Bab 6

3K 521 68
                                        

Tarik napas dulu sebelum bacaaaaaa

Selamat bermalam minggu dengan An dan Cia 🤝

Ini aku serius tanya, kalian tim mana setelah baca bab 6 ini. Coba komentar di bawahhhh













Selamat Membaca










“Aku ingin memulai semuanya lagi dengan kamu. Tolong beri aku kesempatan untuk berubah, Lov,” ujar Lakshan yang membuat semua pasang mata di acara pesta ini diam menatapnya.

Lovita tampak terkejut, sejujurnya kedatangan An sendiri adalah kejutan untuknya, karena gadis itu tidak mengundangnya. Namun, ia juga tidak berniat mengusir lelaki itu. Lovita hanya ingin menjalin hubungan baik, meski mereka sudah tidak lagi bersama. Namun, sepertinya An memiliki maksud lain.

“An... kamu bercanda?” Lovita tampak bingung. “Hubungan kita udah lama berakhir.”

An mengangguk pelan, “Iya, aku tahu. Aku mengerti hubungan kita udah lama berakhir. Tapi, aku ingin memulai semuanya kembali dengan kamu, Lov.” Tidak sampai di sana, lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak dari saku jasnya, membuka dan memperlihatkan cincin dengan berlian berkilau di dalamnya yang membuat Lovita bahkan sampai harus menutup mulutnya terkejut.

“Ayo menikah.”

“Kamu udah nggak waras, An. Pacar kamu di sini,” ujar Lovita sembari menatap ke belakang tubuh An, di mana Cia tengah berdiri dan menyaksikan semuanya sejak tadi.

Cia benar-benar ingin melukai dirinya sendiri, karena setelah mendengar perkataan An tadi siang, gadis itu malam ini mengikuti An untuk datang ke acara ulangtahun Lovita. Dengan penampilan terbaiknya, Cia ternyata datang hanya untuk mendengar lelaki yang ia cintai melamar gadis lain.

Tanpa menoleh ke arah Cia, An menjawab, “Aku udah mengatakan itu ke kamu, aku dan Cia sudah berakhir. Karena itu aku melamar kamu malam ini.”

Lovita mengembuskan napas kasar, ia menoleh ke arah lain dengan frustasi, “Aku nggak tahu apa yang terjadi di antara kalian, dan... aku juga sebenarnya nggak mau tahu. Tapi, An, kamu keterlaluan malam ini.” Gadis itu menatap ke arah Cia yang sejak tadi hanya diam. “Bukan gini cara menyelesaikan sebuah hubungan, An. Kamu nggak lihat gimana kecewanya pacar kamu sekarang?”

An masih mempertahankan diri, enggan menoleh ke arah Cia yang berdiri di belakangnya, meski lelaki itu merasakan bagaimana tatapan gadis itu terus mengarah kepadanya sejak tadi.

“Perasaan dia, kecewanya dia, bukan lagi menjadi urusanku,” ucapnya yang membuat setetes air mata jatuh di pipi Cia. Ke mana An yang dulu sempat mengatakan tidak akan membiarkan Cia menangis lagi? Ke mana perginya lelaki yang dulu selalu menjaganya?

Meski sekuat mungkin gadis itu menahannya, rasa sakit dan sesak yang ia rasakan, membuat pertahanan Cia runtuh. Dengan wajah yang mulai basah karena air mata, perlahan gadis itu melangkah meninggalkan acara ulangtahun Lovita, dengan diiringi tatapan kasihan dari para tamu di sana.

Lovita menghela napas pelan melihat kepergian Cia, pestanya berantakan, namun lebih dari itu, Lovita menatap Cia dengan pandangan kasihan. Gadis yang terlihat baik itu, jatuh cinta dengan orang yang salah. Memahami An tidak pernah semudah itu. Bahkan meski tujuh tahun bersama, Lovita masih terus belajar memahami An sampai akhir hubungan mereka.

“Kamu akan jadi lelaki paling brengsek yang aku kenal, kalau kamu cuman diam dan membiarkan pacar kamu gitu aja.” Lovita menatap An dengan helaan napas panjang, “An, apa yang terjadi di antara kita, apa yang terjadi di masa lalu... gadis tadi bukan jawaban atas pelampiasan rasa sakit kamu,” ujarnya sebelum ikut pergi, meninggalkan An begitu saja.

Melcia JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang