Selamat Membaca
“Apa yang lo maksud? Mobil siapa yang dijual?” Sastra baru saja datang ke bengkel setelah mendapatkan kabar dari Angga. Masih dengan memegang helm, lelaki itu mengembuskan napas pelan setelah melihat mobil Cia yang terparkir di bagian samping bengkel itu.
Sastra diam sejenak, menghela napas kasar, ia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi nomor gadis itu, namun tidak ada jawaban. “Siapa yang bawa mobil ini ke sini?” tanyanya kepada Angga sembari terus berusaha menghubungi Cia.
“Gue nggak kenal, dia bilang temannya Mbak Cia.”
Lelaki itu menyerah, nomor Cia tidak aktif, chatnya sejak pagi tadi juga tidak dibalas oleh gadis itu. “Biarin mobil ini di sini, jangan ada yang boleh nyentuh. Gue mau ke rumah Cia dulu,” ujarnya yang mendapat anggukan pelan oleh Angga.
Ketika Sastra sudah duduk di atas motornya, hendak mengenakan helm, sebuah mobil yang tidak asing lagi untuknya berhenti tepat di depan bengkelnya. Ia turun dari motor, menyambut pemilik mobil yang merupakan An itu.
“Ada apa, Mas?” tanyanya.
“Cia di sini?” tanya An balik yang membuat kening Sastra mengerut. “Dia nggak bisa dihubungi sejak semalam. Gue takut terjadi sesuatu sama dia,” katanya yang membuat perasaan Sastra semakin tidak tenang.
“Mbak Cia nggak ke sini, tapi seseorang yang bilang kalau dia temannya Mbak Cia datang buat jual mobil.”
“Jual mobil? Mobilnya Cia?” tanya An memastikan yang dijawab anggukan pelan oleh Sastra.
Ketika dua lelaki itu masih sibuk sekaligus cemas dengan pikirannya, kedatangan Angga yang berjalan mendekat membuat keduanya menatapnya dengan pandangan bertanya. Angga mengangkat layar ponselnya yang menampilkan sebuah postingan di instagram.
“Postingan terbaru dari Mbak Cia di instagram, baru diposting lima menit yang lalu. Gue rasa kalian berdua harus lihat sendiri,” ujarnya yang membuat Sastra dan An segera mengeluarkan ponsel mereka, dan melihat postingan Cia di instagram.
***
Tiga tahun kemudian
Hari ini adalah hari kelulusan Sastra dan teman-temannya yang lain. Acara wisuda baru saja selesai dilakukan, kini Sastra, Angga, Jio, dan Fatan, tengah berada di sebuah restoran milik Nana. Merayakan hari kelulusan dengan makan malam bersama dengan Lasmi, An, dan yang lainnya. Iya, beberapa tahun berlalu, mereka menjadi dekat dan sering berkumpul bersama, meski kadang tidak selalu berkumpul dengan versi lengkap. Atau, tidak pernah lengkap karena kepergian Cia tiga tahun yang lalu.
Gadis itu menghilang tanpa memberikan kalimat perpisahan. Cia hanya mengupload postingan di instagram untuk berpamitan dengan para pembacanya di sana. Ia bahkan tidak mengucapkan apapun kepada Sastra, An, dan yang lainnya.
“Jadi, habis ini rencana lo apa? Mau menikmati kekayaan orangtua lo dengan santai dan ke klub setiap malam, atau nikah?” tanya Jeff kepada Sastra dengan ekspresi menggoda.
Sastra hanya tersenyum singkat, sebelum meminum alkohol di gelasnya. Ia menatap ke arah An yang tampak diam dan memainkan gelasnya, senyuman jail singgah di wajahnya. “Alih-alih tanya itu ke gue, kenapa lo nggak tanya hal itu ke teman lo yang masih betah sendiri ini,” katanya yang membuat An mendongak, menatapnya dengan alis dinaikkan.
Tiga tahun berlalu, semua teman-teman An telah menikah. Jodoh mereka tidak jauh. Biru menikah dengan Dela. Langit akhirnya jatuh ke dalam pelukan Citra. Jeff dan Angkasa juga sudah menikah dengan kekasih mereka, yang tersisa hanya An dan Nana.
