42. Papa Bukan Mama

699 90 16
                                    

Win berniat untuk mengejutkan Prim yang sedang asik berjalan di depannya sambil memegang ponselnya, sepertinya gadis itu sedang bermain game di ponselnya.

"Prim!" panggil Win sembari menepuk pundaknya, membuat gadis itu terkejut bukan main bahkan wajahnya berubah menjadi pucat.

"Ih Win, Win mengejutkan Prim. Untung saja Prim tidak memiliki riwayat penyakit jantung." ucap Prim memanyunkan bibirnya.

"Tuh lihat, gara-gara Win Prim jadi kalah bermain bersama Dew." rajuk gadis itu menunjukkan ponselnya pada Win.

"Iya maaf." ucap Win mengacak-acak rambut Prim membuat Prim tersenyum malu dengan rona merah yang menjalar di pipinya.

"Oh iya, Dew tidak tahu kan kalau kamu dan aku satu kampus disini?" tanya Win menyelidiki, tatapannya berubah menjadi mengintimidasi Prim. Membuat gadis itu gugup bukan main.

"T-tidak P-prim tidak pernah mengatakan apapun tentang Win pada Dew. Prim berani sumpah Win." ucap gadis itu dengan wajah serius, ia menunjukkan kedua jarinya membentuk huruf V.

"Iya Win percaya sama Prim." ucap Win tersenyum manis, dan setelah sekian lama, akhirnya Win kembali menyebut namanya sendiri ketika berbicara dengan Prim. Dan Prim sangat merindukan itu. Dan kembali membuat jantung Prim berdetak kencang akhir-akhir ini ketika melihat senyuman itu.

"Oh iya, bagaimana kabar Levin? Prim sangat merindukannya, bolehkah nanti Prim ikut dengan Win setelah selesai kuliah?" tanya Prim menatap berbinar pada Win.

"Boleh, Levin juga sepertinya merindukan aunty nya." ucap Win lagi.

Prim mengangguk.

"Ya sudah, ayo ke kelas. Sebentar lagi kelas dimulai." ajak Prim menarik tangan Win untuk ikut berlari bersamanya.

Sekarang banyak mahasiswa-mahasiswi membicarakan Prim yang dekat dengan Win yang jelas-jelas sudah mempunyai anak, mereka menganggap bahwa Win sudah memiliki pendamping hidup. Dan Prim dengan terang-terangan mendekati Win, bahkan terkadang mereka juga bertingkah mesra seperti sepasang kekasih.

"Oh iya, bagaimana dengan hubungan Win dan om Bright? Apakah Levin sudah tahu?" tanya Prim penasaran, karena selama ia bertemu lagi dengan Win hampir setahun belakangan, pemuda itu tidak menceritakan apapun.

"Jangan bahas dia Prim, aku sudah muak hanya dengan mendengar namanya." ucap Win dingin.

Ah, satu lagi. Setelah Prim bertemu kembali dengan Win, pemuda ini menjadi sedikit berbeda.

"Maafkan Prim, kalau begitu Prim pamit dulu Win."

Win menarik tangan Prim membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk pergi dari hadapan Win, "ada apa denganmu?" tanya Win.

Prim menatap mata Win, "kenapa sekarang Win menjadi berbeda? Kemana Win nya Prim yang dulu? Setelah tiga tahun kita berpisah, Win jadi berbeda. Prim merindukan Win yang dulu." ucapnya menangis, membuat Win mau tak mau memeluk gadis itu.

"Maaf, maafkan Win." lirih Win yang masih memeluk Prim.

"Bahkan pelukan Win juga menjadi berbeda ketika memeluk Prim, berbeda dengan terakhir kali Win memeluk Prim saat masih di sekolah dulu. Prim merindukan Win yang dulu, Prim hanya menyukai Win yang dulu, tolong kembalikan Win nya Prim." racau gadis itu menangis terisak di pelukan Win.

Orang-orang menatap keduanya dengan aneh, ada yang mencibir. "Lihatlah pemuda beranak satu itu, ia bahkan membuat gadis itu menangis."

"Hei, berhenti membicarakan tuan ku!" ucap Joss murka ketika ucapan orang-orang itu terdengar di telinganya, membuat orang-orang yang tadi membicarakan hal aneh pada Win menjadi terdiam menunduk takut.

HE'S MY HUBBY •18+• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang