Bab 27

2.9K 483 118
                                        

Selamat Membaca


















Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara di antara An dan Cia. Keduanya terus diam, hingga mobil yang dikemudikan oleh An berhenti tepat di depan rumah Cia. Gadis itu melepas seatbeltnya, menoleh ke arah An, sebelum...

“Let’s married, Cia.”

Cia diam, gadis itu terkejut. Ia menatap An yang tampak menatapnya dengan pandangan serius. Dulu, ini yang ingin ia dengar dari mulut lelaki itu. Dulu, hal ini yang sangat ia tunggu-tunggu, bahkan hingga membuat Cia berharap setiap malamnya akan semanis apa lamaran An kepadanya. Namun, sekarang semua terasa berbeda.

Gadis itu merasa kosong.

“Cia...”

“Mas,” panggil Cia setelah berhasil menguasai dirinya sendiri saat ini. “Kamu bercanda?” Ya, hanya itu yang mampu gadis itu ucapkan kepada An.

“Aku terlihat bercanda ya sekarang?” An balik bertanya. “Aku serius, Cia. Ayo menikah, kita berdua. Semua Cia, semua yang sudah terjadi, bisa diperbaiki. Ayo mulai lagi dari awal. Kali ini aku janji nggak akan mengulang kesalahan yang sama,” ucapnya dengan begitu serius.

“Tunggu sebentar, Mas.” Cia tampak gusar, ini mengembuskan napas kasar dan mengalihkan pandangan ke arah lain, sebelum kembali menatap ke arah An yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. “Ini terlalu terburu-buru, Mas. Aku – aku nggak bisa jawab sekarang. Ini terlalu mengejutkan untuk aku.”

An mengangguk. “Kamu mempunyai banyak waktu untuk berpikir, Cia. Aku akan berikan itu. Dan, saat kamu sudah menemukan jawabannya, segera beritahu aku.” Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak yang ketika dibuka berisi sebuah cincin berlian yang terlihat mewah. Lelaki itu sudah menyiapkannya. “Aku harap bisa melihat kamu memakai itu secepatnya,” ujarnya dengan senyuman tipis.

***

Cia sudah memutuskan, apalagi setelah bertemu dengan Sastra semalam, dan apa yang terjadi di antara mereka. Pengakuan An kepadanya beberapa hari yang lalu, gadis itu sudah memantapkan diri dengan jawabannya. Ia mengajak An bertemu di salah satu restoran, tempat mereka merayakan perayaan hubungan satu tahun mereka dulu.

Namun, rencananya berubah karena An yang tiba-tiba saja pingsan setelah melakukan operasi, yang mengharuskan lelaki itu beristirahat di rumahnya. Jadi, di sinilah Cia sekarang. Tiba di rumah An dengan Lasmi yang menyambutnya.

“Mas An di kamarnya di lantai atas, tadi sepulang dari rumah sakit, langsung ke atas buat istirahat.”

“Mas An pulanganya sendiri?”

“Diantar sama Mas Langit. Kak Cia mau langsung ke atas? Aku nggak bisa nemenin, nggak apa-apa?”

Cia tersenyum sembari mengangguk pelan. “Aku boleh ke atas?” tanyanya lagi yang dijawab anggukan oleh gadis itu. “Kalau gitu aku ke atas dulu, ya,” ujarnya sembari mengusap lembut pundak Lasmi, sebelum berjalan menaiki tangga menuju kamar An.

Cia mengetuk pintu kamar berwarna coklat itu, sebelum membukanya perlahan. Setelah membiarkan pintu tetap terbuka, gadis itu melangkah masuk ke dalam. Nuansa kamar berwarna putih dan abu itu tampak dingin karena tidak banyak hiasan di kamar lelaki itu.

Gadis itu duduk di tepi ranjang, menatap ke arah An yang tampak terlelap dengan damai. Tangannya bergerak mendekat dan menyentuh keningnya perlahan dan merasakan suhu panas dari sana. Cia sudah berhati-hati agar tidak mengganggu An, namun ternyata lelaki itu tetap terbangun oleh gerakan perlahan yang Cia lakukan.

Melcia JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang