43. Taman

533 91 24
                                    

"Papa ayo cepat kita ke sana, Levin ingin bermain ayunan itu." ucap anak berusia tiga tahun itu menarik tangan Win untuk berlari bersamanya.

Setelah Levin terbangun dari tidurnya tadi, ia menagih rencana yang pagi tadi ia rencanakan bersama Win. Dan Win pun menuruti permintaan anak yang entah sejak kapan telah menjadi kesayangan dan juga penyemangat nya itu.

Win kali ini tidak ingin di temani oleh anak buah kepercayaan ayahnya itu, karena ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama anaknya. Dan mungkin juga bersama dengan Prim, sahabatnya.

"Levin sebentar sayang, kita harus menunggu aunty Prim dulu nak." ucap Win yang langsung menghentikan langkah anak kecil itu.

"Oke papa," ujarnya cemberut tetapi tetap menurut.

Melihat anaknya yang cemberut seperti itu, Win pun mengangkat tubuh Levin untuk duduk dipangkuan nya.

"Sayang, anak papa jangan cemberut seperti itu. Kenapa sih? Ini hanya aunty Prim saja, sayang." ucap Win membujuk Levin yang masih cemberut.

"Tapi nanti pasti aunty akan mengambil papa dari Levin, Levin tidak mau pa." ucap anak itu dengan mata berkaca-kaca, ingin menangis.

"Papa janji, papa akan bersama Levin saja hari ini, oke senyum dulu anak papa." ucap Win membuat Levin tersenyum kembali.

Levin sebenarnya cukup dekat dengan Prim, tetapi karena Prim lah Levin jadi di lupakan oleh Win. Karena gadis itu juga selalu menyita perhatian papanya dari Levin, dan itu membuat Levin terkadang kesal melihat gadis itu. Levin cemburu melihat papanya dekat dengan Prim.

Setelah 5 menit menunggu, Prim pun datang dan langsung menghampiri Win dan juga Levin yang sedang menunggunya di kursi taman sembari Win menghibur anak tiga tahun itu yang sedang merajuk karena menunggu kedatangan Prim.

"Hai Levin, maaf ya aunty lama tadi macet di jalan." ucap Prim menyapa Levin yang cemberut menatapnya.

"Tidak apa-apa aunty, Levin dan papa juga belum lama menunggu aunty." ujar Levin beralih dari pangkuan Win.

"Papa ayo bermain bersama Levin." ajak Levin menarik tangan Win.

"Eum.. Prim, aku ikut Levin dulu ya." pamit Win yang di angguki dengan gemas oleh Prim.

"Iya, hati-hati!" teriak gadis itu ketika melihat Win dan Levin menjauh.

Setelah cukup lama bermain dengan Levin dan saat anak usia tiga tahun itu telah puas memainkan semua permainan yang ada di taman itu, Win dan Levin pun kembali ke tempat duduk yang tadi mereka tinggal dan di jaga oleh Prim dengan Levin yang berada di gendongan papanya.

"Aunty Levin lelah sekali," ucap anak itu menyeka keringatnya yang mengucur, ia melapor pada Prim membuat Win gemas melihat tingkah anaknya itu.

"Levin lelah, sini-sini aunty gendong nanti aunty kasih minum. Tadi aunty belikan minuman untuk Levin dan juga papa." ucap Prim merentangkan tangannya ingin menggendong anak tiga tahun itu.

Kini Levin sudah berada di pangkuan Prim, gadis itu pun mengambil satu kotak susu siap minum untuk anak seusia Levin yang juga biasa di minum oleh Levin saat di rumah dan juga minuman dingin untuk Win.

"Ini untuk Levin," ucapnya memberikan kotak susu siap minum itu pada Levin.

"Dan ini untuk papa," lanjutnya memberikan minuman dingin itu pada Win yang di terima oleh Win dengan menampilkan senyumannya yang lagi-lagi membuat jantung Prim berdetak kencang.

"Thanks Prim," ucap Win dan beralih menatap Levin.

"Sayang, bilang apa sama aunty?" tanya Win menatap anaknya.

HE'S MY HUBBY •18+• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang