Selasa, 23 Juli 2019
"Gue gak bisa Jis..."
"Ayolah Won.... cuma lo harapan gue...." Jisoo masih memohon sambil terus mengikuti langkah panjang Sowon.
"Tapi gue gak bisa main volly Jis....."
"Tapi lo tinggi Wonnn....."
"Terus lo berharap apa? Lo mau gue jadi tiang kaku di tengah lapangan gitu? gak ah!"
"Masih ada waktu seminggu buat latihan Won... lo pasti bisa."
"Yaaahhh masih bujuk Sowon lo Jis?" Seongwoo yang berjalan bersama Wonwoo tiba-tiba menyahuti Jisoo. "Gue saranin lo nyerah deh, bahaya banget kalau si Sowon mau ikut."
"Kenapa emang bang?" tanya Wonwoo.
"Sowon tuh panjang doang tulangnya, tapi kaku bangettt. Sendi dia tuh udah kek engsel pintu yang udah karatan, kalau gerak dikit langsung kreat kreot gituu." Seongwoo menjabarkan berdasarkan pengalaman. Ia sudah pernah melatih Sowon sedikit gerakan bela diri, tapi benar-benar butuh perjuangan besar agar Sowon bisa meguasai satu tendangan.
Wonwoo dan Jisoo menatap Sowon tidak percaya, setidak atletis itu tubuh Sowon. Wajar saja, ia memang tidak pernah terbiasa dengan aktivitas berat. Dari kecil ia hanya menghabiskan waktunya untuk diam dikamar dan membaca buku.
"Kenapa ngelihatin gue? Gak bisa olahraga bukan dosa." timpal Sowon.
"Tapi..." Jisoo sungkan melanjutkan kalimatnya.
"Tapi lo kelewat parah Won. Lari dikit udah ngos-ngosan, pemanasan dikit udah letoy, giliran diajak lompat-lompat dikit langsung kesleo." Seongwoo masih mengimbuhi.
Wonwoo dan Jisoo tertawa kecil, ternyata memang ada manusia yang setidak atletis ini.
"Kenapa gue gedheg banget ya lihat muka tu orang." ujar Seongwoo tiba-tiba.
"Siapa bang?" tanya Wonwoo.
"Tuh!" tunjuk Seongwoo dengan dagunya. Sosok pemuda tinggi tegap yang tengah berjalan di koridor.
"Johnny?" Jisoo memastikan.
"Gak tahu, gak penting juga siapa namanya." Ujar Seongwoo ketus. Entah angin apa yang membuat Seongwoo begitu membenci Johnny, padahal mereka tidak terlalu kenal.
Berbeda dengan Seongwoo, Sowon malah cukup tertarik dengan kepribadian Johnny yang berani dan tegas. Tidak segan menyuarakan pendapatnya, bahkan Sowon bisa melihat tatapan tanpa takut Johnny bahkan ketika berhadapan dengan kepala sekolah mereka. Ya, mungkin itu juga salah satu alasan ia terpilih menjadi ketua klub jurnalistik.
"Udah yuk Nu! ke kantin, laper gue." Seongwoo merangkul Wonwoo dan menariknya pergi.
"Si Seongwoo kenapa kayak benci banget sama Johnny sih Won?"
"Ehmmm Jis, lo ke kantin duluan yaa." ujar Sowon dan langsung pergi meninggalkan Jisoo.
"Eh, Wonnn?"
"Jisooo!" Seseorang memanggil Jisoo dari belakang, Jisoo menoleh. Ia tersenyum ketika melihat Taehyung sedang berlari menghampirinya.
--------------------------
"Terus kondisi lo gimana Jen?" tanya Wendy sembari memakan bakso di hadapanya.
"Jujurly gue masih trauma sih kak, cuma yaaa gak mau gue ambil pusing lah." Jawab Jennie enteng. Wajahnya masih ada bekas luka, terlebih lagi bekas cakaran di lehernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIPA 2
Mystery / ThrillerKelas MIPA 2, kelas unggulan yang tiap tahunnya hanya diisi peringkat 10 besar secara pararel satu angkatan. Masuk kelas unggulan, berarti masa depan terjamin. Bagimana tidak, selama 3 tahun kedepan siswa unggulan akan mendapat fasilitas terbaik, gu...