terucap pada keluarga arman ini. Andrian masih menatap kosong jalanan dia masih. Terkejut dengan fakta yg ada.

Sedangkan di rumah mayat flora sudah datang, dan kini acara pemakaman di mulai, sekitar beberapa jam mengurus pemakaman bianca, kini tubuh itu sudah tenang di tempat peristirahatan terakhir nya.

"Kak... Maafin sella, sella ga bisa jagain kaka. Padahal sella janji kalo sella sembuh, sella bakal jaga kakak" ucap rose mengelus nisan itu.

"Maafin abang dek, lo bener, abang emang bukan abang yg baik, jaga kamu aja abang ga becus" ujar cakra menunduk meremas tanah yg di taburi banyak bunga itu.

"Ma.... Hiks... Maafin mama ya sayang... Hiks... Mama ga bisa jaga kamu dengan baik... Mama... Hiks... Ga-gagal jaga kamu..." Ujar Bestari menangis terisak, bahkan hidung nya sudah memerah, matanya pun bengkak.

"Maafin papa nak, papa belum bisa jagain kamu dengan benar, tenang tenang ya di sana. Sering sering kunjungi mimpi papa ya" kini giliran arman yg bersuara.

"Ayo kita pulang, udah mulai mau hujan" ajak arman di angguki anak istrinya.

Saat keluar dari pemakaman mereka bertemu dengan orang tua andrian, laras dan farman. Keduanya mengucap bela sungkawa atas meninggalnya bianca, serta meminta maaf atas perlakuan anaknya pada bianca. Tentu bestari arman, maupun cakra dan rose hanya mampu mengangguk dengan menahan diri untuk tidak berteriak betapa sakitnya mereka.

Sedangkan di sel salah satu kantor polisi, seorang pria duduk lemas dengan tatapan kosong, rambutnya berantakan, baju tahanan nya pun sedikit lusuh.

Pria itu tanpa sengaja meneteskan air matanya mengingat kenangan yg dia ingat, andrian, pria itu merasa di permainkan, dia bahkan di tipu oleh seorang pria tua bangka yg menginginkan harta.

"Dra... Coba deh liat aku masakin kamu semur loh, di cobain ya"

"Aduh... Dra... Pelan pelan, kamu ga bisa kasar gini sama aku, nanti aku marah"

"Aduh aduh... Sakit... Hiks... Berhenti dra, ini sakit ... Hiks..."

"Ya ampun ini kamar apa kandang babi sih, kotor banget"

"Dra ini kopi buat kamu"

"Ya udah deh. Aku mau ke kandang babi dulu mau istirahat"

Aaarrgghhhh

Andrian berteriak mengingat wajah penuh senyum bianca padahal dia siksa, seberapa sakit gadis itu memendamnya sendiri.

"Maaf, semoga lo tenang di sana. Gue janji akan jadiin lo satu satunya, yg terakhir dalam hidup gue" ujar andrian lalu larut dengan lamunan nya.

transmigrasi flora (End/Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang