41. Waktu Berlalu

715 86 32
                                    

Bright tidak tahu akan bagaimana nasibnya jika Win meninggalkannya sendiri, Bright sudah sangat bergantung pada Win selama ia tinggal bersama kelinci itu. Sekarang apa yang akan terjadi jika kelinci itu pergi? Apakah ia harus kembali bersama istri pertamanya, Min? Atau menunggu kepulangan Win yang sudah jelas tidak akan pernah pulang ke dirinya lagi.

Bright bingung, ia di landa kebingungan saat ini.

"Saya pilih kamu," ucap Bright menatap Win dan mengacuhkan Min yang berada di depannya.

Min tidak percaya apa yang di dengarnya tadi, Bright lebih memilih perebut ini di banding dirinya. Ini benar-benar tidak masuk akal.

Win tersenyum miring mendengar keputusan dari Bright, see perebut ini lah yang menjadi pemenangnya. Because, i'm Win so always win.

"Mbak," panggil Win menatap remeh pada Min. "My name is Win, so always win." lanjut Win tersenyum kemudian berjalan menjauh dari Min sambil menarik tangan Bright agar ikut bersamanya.

Setelah Bright termenung melihat kepergian Win dari rumahnya sendiri, Bright pun berlari keluar rumah ingin mencegah Win, kelinci kecil itu pasti belum jauh dari sekitaran rumahnya. Tetapi saat Bright sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi itu, ia tidak menemukan sosok yang ia cari.

Bright menghela nafas berat kemudian ia masuk kembali ke dalam rumah, ia mengambil kunci mobil yang berada di ruang tamu tadi dan segera menyusul Win. Mungkin kelinci kecilnya belum terlalu jauh dari perumahan elite ini.

Setelah berkeliling selama satu jam untuk mencari Win, Bright baru teringat rumah mertuanya. Mungkin saja Win nya berada di sana, sampai di sana Bright di sambut oleh ibu mertuanya yang sedang menyirami tanaman. Pandangannya yang kosong menatap ke depan, mertuanya sedang melamun.

"Ibu," panggilan dari Bright membuat wanita paruh baya itu tersentak, ia mengerjap menatap Bright.

"Kenapa kamu ke sini Bright?" tanya ibu Win setelah tadi mengerjap menatap sang menantu.

"Saya hanya ingin bertemu dengan Win. Apakah Win ada di dalam?" tanya Bright sopan.

"Iya tadi Win ke sini, tapi dia pergi lagi bersama ayahnya. Ibu tahu kamu kesini untuk membawa Win kembali, tapi tadi sebelum ia pergi lagi Win bilang pada ibu bahwa dia tidak akan mau kembali bersama mu. Ibu tahu kamu sudah mempunyai istri sebelum kamu bersama dengan Win, ibu tidak marah tentang itu. Tapi bisakah kamu membebaskan Win dan juga anak dalam kandungannya?" tanya ibu Win dengan lembut.

Deg.

"Bebaskan dia Bright, Win itu masih sangat kecil. Umurnya masih 17 tahun, apakah kamu tega melihat anak sekecil Win menanggung beban yang sangat besar dalam hidupnya sendirian? Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Win selama ini memendam semua perasaannya sendirian? Anak sekecil itu Bright."

Ibu Win menangkupkan kedua tangannya setinggi wajahnya, memohon pada Bright yang masih terdiam.

"Ibu mohon, tolong lepaskan Win dan kembali lah bersama istrimu itu Bright."

"Ibu maafkan saya, saya tidak bisa melakukan itu karena saya juga tidak bisa hidup tanpa Win bu. Selama ini saya sudah selalu bergantung pada Win bu, tidak mudah untuk saya melakukan itu." ucap Bright.

"Benar kata Win, kamu benar-benar egois Bright."

"Maaf bu," ucap Bright menundukkan kepalanya lalu di angkat lagi. "Sekarang katakan pada saya di mana Win berada?" lanjutnya lagi.

"Bu saya mohon beritahu saya." pinta Bright kala ibu Win yang sedari tadi terdiam tanpa ingin menjawab pertanyaannya.

"Ibu tidak tahu, kemana ayah mertua mu membawa Win. Yang ibu tahu, pasti Win sudah di bawa sejauh mungkin agar tidak bertemu dengan mu lagi."

HE'S MY HUBBY •18+• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang