52. Menerima Takdir

530 81 12
                                    

3 tahun yang lalu.

Setelah Win keluar dari rumah yang pernah diberikan Bright pada Win, Win kembali mendatangi rumah besar yang didalamnya terdapat Min dan para pelayan. Win kesana sebelum ia dan para bodyguard juga sang ayah pergi ke Swiss, ia mengetuk pintu yang sudah tertutup rapat berharap Min yang membukakan langsung pintu itu.

"Ada apa kamu kesini lagi?" tanya Min dengan ketus saat ia membuka pintu mendapati Win dengan menggendong tas ranselnya yang gemuk serta boneka wortel yang selalu di peluk oleh Win.

"Eum.. mbak, W-win ingin meminta maaf atas sikap Win tadi Win tahu Win sudah sangat keterlaluan tadi. Maafkan Win mbak." ucap Win yang semakin terdengar sangat lirih di pendengaran Min membuatnya bersedekap dada.

"Tiba-tiba? Tanpa alasan datang hanya ingin meminta maaf?" tanyanya kembali dengan tatapan yang tidak bersahabat pada Win membuat Win tertunduk untuk mengumpulkan keberanian.

"W-win h-hanya tidak ingin di hari terakhir kita bertemu, hubungan kita menjadi tidak baik."

"Apa maksudmu?"

"Win kesini h-hanya ingin berpamitan dengan mbak, dan juga Win ingin hubungan kita menjadi membaik tidak saling membenci seperti ini." ungkap Win membuat Min mengernyitkan alisnya, ia bingung.

"Berpamitan? Kamu ingin kemana? Lalu bagaimana dengan Bright?" tanya Min, nada suaranya tidak seperti tadi yang ketus.

"Pergi dari kalian semua. D-dan Win juga sudah memutuskan kalau Win akan segera berpisah dengan suami mbak, eum.. mbak tolong jaga dan juga rawat mas Bright dengan baik ya?"

"Kamu membiarkan aku yang menang? Apa kamu yakin ingin berpisah dari Bright?" tanya Min semakin penasaran, ini sangat jauh di luar dari dugaan Min.

Ia kira, mereka berdua akan terus memperebutkan Bright, ternyata ia salah. Anak sekecil ini mau bahkan rela meminta maaf terlebih dahulu padahal disini Min lah yang salah.

"Mbak, Win mohon tolong maafkan Win. Win tidak hanya tidak ingin ketika Win pergi, Win memiliki banyak musuh. Win hanya ingin berbaikan dengan mbak, maafkan semua kelakuan Win selama ini. Win tahu mbak Min orang yang sangat baik, Win.."

"Oke aku memaafkan mu, aku juga minta maaf. Sikap ku padamu selama ini sangat jahat, aku seperti pemeran antagonis yang hanya ingin menang." potong Min dengan cepat.

Win tersenyum sangat tulus pada akhirnya, lagi-lagi ialah orang yang harus mengalah demi kebaikan bersama. Win sangat tidak suka jika ia memiliki banyak musuh, Win sangat suka dengan kedamaian.

"Boleh Win memeluk mbak untuk terakhir kali, mungkin?" pertanyaan Win itu mampu membuat Min meloloskan air matanya kemudian ia mengangguk dan merentangkan kedua tangannya agar Win dapat masuk kedalam pelukannya.

Win yakin keputusan ini sudah benar. Merelakan orang yang di sayanginya untuk hidup bersama dengan orang baik, Min. Win tidak tahu, hanya dengan seperti ini perasaannya menjadi lebih tenang dibandingkan sebelum ia memilih untuk kerumah ini dan meminta maaf terlebih dahulu.

"Mbak tolong jaga dan rawat mas Bright ya? Sebelum tidur, biasanya mas Bright suka minta peluk sama Win. Kalau mas Bright tidak bisa tidur, biasanya Win akan selalu membuatkan mas susu agar bisa tidur. Sekarang mas Bright sudah suka susu mbak. Tolong gantikan posisi Win, buat mas Bright kembali nyaman bersama mbak. Win yakin mbak bisa melakukannya. Win pamit ya mbak, jaga diri baik-baik. Nanti setelah Win sampai, Win akan menghubungi mbak." pesan Win yang membuat Min kembali menangis dan mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Win.

"Aku akan mengingat semua pesanmu." lirihnya membuat Win melepaskan pelukan itu lantas menyodorkan jari kelingkingnya kehadapan Min.

"Janji?"

HE'S MY HUBBY •18+• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang