01

173 17 0
                                    

Seroang pemuda meanggunakan jeans, kaos, dan jaket denim memasuki kantor polisi dengan santainya. Bahkan terlalu santai untuk memasuki tempat seperti kantor polisi, apalagi dengan lolipop yang masih ia emut dimulutnya. Ditanganya sudah menggantung beberapa kantong kresek. Ia memasuki halaman kantor polisi itu sambil menebar senyum, sesekali melambaikan tanganya pada petugas yang berjaga diloket. Ya, sebelum memasuki kantor, para tamu diwajibkan lapor pada loket di halaman depan kantor.

Pemuda itu memasuki lobi, ia berhenti sejenak memperhatikan setiap sudut kantor, mencoba mencari seseorang.
"Ong Seongwoo!" Tegur seorang petugas yang tiba-tiba datang menghampiri Seongwoo.

"Eh bang Shindong, apa kabar bang?" Seongwoo mengangkat tanganya dan dibalas tos oleh polisi gembul bernama Shindong itu.

"Baik....kok udah balik?" Shindong kembali bertanya.

"Yaah....kelamaan libur bosen gue bang. Tangan gue gatel pingin maen pistol mulu." jawab Seongwoo yang diakhiri dengan cengiran absurdnya.

Ya....... siapa sangka pemuda yang tampak selengahan dan bodoh ini adalah salah satu anggota badan intelejen kepolisian. Namanya Ong Seongwoo, pemuda berumur 17 tahun itu direkrut sebagai detektif dan mata-mata muda yang bekerja pada kantor kepolisian pusat di kota. Dengan tingkah kekanak-kanakanya, tidak akan ada yang percaya bahwa dia adalah orang yang memecahkan kasus korupsi perusahaan XY, yang berhasil menghindari beban pajak hingga 2M. Atau kasus penculikan gadis-gadis muda oleh organisasi hitam, yang berniat melakukan Human Traficking.

Kesuksesan Seongwoo bukan tanpa alasan, kakakny Seo Kangjoon juga tidak kalah hebatnya. Di usianya yang masih 20 tahun, ia sudah menjadi komandan badan intelejen kepolisian.

"Oh iya, ini gue ada oleh-oleh dari Bali." Seongwoo memberikan kantong kresek yang ia pegang dari tadi.

"Wiihh....asekk nih! Makasih ya..."

"Iya sama-sama. Tapi bagi sama yang lain bang, jan di makan sendiri."

"Iya.....tenang aja....paling cuma abang lo yang gak gue kasih."

"Bang Kangjoon mah gak doyan yang kayak gini. Dia doyannya kertas ama komputer di ruang kerjanya. Heran gue, betah banget diem kantor."  Ya seperti itulah hubungan Seongwoo dengan kakak dan para petugas di kantor itu. Shindong hanya tertawa menanggapi ucapan Seongwoo.

Mereka semua sudah hafal dengan tingkah Seongwoo yang memang ceria dan ramah. Dia juga santai dan pandai membawa diri, itulah kenapa ia bisa akrab dengan orang lain dengan mudah. Ya....karna kemampuanya itu juga, ia bisa menipu banyak orang. Sangat berbanding terbalik dengan Kangjoon, kakaknya. Kangjoon lebih banyak diam dan berpikir, dia hanya bebicara seperlunya saja, dan berintaksi dengan orang jika dibutuhkan. Dia banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja dan memecahkan kasus-kasus dengan otak jeniusnya.

"Tolong jaga sikap kalian saat dikantor!" ucapan dingin dan tegas itu langsung membuat Seongwoo dan Shindong menghentikan tawa mereka. Shindong yang semula berdiri santai, langsung menegakkan badanya. Melihat sikap Shindong yang tiba-tiba berubah, Seongwoo bisa menebak siapa yang sedang berdiri dibelakangnya.

"Kembali bekerja!"

"Siap ndan!" Shindong memberi hormat sekilas lalu pergi kembali ke mejanya.

"Ngapain kesini?" Seongwoo membalikkan badanya. Menatap kesal kakak laki-lakinya itu.

"Gue bosen diem dirumah bang, gue butuh kegiatan. Lo kapan sih ngasih gue kasus lagi?" Kangjoon tidak menjawab, ia malah membuang muka dan pergi ke ruangannya.

Kangjoon membuka pintu ruanganya, Seongwoo masih mengikutinya di belakang. "Gue kan udah bilang, tahun ini gak ada kasus buat lo, lo harus fokus sekolah." jawab Kangjoon sembari mengambil tempat di kursinya lalu menatap fokus berkas didepanya.

MIPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang