Bab 3

4.1K 671 98
                                    

Iya, aku update cepet hehehe
Seneng engga?
Kalau seneng, coba panasin dulu cerita ini 🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Jangan lupa vote dan komentarnya supaya lebih cepet lagi updatenya 🖤
















Selamat Membaca










An menjaga Cia dengan baik selama gadis itu sakit. Lelaki itu benar-benar memastikan Cia telah sembuh dan dalam keadaan baik. Mungkin juga karena faktor pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaannya. Menjaga orang sakit.

Malam ini, mereka kembali berkumpul. An, Cia, dan yang lainnnya. Kali ini tempat mereka berkumpul adalah rumah baru milik Langit, lelaki itu memang sudah bertunangan, dan sepertinya akan segera menikah. Karena itu memiliki rumah memang salah satu persiapannya.

Selesai makan malam bersama, mereka duduk di sofa lantai yang berada di belakang rumah Langit, menghadap langsung ke arah taman kecil dan kolam renang pribadi, ditemani dengan aneka camilan, dan beberapa jenis minuman beralkohol.

Citra meraih botol wine yang telah kosong, dan menarik meja kecil ke tengah. “Kita main truth or dare,” katanya yang mengundang tepuk tangan antusias dari Dela, serta helaan napas dari beberapa lelaki di sana.

“Nggak ada permainan lainnya? Malas gue, kayak bocil,” kata Angkasa yang membuat Citra menatapnya sinis.

“Gue nggak ikutan,” celetuk Biru yang membuat Dela menepuk pahanya kesal.

“Ada yang lo sembunyiin kan dari gue? Makanya lo nggak mau ikut.”

“Enggak ada,” jawab Biru sembari menggeleng.

“Yaudah, ikut kalau gitu!” seru gadis itu yang tiba-tiba saja kesal.

Permainan itu dimulai setelah banyaknya perdebatan yang mampu membuat Cia tersenyum kecil. Gadis itu suka berada di antara An dan teman-teman lelaki itu. Cia suka bagaimana memperlakukannya seperti seorang adik, seperti seorang keluarga.

Namun, setelah menemukan pesan yang dikirim oleh Langit kepada An beberapa hari yang lalu, gadis itu mulai ragu. Ia lupa jika keberadaannya di antara An dan teman-temannya masih terbilang baru. An dan yang lainnya berteman sejak mereka mulai masuk kuliah bersama hingga saat ini. Kurang lebih sudah sepuluh tahun mereka berteman, sedangkan Cia baru bergabung dengan mereka setahun yang lalu.

Jadi, mungkin saja beberapa atau mungkin semua menyimpan rahasia dari Cia. Termasuk membantu An menyembunyikan rahasia lelaki itu. Cia adalah orang baru, sedangkan mereka sudah bersama sejak masa remaja hingga kepala tiga seperti sekarang.

“Gimana kalau peraturannya sedikit diganti?” usul Jeff yang membuat semua pasang mata ke arahnya. “Nggak usah ada dare, minum aja yang nggak mau jawab.”

“Sialan ini anak,” kata Biru sembari terkekeh yang membuat Jeff menatapnya menggoda. Di antara mereka semua, Jeff memang yang paling dipercaya oleh para gadis di sana. Lelaki itu jujur dan tidak banyak tingkah.

“Boleh, gue setuju,” sahut Nana.

“Yaudah, kita mulai, ya.” Citra mulai memutar botol, dan seperti yang diinginkan ujung botol itu berhenti tepat di depan Biru yang membuat Dela bertepuk tangan antusias, sedangkan lelaki itu hanya bisa mengembuskan napas pelan.

“Pernah nggak terlintas di pikiran lo, kalau lo bakal nikahin salah satu di antara gadis yang ada di sini sekarang. Dan, siapa orangnya?” tanya Dela tanpa berbasa-basi lagi yang membuat semua tersenyum menatap Biru.

Beberapa saat Biru termenung menatap Dela yang duduk di sampingnya, sebelum ia meraih gelas berisi bir, dan meneguk isinya hingga habis, yang membuat Angkasa dan Jeff terkekeh, lalu berhighfive. Tampak puas melihat wajah bingung yang diperlihatkan Biru.

Melcia JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang