Esa tak memberiku kabar sama sekali sampai malam. Padahal tepat sebelum menemui Mas Kanasta saat sore, dia masih sempat mengirimku whatsapp. Dibanding jawaban Mas Kanasta, aku justru lebih khawatir pada Esa. Khawatir dia kenapa-kenapa. Barangkali kecelakaan atau dibegal dalam perjalanan pulang. Karena beberapa panggilanku tak dijawab, aku mengirimkan pesan padanya.
Sa.... Sudah sampai rumah?
Alhamdulillah sudah di rumah, chingu-ya...
Alhamdulillah...
Aku mengakhiri percakapan kami begitu saja. Enggan bertanya lebih lanjut, selain karena memang tujuan pertamaku hanya ingin tahu Esa dalam keadaan baik-baik saja, aku juga tidak siap dengan jawaban yang diberikan Esa.
Maka hari-hari berikutnya komunikasiku dengan Esa tak pernah membahas masalah itu. Esa hanya mengajakku liburan berdua sebelum aku pulang ke rumah orangtuaku. Dia bilang juga sedang stress dan ingin bersenang-senang biar dapat ide baru di bisnisnya. Aku sih jangan ditanya... selalu stress tiap kali berurusan dengan administrasi kelas. Maka aku terima saja dan aku menyerahkan segala tetek bengek liburan pada Esa. Aku juga yakin sih dia juga nggak ngurusin sendiri. Kami pake jasa travel dan sharing untuk biayanya.
Tidak ada yang berbeda dengan aktivitas harianku. Aku larut dalam urusan penilaian siswa serta melengkapi administrasi kelas yang tentunya sudah menguras tenaga dan pikiranku. Minggu ini, minggu pembagian rapor, setelahnya kami akan libur selama dua minggu.
Kecuali... beberapa kali aku harus menghindar ketika tak sengaja bertemu dengan Mas Kanasta. Kami tinggal di lingkungan yang sama, bukan hal sulit bagi kami untuk bertemu secara tidak sengaja di suatu tempat di lingkungan ini. Aku tidak bisa bersikap biasa saja ketika bertemu dengan Mas Kanasta, akupun tidak bisa memaksa Esa untuk segera mengatakan apa hasil obrolannya dengan Mas Kanasta hari itu. Mungkin Esa sedang sibuk, mungkin Esa merasa belum waktunya, mungkin jawaban Mas Kanasta tak sesuai dengan harapan kami sebelumnya.
Hingga sehari sebelum aku pulang ke rumah orangtuaku dalam rangka liburan semester, Esa datang dengan rencana liburan kami. Gadis itu datang dengan pemandu dari travel. Seharian itu kami dibawa ke berbagai tempat wisata. Mulai dari menjelajah hutan pinus, curug, sampai nyobain rafting yang ternyata seru banget. Aku dan Esa sepakat bahwa liburan kali ini sangat menyenangkan dan menghilangkan kepenatan kami. Maklumlah, rasanya sudah lama kami nggak liburan bareng. Terakhir kayanya waktu kami backpakeran ke Korea dua tahun lalu. Setelahnya, kami kembali ke kesibukan masing-masing.
Malamnya, kami dibawa ke penginapan untuk berisitirahat. Bahkan penginapannya pun sangat unik. Teletak di dekat area camping, penginapan yang kami tempati ini juga berbentuk tenda.
Begitu memasuki ruangan, aku merasakan hawa dingin meski tidak ada AC. Hanya ada dua kasur berukuran single, dua nakas, dan kamar mandi dalam yang sama sederhananya.
Saat Esa bilang ingin memberiku kejutan, aku tidak berekspektasi banyak. Esa hanya memberiku estimasi biaya yang akan kami sharing untuk keperluan liburan ini. Awalnya kupikir terlalu mahal untuk ukuran ngetrip 2 hari 1 malam. Tapi setelah ngerasain sendiri. Rasanya sepadan dengan uang yang harus kami keluarkan.
***
"Berasa jadi Chae Song Hwa nih..." komentarku sambil menyesap cokelat panas. Pagi ini kami duduk di teras penginapan. Menikmati udara pagi yang menyegarkan, memandang ke lembah yang dipenuhi pepohonan hijau dan kabut tipis. Duuuh enak banget suasananya.
"Untung nggak bakal ada panggilan operasi, ya." Esa terkekeh sendiri. Gadis itu merapatkan jaketnya. Udara memang cukup dingin, tapi kami sudah ingin menikmati pemandangan pagi hari yang tidak mungkin kami dapatkan setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Juseyo {TAMAT}
RomanceKayyisa, seorang PNS berusia akhir 20an berstatus lajang yang dituntut keluarganya untuk segera menikah. Sang Ayah memberinya ultimatum untuk menemukan jodohnya sendiri atau menikah dengan jodoh pilihan Ayah. Kedatangan Mahendra, sang mantan satu-s...