“Berisik lo anak kecil,” ketus An yang membuat Sastra terkekeh singkat.
“Lo berdua cari cewek deh yang paling benar,” kata Citra sembari mengusap lembut perutnya yang membuncit. Ia tengah hamil lima bulan, hal yang membuat Langit bekerja ekstra untuk menjaganya terus diam.
“Harusnya sih nggak jauh-jauh, ya. Di sini juga ada cewek cantik, udah gas aja,” sahut Dela yang membuat An dan Sastra kompak diam.
Nana dan Lasmi memang berada di sisi An dan Sastra selama tiga tahun ini. Mereka berteman dengan baik, sesekali juga keempatnya jalan bersama walau hanya sekadar makan malam atau mengunjungi tempat-tempat yang diinginkan oleh Lasmi. Namun, hanya itu. Beberapa tahun berlalu, namun An dan Sastra tidak bergerak dari tempatnya.
Kepergian Cia yang tiba-tiba membuat keduanya seolah kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari kehidupan keduanya. An masih sendiri meski Lasmi terus mengatakan untuk memulai sesuatu yang lebih serius dengan Nana.
Cia memutuskan pergi begitu saja tiga tahun yang lalu. Mobilnya dititipkan kepada Angga untuk dijual, namun Sastra melarangnya. Rumahnya masih ada, hanya setiap seminggu sekali akan ada orang yang membersihkan rumah itu. Belakangan ini mereka juga baru mengetahui jika orangtua Cia memiliki tempat kos yang cukup mewah di daerah Jakarta Selatan, yang kini dipegang oleh teman gadis itu yang bekerja sebagai wartawan.
Kasus mengenai suap kecelakaan orangtua Cia waktu itu, An memilih tidak memperpanjangnya. Lelaki itu juga akhirnya mengetahui jika karena hal itu, Cia dimusuhi keluarganya yang berada di Malang. Dua Om Cia tidak ditahan, namun polisi yang bekerja sama tetap diberikan sanksi.
“Tenang aja kali, Mbak. Si Sastra masih nungguin yang pergi,” celetuk Angga yang membuat An dan Lasmi menatap ke arah Sastra yang hanya diam, tersenyum tipis, dan menghabiskan alkohol di gelasnya.
“Lo juga, An?” Angkasa berdecak sembari menatap An dengan gelengan pelan, “Jadi, kalau dia balik, gue bakal lihat kalian saingan, nih? Bukannya akur jadi ipar?” tanyanya yang membuah kekehan terdengar di meja panjang itu.
Semua yang berada di meja itu masih asyik saling mengobrol dan memakan hidangan yang mereka pesan, sebelum Jio yang duduk di samping Angga tersedak air mineral yang baru saja ia teguk.
“Kenapa, sih, anjir?!” seru Fatan yang mengernyit jijik melihat air yang tumpah di baju Jio.
Jio tidak menjawab, ia sekali lagi menatap layar ponselnya, sebelum menatap ke arah Sastra yang duduk di pojok. “Mbak Cia posting foto di instagramnya setelah tiga tahun,” ujarnya yang membuat semua orang mulai mengeluarkan ponsel dan memeriksanya.
“Ini ... bukannya rumah adat orang Mongolia?” gumam Biru yang membuat semua terkejut dan terus diam.
Iya ini pendek hehehe
Coba spam komentar dulu sampai 100 komentar, besok janji bakal update lagi.
Hari ini ga ketemu Cia dulu ya. Nggak apa apa. Biarin dia istirahat dulu hehe
Guys, aku nulis cerita baru di karyakarsa. Judulnya Happy Ending? Jangan lupa kepoin di sana ya.
Thank youuu
Follow ig, wattpad, karyakarsa, tiktok : Rizcaca21

KAMU SEDANG MEMBACA
Melcia Jahanara
RomanceLakshan Janardana? Mas An? Dia sepuluh, tapi takut sama pernikahan, jadi- gitu. Percuman enggak, sih? Melcia Jahanara. *** Cia sembilan. Alasannya? Ya, karena gue nggak pernah memberikan nilai sepuluh ke siapapun. Lakshan Janardana.