Ibu mengirim pesan bahwa hari ini Ibu dan Ayah akan menjenguk salah satu kolega Ayah ke rumah sakit, dan setelahnya mereka akan mampir ke kosku. Saat aku membalas kira-kira sampai jam berapa, sudah tidak ada balasan lagi. Barangkali dimatikan. Kebiasaan Ibu kalau pergi jauh justru sering mematikan ponselnya saat tidak ada kepentingan dengan alasan agar hemat baterai. Maklumlah, meski sudah masuk golongan smartphone, tapi baterainya mudah melemah. Meski kami, anak-anaknya sudah memperkenalkan benda yang bernama powerbank, tetap saja Ibu lebih nyaman dengan caranya sendiri. Lagipula baik Ayah maupun Ibu tipe orang yang tidak terlalu addict dengan ponsel, dipakai seperlunya saja. Berbeda dengan kami, anak-anaknya. Makanya kalau di rumah kami sering kena omel Karena terlalu sering menatap layar ponsel daripada yang lainnya.
Bahkan sekarang, ketika aku hendak menjemur pakaian di luar saja, ponsel aku taruh di saku gamis rumahan yang kukenakan. Bukan apa-apa sih, khawatir saja Ibu atau Ayah nanti menelepon.
Bangunan kosku terdiri dari dua lantai. Masing-masing lantai ada 10 pintu kamar. Satu kamar bisa dihuni satu atau dua orang, tentu saja biayanya berbeda. Di depan kamar bagian lantai satu ada satu langkan untuk teras dan berhadapan langsung dengan parkiran yang sangat luas. Bisa muat untuk beberapa mobil dan juga motor. Terpisah dari bangunan kos ada sepetak rumah yang digunakan untuk tempat tinggal pengurus kos sekaligus tukang kebun pemilik kos.
Kos kami juga dikelilingi tembok dan pagar yang cukup tinggi, hingga terkesan eksklusif. Di samping gerbang menuju bangunan kos, ada gerbang kecil yang menghubungkan rumah pemilik kos dengan bangunan kos.
Aku sendiri tinggal di lantai satu, bersebelahan dengan kamar Rosa—seorang pegawai di klinik tempat Mas Kanasta Praktik. Sementara sebelahku yang lain ada Tiara, seorang mahasiswi. Di Kos ini aku lumayan akrab dengan mereka berdua. Selebihnya, hanya sekadar say hi kalau ketemu, ingat wajah tapi lupa nama.
Saat menjemur di luar aku melihat gerbang kos sedikit terbuka dan Asep, si penjaga kos sedang berada di sana terlihat mengobrol sedang seseorang. Aku tak bisa melihat lawan bicara Asep karena terhalang pintu gerbang.
Sibuk dengan aktivitas sendiri membuatku lagi-lagi tak peka dengan kondisi sekitar. Hingga suara Asep memanggilku.
"Oh... Mas temennya Mbak Kayyisa, ya?" Suara Asep terdengar ramah seperti biasa. Pemuda berusia 20 tahun itu berperawakan pendek dan sangat ramah kepada siapapun. Ketika berbicara dengan orang lain, senyum hampir tak pernah lepas dari bibirnya.
Aku menoleh dan mendapati Asep berjalan ke arahku bersama dengan Mas Kanasta.
Aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Aku bahkan tak sadar masih memegang ember kosong, tempat cucian sebelum kujemur tadi.
"Mas? Kok di sini?" aku bertanya heran.
"Halo, Kay!" Sapanya ramah.
"Saya kira cuma kenal Mbak Rosa karena satu kerjaan, ternyata kenal Mbak Kay juga, ya?" kata Asep. Kedua pemuda itu mendekat ke arahku.
Meski kos khusus perempuan, bukan berarti kami tidak bisa menerima tamu laki-laki. Sebenarnya kos sudah tersedia gazebo tempat menerima tamu lain jenis. Tapi kadang-kadang para penghuni juga menerima tamu di teras atau kalau yang nekat dibawa saja masuk ke dalam kamar asal tidak ketahuan.
Aku memandang Asep dan Mas Kanasta bergantian, menuntut penjelasan.
***
"Aku mengikuti saran Esa untuk pakai google maps." jawab Mas Kanasta santai sambil terkekeh kecil. Sekarang ia sudah duduk di teras depan kamarku. Aku bahkan menghidangkan secangkir teh untuknya. Sementara Asep, yang tadinya ikut mengobrol bersama kami, pamit lebih dulu karena dimintai tolong oleh Santi, penghuni kamar atas untuk mengganti lampu kamar mandinya. Sekarang hanya kami berdua, membuatku agak sungkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/320919877-288-k260245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Juseyo {TAMAT}
RomanceKayyisa, seorang PNS berusia akhir 20an berstatus lajang yang dituntut keluarganya untuk segera menikah. Sang Ayah memberinya ultimatum untuk menemukan jodohnya sendiri atau menikah dengan jodoh pilihan Ayah. Kedatangan Mahendra, sang mantan satu-s...