Menikah Untuk Bahagia

268 73 6
                                    

Saat ini dunia maya sedang dihebohkan dengan kasus salah satu pesohor negeri yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga, juga berbagai kasus perselingkuhan yang muncul dan ikutan viral di sosial media. Hal itu aku jadikan salah satu alasanku meragu pada lamaran Mas Kanasta tanpa perlu menyebutkan kisah masa lalunya pada Esa.

"Kamu tahu kan, Kay... mamahku tuh bestienya Tante Yusi, mamahnya Tata?"

Aku mengangguk.

"Dulu tuh Mamah pernah bilang kalau sahabatnya itu nggak beruntung soal laki-laki, tapi beliau berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik. Waktu itu aku nggak banyak tanya sih apa maksudnya. Aku cuma menerka, mungkin karena Papanya Tata bermasalah. Mm... eh, Tata udah cerita sama kamu, kan?" tanya Esa, terlihat khawatir bicara lebih jauh.

Aku mengangguk.

"Yang aku tahu sampai sekarang Papanya masih di penjara. Tapi udah cerai sama Mamanya." Lanjut Esa lagi.

Berarti Esa nggak tahu soal Papa kandung Mas Kanasta.

"Iya, aku tahu. Dia udah cerita."

"Ya... gitu lah. Tapi meski Papanya bermasalah, bukan berarti anaknya juga bermasalah kan, Kay?"

Aku mengangguk setuju sembari menggigit bibir bawah, Esa pasti bisa nangkap kerisauanku.

"Setahu aku yang satu sekolah melulu sama Tata... dia tuh anaknya nggak macem-macem, Kay. Memang waktu SD dia tuh pendiam banget, kutu buku lah. Tapi menginjak SMP, temennya udah banyak. Dia nggak pernah terlibat masalah di sekolah, Tipikal good student gitu lah, favoritnya guru-guru."

"Termasuk kasus kekerasan?"

Esa mengangguk, "Termasuk kekerasan. Tata kayaknya bukan tipe orang yang menyelesaikan masalah lewat tinju. Meski kadang menjengkelkan, tapi dia baik. Makanya aku berani comblangin sama kamu, orang yang aku anggap sama baiknya. Bukan semata-mata karena aku nggak mau dijodohin sama dia. Meski begitu, aku juga nggak bisa jamin ke depannya gimana."

"Kay... aku tahu kamu pasti punya alasan kenapa tiba-tiba ragu, bukan cuma karena berita yang lagi viral itu. Aku paham, ini urusannya ke pernikahan, bukan pacaran yang bisa aja gampang pisah kalau ada masalah. Apapun itu... aku cuma bisa mendoakan, apapun nanti keputusan kamu, itu akan menjadi kebaikan." lanjut Esa lagi.

"Esaa...." Aku beneran mewek, terharu karena ketulusan Esa, "Harusnya aku yang menghibur kamu hari ini, kok malah kamu bikin aku terharu? Ya Allah, Sa... semoga Allah balas kebaikan kamu dengan berkali-kali lipat ya... karena aku aja mungkin nggak akan sanggup membalas kebaikan dan ketulusan kamu..."

"Aamiin... tapi nggak usah lebay gitu deh, Kay... agak geli, ya..."

"Ih!"

***

"Kak, jemput Ibu di pos dekat kosmu, ya... Ibu mau numpang istirahat." Kata Ibu siang itu saat aku masih berada di Sekolah. Hari ini Ibu dan teman-teman sekelompoknya memang ada lomba senam yang berlokasi tak jauh dari kosku.

"Lho? Ibu mampir? Kok nggak bilang dulu. Ini Kakak masih di Sekolah. Bentar lagi Kakak pulang deh. Ibu tunggu sebentar, nggak papa?"

"Oh, yasudah kalau gitu Ibu sambil jalan aja ke kos Kakak."

Aku langsung berpamitan pada kolegaku yang masih asyik ngerujak bareng usai kegiatan belajar mengajar selesai. Kupacu sepeda motorku lebih ngebut dari biasanya, tak ingin Ibu menunggu terlalu lama.

Kami bertemu di depan gerbang kosku. Ibu masih memakai seragam senamnya tersenyum melihatku.

"Kirain Kakak, Ibu tuh langsung pulang bareng rombongan." Kataku setelah masuk dalam kamar. Ibu langsung rebahan di atas kasur. Katanya Ayah baru bisa jemput sore nanti, jadi mau numpang rebahan di kosku.

Jodoh Juseyo {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang