Cupid Again

215 59 6
                                    

Kami benar-benar bertemu dengan Hendra di acara resepsi Arie. Pria itu terlebih dulu menyapa kami ketika di parkiran.

"Kalian pake baju couple apa gimana?" bisik Esa sambil menatap Hendra yang sudah berjalan ke arah kami.

Hari ini Hendra memakai kemeja batik dan celana berwarna krem. Sementara aku, mengenakan atasan brukat berwarna krem dan rok batik. Sekilas kami memang tampak seperti memakai baju couple, meski jika diperhatikan lagi motif batik kami berbeda. Tentu saja, baju yang dikenakan Hendra pasti bernilai jutaan, sementara satu stel pakaian yang kukenakan tidak sampai 300 ribu.

"Wah nggak nyangka ketemu di sini." Sapa Hendra begitu berhenti di hadapan kami. Hendra melirikku sekilas kemudian tersenyum kecil, mungkin sadar dengan pakaianku yang tampak serasi bersanding dengannya.

"Sendirian, Hen? Anak istri mana?" tanya Esa, membuat raut wajah Hendra mendadak berubah.

"Enggak ikut." jawab Hendra singkat.

Aku menyenggol lengan Esa. Apa dia lupa kalau aku pernah memberitahu bahwa Hendra sedang proses cerai dengan istrinya. Entah sudah sampai tahap mana proses perceraian keduanya. Tapi rasanya basa-basi Esa nggak patut dilanjutkan.

"Masuk, yuk. Panas." Aku menggamit lengan Esa, sementara Hendra mengekor di belakang, kami memasuki gedung resepsi.

"Nggak usah bahas soal istri. Kan aku udah bilang kalau dese lagi proses cerai." Bisikku pada Esa saat memasuki gedung.

"Sorry, lupa. Emang cerai kenapa sih? Mau balikan sama kamu?" balas Esa sambil berbisik juga.

"Bukan. Alasannya Nggak tahu dan nggak mau tau."

"Bagus. Asal jangan balikan, ya. Kamu udah kukapling buat Tata."

***

Setelah memberi ucapan selamat dan berfoto dengan sepasang pengantin, kami turun dari pelaminan. Arie bahkan sempat meledek dan mengira Aku dan Hendra balikan karena datang ke resepsi bareng dan memakai baju couple. Hendra hanya cengar-cengir sementara aku dan Esa mengelak habis-habisan.

Tapi waktuku mengelak tidak banyak karena kami harus bergantian dengan tamu lain yang ingin menyalami dan berfoto dengan pengantin.

Gara-gara insiden 'baju couple' tidak sengaja ini. Aku benar-benar tidak ingin dekat-dekat Hendra selama menikmati jamuan resepsi. Esa juga setuju, awalnya... sebelum ia ingat bahwa ia harus membahas masalah rumah dengan Hendra. Jadilah kami runtang-runtung dari satu stand ke stand yang lain dan menikmati hidangan sambil mengobrol. Ralat, hanya Esa dan Hendra yang mengobrol. Sementara aku lebih memilih menikmati makanan, mengamati tamu undangan yang datang, dan sesekali mencuri dengar obrolan mereka.

Sebenarnya aku paling suka kondangan. Terutama sesi menikmati menu-menu prasmanan yang disajikan. Meski menunya biasanya itu-itu saja, tapi selalu ada sensasi berbeda dari catering yang berbeda.

Asal jangan di kondangan sepupu atau saudara dimana seluruh keluarga besar ngumpul. Bisa-bisa aku bukannya menikmati makanan, tapi menikmati nyinyiran.

"Aku kenalin ke salah satu temanku gimana? Dia nanganin juga proyek-proyek pribadi, on budget deh." kata Hendra pada Esa. Meski tidak mengikuti keseluruhan obrolan mereka, tapi aku bisa menangkap inti dari obrolan mereka. Tim Hendra sudah tidak menangani pembangunan rumah per individu lagi. Mereka juga sedang fokus dengan proyek perumahan, jadi Hendra menawarkan alternative lain.

"Boleh deh, nanti kasih kontaknya, ya." jawab Esa santai.

"Habis dari sini aku mau ketemuan sama orangnya, sekalian aja." kata Hendra lagi, tangannya kemudian sigap mengambil tisuue di meja terdekatnya. Laki-laki itu kemudian mengangsurkan tissue padaku.

Jodoh Juseyo {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang