Bab 16

2.2K 442 115
                                    

Selamat Membaca










Bakar duluuu 🔥🔥🔥🔥













Jam makan siang kali ini, Cia membuat janji dengan salah satu temannya yang bekerja sebagai wartawan di stasiun televisi swasta. Gadis itu sudah mengumpulkan niatnya, memberanikan diri untuk menyampaikan kebenarannya mengenai kecelakaan yang dialami oleh orangtuanya dan keluarga An empat tahun yang lalu.

Kemarin, setelah pulang larut malam karena Sastra yang mengajaknya makan jagung bakar di Bogor, Cia memikirkan ulang segalanya. Dan, ini memang jalan yang harus dia ambil.

“Lo serius?” tanya Rega sekali lagi yang dijawab anggukan pelan oleh Cia. Gadis itu sudah menjelaskan semuanya di telepon beberapa hari yang lalu kepadanya.

Rega mengembuskan napas pelan, dan menyimpan flashdisk itu di sakunya. Ia menatap Cia dengan pandangan serius. Gadis lemah lembut yang menjadi temannya ketika masa SMA itu, terlihat dewasa saat ini. Namun, di saat bersamaan Rega juga melihat ketakutan dibalik tatapan yang Cia berikan saat ini.

“Dengar gue baik-baik, Cia. Jujur, ini berita yang akan sangat menguntungkan buat gue. Karena selain mengungkap kebenaran yang selama ini ditutupi, berita ekslusif ini juga menyangkut polisi yang keluarga lo suap empat tahun yang lalu, yang sekarang sedang menjabat sebagai kapolres Jakarta Barat. Berita ini akan besar, Cia.” Rega berucap dengan jujur.

“Tapi, apa lo benar-benar siap dengan konsekuensinya? Keluarga lo mungkin juga akan diproses secara hukum karena tindakan suap itu. Nama baik almarhum Papa lo juga akan tercoreng, dan mungkin itu juga akan berpengaruh dengan pabrik rokok punya keluarga lo di Malang. Lo yakin nggak apa-apa?”

Alasan mengapa keluarga Cia sampai harus menyuap polisi untuk tidak mengungkap kebenaran mengenai kecelakaan itu adalah karena pabrik rokok milik keluarganya di Malang. Pabrik itu semakin tahun semakin besar, beberapa invenstor dari luar negeri berhasil mereka dapatkan. Juga, proses pemasaran mulai merambah keluar Asia Tenggara. Merk rokok mereka juga selalu dipromosikan oleh beberapa selebritas terkenal Ibu Kota. Tentu mereka harus melindunginya agar harga saham tidak terjun bebas.

Namun, beberapa nyawa telah menghilang. Meski orangtuanya juga berada di kecelakaan tersebut, tetap saja rasanya tidak adil jika kecelakaan itu selamanya akan dikenal dengan penyebabnya sebagai rem blong, sedangkan pada kenyataannya tidak.

Cia juga tidak bisa selamanya membiarkan An membencinya dan keluarganya. Jika memang harus benar-benar berakhir, setidaknya semua harus mendapatkan keadilan. Lasmi bahkan harus duduk di kursi roda untuk seumur hidupnya.

Cia menatap Rega dan mengangguk pelan. “Gue tahu kok, Ga. Gue siap dengan konsekuensinya.”

“Keluarga besar lo gimana? Lo udah bicara sama mereka?” Kali ini pertanyaan Rega tidak mendapat jawaban dari Cia.

Rekaman vidio dirinya yang ia serahkan kepada Rega, adalah tanpa sepengetahuan keluarga besarnya di Malang. Mereka mungkin akan marah. Namun, Cia juga tidak bisa diam saja.

Rega menghela napas pelan. Ia mengeluarkan kembali flashdisk itu dan menyerahkannya ke depan Cia. “Diskusikan lagi semuanya, Cia. Gue nggak tahu alasan yang membuat lo mau melakukan ini. Tapi, nggak perlu terburu-buru. Lo bisa mikirin semua dampaknya lebih dulu. Kalau memang keputusan lo udah bulat, lo bisa hubungi gue lagi, kapan pun itu.”

***

An yang tengah lari pagi di taman dekat rumahnya sempat terhenti begitu melihat Cia yang sedang berdiri tidak jauh darinya dengan memakai pakaian olahraga juga. Tanpa bertanya lagi, lelaki itu juga tahu jika Cia tengah sengaja menemuinya. Gadis itu masih menghafal jadwal An di weekend seperti saat ini.

Melcia JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang