"Emang kakak lo berubah kenapa sih?" Sowon natap Seongwoo, tatapan yang lebih tajam.
"Kalau lo mau tahu, hari besok lo ikut gue."
"Kemana?"
"Nanti gue kasih tahu alamatnya." Seongwoo memutar bola matanya.
"Oh iya! Ada satu hal lagi yang masih ganjel di hati gue." Sowon menatap Seongwoo.
"Dari tadi lo selalu bilang kalau lo ini dibuang sama keluarga lo, tapi lo gak pernah jelasin kenapa lo dibuang? Kenapa orang tua lo tega sampek buang lo sih?"
Sowon menghembuskan nafas panjang. Dia sudah mengira kalau Seongwoo pasti akan menanyakan hal ini.
"Ada beberapa hal yang mungkin lebih baik tidak diketahui." Sowon menatap Seongwoo. "Mungkin lebih baik lo gak tahu alasan orang tua gue, dan jangan nyoba nyari tahu alasanya." ucap Sowon dengan nada dingin.
Percakapan itu kembali terngiang di pikiran Seongwoo. Dia heran, kenapa Sowon begitu rapat menutup dirinya. Dia sama sekali tidak membiarkan seorangpun masuk untuk mengetahui siapa dirinya yang sebenernya. Dan justru itu yang membuat Seongwoo ragu.
Iya, sebenernya ia masih ragu, ia belum bisa sepenuhnya percaya pada Sowon. Ditambah lagi kejadian pagi ini. Bagaimana bisa ia mengetahui kalau Jun, Namjoo, dan Naeun meninggal pagi ini? Ia begitu frustasi hingga mencoba bunuh diri, apa yang membuatnya begitu putus asa? Kenapa ia begitu merasa bersalah?
"Masih disini lo?" Kangjoon kaget waktu lihat Seongwoo masih sibuk di ruanganya. Seongwoo diam, enggan menanggapi kakaknya. Ia kembali berkutik dengan kertas dihadapanya, meskipun dari tadi pikirannya benar-benar tidak fokus.
Kangjoon melirik jam dindingnya, pukul 19.00. Lalu ia kembali menatap Seongwoo, duduk di sofa, masih memperhatikan adiknya.
"Pak Eunhyuk bilang kalau Sowon udah pulang dari rumah sakit. Dia sekarang udah di rumah." ucap Kangjoon.
"Bagus deh kalau dia udah pulang." ucap Seongwoo sekenanya. Bahkan pandanganya masih belum lepas dari kertas-kertas dihadapanya.
"Lo masih gak mau jenguk dia?"
"Gue kan udah bilang kalau gue mau ngasih dia waktu sendiri dulu."
"Lo kenapa sih Woo? Perasaan kemarin lo masih baik-baik aja sama Sowon, tapi kenapa sekarang lo malah kayak jauhin dia gitu?"
"Gue gak ngejauhin dia kok."
Kangjoon langsung mengambil kertas dihadapan Seongwoo. Seongwoo kaget, ia menatap kakak laki-lakinya itu.
"Apaan nih?" Kangjoon menatap Seongwoo remeh.
"Dari pagi lo disini, ngubek-ngubek kertas, berantakin ruangan gue, apa yang lo dapet? Ini?" Kangjoon menunjukkan kertas yang ternyata hanya berisi coretan tangan Seongwoo. Bukan coretan biasa, karna coretan itu di baca Kim Sowon.
Seongwoo terbelalak, dia baru sadar dengan apa yang baru ia perbuat.
"Baru kali ini gue lihat lo gak fokus kayak gini." Kangjoon meletakkan kertas itu di meja. Seongwoo diam, ia tidak bisa menyanggah. Benar-benar bukan seperti Ong Seongwoo.
"Mending lo ke rumah Sowon deh. Dari pada kerjaan lo gak beres gini." Kangjoon bangkit, lalu duduk di kursinya. Seongwoo masih diam. Ia mau ke rumah Sowon, tapi kenapa tiba-tiba ia marah, ia kesal karna Sowon tidak bisa percaya padanya.
~~~~~~~
Taehyung menghentikan motornya di depan rumah besar bercat putih, ia memandang rumah itu sejenak.
"Jadi ini rumahnya Sowon......" gumamnya.
Taehyung mengetuk pintu rumah itu, ditanganya sudah tergantung papaerbag berukuran sedang. Tiba-tiba seorang ibu paruh baya membukakan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIPA 2
Mystery / ThrillerKelas MIPA 2, kelas unggulan yang tiap tahunnya hanya diisi peringkat 10 besar secara pararel satu angkatan. Masuk kelas unggulan, berarti masa depan terjamin. Bagimana tidak, selama 3 tahun kedepan siswa unggulan akan mendapat fasilitas terbaik, gu...