50. Luluh?

610 82 12
                                    

Ini sudah hampir dua minggu Win terus mengurung diri di dalam kamar, bahkan setiap anaknya, Levin ingin masuk ke dalam kamar Win selalu mengatakan sayang, papa ingin sendiri dulu. Kamu tidur sendiri di kamar lain tidak apa-apa kan sayang? Maafkan papa. Setelah mengatakan itu, Win kembali menangis terisak, padahal di saat-saat seperti ini, ia sangat membutuhkan Levin. Ia sangat butuh pelukan dari anaknya itu.

Dan hari ini, Win memberanikan diri untuk keluar dari kamar menghadapi Bright dan juga Levin. Ia memperhatikan sekeliling ruangan yang terasa sepi dan sunyi, kemana perginya semua orang? Batin Win bertanya.

Tak lama kemudian ia merasakan ada yang memeluk kakinya dengan erat, ia pun dengan cepat menunduk ingin melihat siapa pelakunya. Levin, itu anaknya. Mata anaknya sembab, seperti habis menangis. Win pun segera memeluk anaknya dan di balas oleh anaknya.

"Papa hiks, Levin merindukan papa. Papa kenapa tidak mengizinkan Levin masuk ke dalam kamar papa? Papa marah ya sama Levin? Maafkan Levin pa hiks. Papa jangan seperti itu lagi, Levin sedih pa." ucap anak itu menangis memeluk papanya.

"Sayang, Levin maafkan papa ya nak? Papa janji tidak akan kekanakan seperti kemarin lagi." ucap Win memeluk serta mengelus kepala belakang Levin.

"Papa marah sama Levin?" tanya anak itu lagi membuat Win menggeleng kuat sebagai jawaban.

"Tidak sayang, papa tidak marah sama kamu. Papa sayang sama kamu, papa tidak mungkin bisa marah sama kamu sayang."

"Levin jangan menangis lagi ya? Levin itu kekuatan untuk papa. Kalau kekuatan papa menangis, papa juga akan lemah sayang, kamu mengerti kan?" ucap Win membuat anak tiga tahun itu mengangguk.

Huek.

Deg.

"Papa, papa kenapa?" tanya Levin yang melihat papanya mual lalu menutup mulutnya.

Huek..

Win pun berlari menuju wastafel dapur, untuk memuntahkan isi perutnya yang sedari kemarin malam tidak ia isi itu.

"Win kamu kenapa?" tanya seseorang yang sedari tadi berkutik di dapur. Suara seorang pria yang tidak ingin Win dengar suaranya.

"Diam kau! Urus saja dirimu sendiri!" bentak Win pada Bright.

Win segera membasuh mulutnya yang belepotan dengan air kran wastafel itu, lalu berbalik menatap Bright yang sedari tadi menatapnya dengan senyum menyebalkan itu.

"Apa yang kau lihat?" tanya Win.

"Apakah dia sudah ada di dalam sekarang?" tanya Bright yang sudah tersenyum kecil membuat Win membelalakkan matanya.

"Hei! Tutup mulut mu! Jangan pernah bermimpi tentang itu." ucap Win membuat Bright melunturkan senyumnya.

"Kenapa seperti itu? Bukankah saya sudah banyak mengeluarkannya di dalam? Kenapa bisa tidak jadi?" tanya Bright menatap Win kecewa, ia mengerucutkan bibirnya.

Win pun menaikkan bahunya acuh, lalu beranjak pergi dari hadapan Bright. Membuat Bright yang melihat itu kecewa, bagaimana bisa itu tidak jadi?

***

Win sedang bersantai di kasur kamarnya, menonton video resep masakan yang belum pernah Win masak sembari memangku dua toples cemilan dan menikmatinya. Ia terlalu asik menonton sampai tak sadar ada seseorang yang masuk ke kamar miliknya.

"Win?"

Win terkejut mendengar suara itu, dan langsung menyingkirkan ponselnya dari hadapan nya.

HE'S MY HUBBY •18+• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang