Pengakuan Esa

223 59 4
                                    

"Jadi dulu... mungkin sekitar dua atau tiga tahun lalu, saat Mamah lagi ngotot-ngototnya jodohin aku sama Tata, Aku kepikiran bahwa satu-satunya cara buat menghentikan niat Mamah yang sudah kelewat bulat itu adalah... jika salah satu dari kami punya pacar. Karena aku masih males pacaran, jadi aku punya rencana jodohin Tata..." cerita Esa mulai meluncur. Sampai di sini masih terdengar normal.

"Karena aku juga nggak banyak kenalan, jadinya aku promosiin kamu ke Tata mati-matian...tapi tanpa ijin kamu, Kay..."lanjut Esa kemudian nyengir sungkan.

Aku menganga demi mendengar pengakuan Esa. Mendengar kata 'promo mati-matian' aku merasa jadi barang diskonan. Malu Ya Allah...

"Promo, Sa? Promo banget nih, Sa? Astaga... aku berasa jadi barang nggak laku sampai dipromoin segala," Aku memasang wajah sedih.

"Eh, jangan salah, barang baru juga banyak yang dipromoin lho, Kay. buat menarik pembeli." kilah Esa menggunakan teknik marketingnya. Masalahnya itu nggak ngaruh buat aku.

"Tetep aja, Sa... ya ampuuun... kenapa kamu nggak ngomong sama aku dulu sih?"

"Ya... kalau ke kamu dulu ntar pasti nggak mau... makanya aku ke Tata dulu," Akunya.

Aku mengembuskan napas, aku kemudian memaksa Esa untuk mengingat-ingat lagi apa saja yang ia katakan pada Mas Kanasta dulu tentangku. Semoga saja tidak termasuk hal-hal yang memalukan.

"Kamu bilang apa aja ke Mas Kanasta? Jangan bilang yang aneh-aneh, ya!" Kataku panik, sungguh aku berharap semua memorinya tentang masa-masa dimana dia mempromosikanku pada Mas Kanasta tidak tergerus dengan memori lain.

"Slow, Kay! Slow!" Kata Esa mencoba menenangkanku. Ish! Dia harusnya tahu kalau aku ini tipe cewek yang overthinking. Membayangkan Esa bercerita yang aneh-aneh tentangku pada Mas Kanasta membuatku gusar. Di sisi lain, aku juga bingung kenapa aku harus mengkhawatirkan hal itu. Mengkhawatirkan pendapat Mas Kanasta tentangku. Seolah-olah Mas Kanasta itu gebetanku. Padahal kan... dia calon suami Esa!

"Yaudah makanya cerita."

Esa mengatur napasnya sejenak. Ia akhirnya membuka semua memorinya. Rupanya Esa sudah bercerita banyak tentangku pada Mas Kanasta. Pantas saja sejak pertama kali bertemu, Mas Kanasta seperti sudah mengenalku. Rupanya ia tahu dari Esa. Tapi bagaimana bisa Esa membeberkan semua informasi pribadiku pada orang asing? Biarpun ganteng juga tetep aja serem. Kalau informasi itu disalahgunakan bagaimana? Dibuat jaminan pinjaman online, dibawa ke dukun, dijual data ke web illegal? Ish!

Lagipula kami tidak sedang bertaaruf, informasi sedetail itu harusnya tidak perlu disampaikan meskipun Esa berusaha menjodohkan kami. Bahkan seharusnya Esa tidak perlu sesemangat itu menyodorkan aku pada Mas Kanasta, kan kesannya aku nggak laku banget gitu lho sampai dipromosiin segala. Padahal waktu itu akupun nggak tahu kalau Esa tengah berusaha menjodohkan kami.

Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur terjadi. Waktu tidak bisa ditarik mundur, nasi sudah menjadi bubur, kalau ditambah kuah kaldu, kecap asin, suwiran ayam, bawang goreng, sama cakwe pasti enak. Ya ampun bisa-bisanya aku kepikiran bubur ayam sekarang. Aku mengeluh. Tapi hal itu ditangkap lain oleh Esa.

"Tapi tenang aja Kay. Dulu Tata udah nolak juga kok. Makanya aku juga nggak cerita ke kamu." kata Esa sambil nyengir.

Aku membulatkan mata. Ditolak? Mas Kanasta nolak aku? Astaga! Padahal dulu kami belum sempat bertemu, dia baru dengar tentangku dari Esa dan langsung nolak? Karena dalam sejarah percintaanku, nggak ada ceritanya aku ditolak. Ya... karena aku juga nggak pernah menyatakan cinta duluan sih. Tapi... selama ini aku belum pernah ditolak sama cowok meski untuk sekadar kenalan. Wah... Harga diriku berasa langsung dijatuhkan dari tebing.

Jodoh Juseyo {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang