02

128 15 0
                                    

Senin, 01 Juli 2019

Seongwoo turun dari motor scoopynya, ia lihat jam tanganya, masih pukul 6. Ya...dia memang sengaja berangkat pagi dihari pertamanya masuk sekolah. Alasanya, dia ingin berkeliling, melihat suasana sekolah agar memudahkanya ketika melakukan penyelidikan. Tugas Seongwoo disini bukanlah belajar, tapi menemukan penyebab kematian Lee Kaeun.

Flashback on

"XI MIPA 2?"

"Itu kelas unggulan disana. Jadi gue jamin lo juga bakal nemuin lawan yang sebanding disana. Jangan bangga lo itu lulus SMA umur 15 tahun, tapi gak bisa peringkat satu ngelawan mereka."

"Lo nantang gue bang? Ok! Gue buktiin gue bakal rangking satu paralel disana." ucap Seongwoo dengan bangganya.

"Bagus deh!"

"Eh tapi bang, Kok lo bisa mikir itu bukan kasus bunuh diri?" Kangjoon langsung menunjukkan dokumen yang sedari tadi ia teliti.

"Lo lihat ini, di foto ini kelihatan jelas kalau tuh pisau ditangan korban, kepala dan sebagian badanya juga ketimpa kursi. Hipotesa sementara, dia bunuh diri, oleng, nabrak kursi dan kursi-kursi itu nimpa dia. Makanya ada bekas benturan dikepalanya. Gue bisa bilang kalau pembunuh ini pro, karna dia juga mikiri sudut tusukanya. Awalnya tim forensik bilang kalau ini bunuh diri, tapi anehnya...." Kangjoon mengambil kertas yang lain.

"Tim forensik nemuin kalau ada bekas ikatan di tangan dan kaki korban. Ini bukti kalau sebelumnya korban itu diculik. Gue curiga, kalau korban itu diculik terus dibunuh. Dan yang lebih aneh, " Kangjoon menunjukkan foto yang lain.

"Ada inisial J di telapak tangan korban." Seongwoo mengamati foto itu. Tampak jelas huruf J yang di gores dengan pisau oleh korban. "Sampai sekarang gue masih gak paham sama maksud pelaku ngebunuh korban. Latar belakang Lee Kaeun juga gak menunjukkan ada orang yang dendam sama dia atau keluarganya. Dan J? Siapa J?"

Flashback Off

Seongwoo dengan santai berjalan mengitari sekolah. Mengamati setiap sudut sekolah, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang gadis beridir ditengah koridor sendirian. Seongwoo menatap jam tanganya, masih pukul 6 kurang seperempat, masih kurang satu jam untuk bel masuk dibunyikan. Namun, kenapa gadis itu berdiri disini? Seongwoo menatap sekelilingnya, sepi, hanya bapak tua yang bertugas membuka semua ruangan dipagi hari yang ia temui kurang lebih 5 menit yang lalu. Dan saat ini hanya ada dia dan gadis ini di koridor ini.

Perlahan Seongwoo mulai melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Tapi, tiba-tiba gadis itu bergerak. Gadis itu berjalan mundur, dengan langkah gemetar. Seongwoo masih berjalan mendekati gadis itu, hingga gadis itu tak sengaja menabrak Sengwoo. Gadis itu sedikit menjingkat terkejut. Gadis menoleh itu menatap Sengwoo.

"Lo gak papa?" bukanya menjawab, tapi gadis itu langsung mengalihkan pandanganya. Matanya mengedar seakan mencari sesuatu. Seongwoo masih memperhatikan gadis itu, tanganya mengepal kuat, gemetar, ia seperti orang yang sedang melawan rasa takutnya.

"Lo kenapa sih?" gadis itu diam. Bahkan matanya kini juga tak lagi mengedar. Matanya fokus menatap bongkahan besar ditengah lapangan basket. Tiba-tiba badanya lemas dan hampir terjatuh.

"Eh eh eh!" Seongwoo langsung menahan tubuh gadis itu. Mata gadis itu masih menatap bongkahan besar itu. "Lo kenapa sih? Sakit?" gadis itu masih tidak menjawab. Ia malah mengangkat tanganya dan menunjuk bongkahan itu.

Seongwoo semakin bingung, tapi akhirnya ia mengikuti arah yang gadis itu tunjuk. Matanya melebar ketika melihat apa yang ada dihadapnya. Bukan bongkahan biasa, tapi itu jelas-jelas manusia. Bukan, lebih tepatnya mayat. Gadis itu tampak mengenaskan, bahkan wajahnya sudah tidak bisa dikenali karna tertutup darah dan rambut panjangnya.

MIPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang