Selamat Membaca
Gapapa, Cia. Gapapaaaa
Sastra mengantar Cia pulang setelah acara ulangtahun Lasmi di panti asuhan itu selesai. Meski sempat mendapat kerutan di kening Lasmi karena melihat bagaimana ngototnya Sastra untuk mengantar Cia, namun gadis itu tidak banyak bertanya. Ia hanya tersenyum, menggumamkan kata terima kasih kepada Cia, sebelum An membawanya masuk ke mobil dan mereka pulang.
Beberapa hari berlalu dan mereka kembali berkumpul. Tempat mereka untuk berkumpul juga masih sama. Panti asuhan tempat Lasmi mengadakan ulangtahun. Pemilik panti mengundang mereka untuk datang karena ternyata diam-diam, An dan Sastra telah membeli tanah kosong di kanan dan kiri panti agar panti asuhan itu bisa menjadi lebih besar dan nyaman untuk anak-anak panti.
“Gue kalau jadi Cia pasti bingung, sih,” ujar Dela begitu melihat An dan Sastra yang kini tengah berbicara dengan pemilik panti, beberapa pengacara, arsitek, dan tim dari kontraktor. Keduanya rupanya benar-benar dibuat jatuh cinta dengan panti ini dan melakukannya dengan begitu serius.
“Kenapa Cia jadi bingung?” tanya Bumi heran.
“Ya, lo bayangin aja, yang ngejar-ngejar gue dua cowok tampan dan kaya raya.” Dela menggeleng pelan, masih menatap takjub kepada An dan Sastra di sana.
“Itu si Sastra pakai uang bapaknya kalau lo nggak tahu,” celetuk Bumi yang membuat Dela menatapnya dengan senyuman mengejek.
“Karena itu, karena itu uang bapaknya dia, makanya dia bisa pakai buat apa aja.” Gadis itu menepuk pelan pipi Bumi sebelum bangkit berdiri dan berucap, “Yang terlahir nggak kayak, diam deh,” ujarnya sembari terkikik geli yang membuat Bumi mengumpatinya pelan.
Di sisi lain, Cia tengah duduk bersama dengan Lasmi dan Nana. Mereka duduk lesehan di bawah dengan beberapa makanan yang disuguhkan oleh pemilik panti. Sejak tadi, sejak awal kedatangan Cia, gadis itu sudah sangat menyadari jika tatapan Lasmi tidak pernah lepas dari Sastra.
“Eumm... Kak Cia, aku boleh tanya?” ujar Lasmi yang dijawab anggukan pelan oleh Cia. “Kakak kok bisa kenal Sastra?”
“Oh, waktu itu—“ Untuk sesaat Cia merasa bimbang menjelaskannya dengan jujur, karena jika harus mengungkit Lovita, rasanya kurang menyenangkan, jadi gadis itu menoleh ke arah Nana, berharap mendapat bantuan dari gadis itu, dan benar saja. Nana mewakili Cia menjawab pertanyaan Lasmi.
“Waktu itu Cia kecelakaan kecil, mobilnya dibawa ke bengkel, yang ternyata itu punya Sastra.”
“Ohh...” Gadis itu tampak mengulum senyum malu-malu. “Jadi, Kak Cia udah pernah datang ke bengkelnya Sastra?”
“Pernah,” jawab Cia sembari tersenyum.
“Aku juga mau datang ke sana. Selama ini, aku selalu diam-diam lihatin aktifitasnya Sastra di sosial media. Bengkel itu punya instagram, meski yang pegang Jio, tapi sesekali Sastra muncul di sana,” jelasnya dengan terlihat lebih bersemangat yang membuat Cia hanya bisa terus tersenyum menatapnya.
“Kak Cia sering ke sana?” tanya Lasmi lagi yang membuat Cia buru-buru menggeleng.
“Cuman sekali, waktu itu aja ambil mobilku yang udah selesai dibenerin,” jawabnya bohong. Tidak mungkin juga ia mengatakan jika dirinya bahkan beberapa kali menginap di lantai atas bengkel, tempat di mana Sastra dan teman-temannya beristirahat. Tidak mungkin juga Cia mengatakan jika ia terlalu sering ke sana hingga membuat pegawai bengkel mengenali dan akrab dengan dirinya. Ia hanya tidak ingin membuat Lasmi kecewa.
An dan Sastra berjalan mendekat ke arah mereka setelah pembicaraan mereka selesai dengan pemilik panti dan beberapa orang itu. An duduk di samping Nana, sedangkan Sastra duduk di samping Lasmi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melcia Jahanara
RomanceLakshan Janardana? Mas An? Dia sepuluh, tapi takut sama pernikahan, jadi- gitu. Percuman enggak, sih? Melcia Jahanara. *** Cia sembilan. Alasannya? Ya, karena gue nggak pernah memberikan nilai sepuluh ke siapapun. Lakshan Janardana.