6| Terpaksa Jadian

67 6 2
                                    


Hallo, Bestie 💜

Ketemu lagi hari ini. Selamat datang di Next chapter.

Gimana kalian sehat kan?

Semoga sehat selalu ya, Bestie.

Jangan lupa sebelum baca vote dulu.
Ramaikan juga kolom komentarnya!!

Happy Reading, Bestie  💜

•••

"ALUNA tunggu!" teriak Kavindra yang terus diabaikan oleh gadis di depannya. Ia berlari untuk mensejajarkan posisinya.

"Hei, kamu gak denger aku?" tanya Kavindra setelah berhasil memposisikan diri di samping Aluna.

Aluna menoleh sebentar lalu ia kembali fokus melangkah. "Apa, Vin?" sahutnya dengan nada datar.

"Kok kamu malah berangkat duluan sih tadi? Biasanya mah nungguin aku!" protes Kavindra, saat ini mereka tengah menuju kelas XI IPA 2 setelah selesai upacara.

"Gak apa-apa, aku cuma gak mau upacaranya telat," jawab Aluna.

"Emangnya selama ini kita pernah kesiangan gitu? Perasaan gak pernah, deh!"

"Ya enggak. Cuman aku mau-"

"Jujur sama aku! Kamu kenapa, Aluna?" potong Kavindra cepat. Tangannya memegang lengan Aluna supaya gadis itu mau berhenti sejenak.

Mau tak mau Aluna berhenti, ia tersenyum ke arah Kavindra. "Kavin... I'm fine. Gak ada yang perlu kamu khawatirin."

"Terus semalam kenapa ngurung diri sampe gak makan?" tanya Kavindra berhasil membuat Aluna ternganga.

"Kamu tahu dari siapa?"

"Kak Alyas, semalam dia telepon aku. Dia nanyain tentang kamu dan ngasih tau bahwa kamu ngurung diri sepulang kita jalan."

"Hah, Kak Alyas? Beneran, Vin?" tanya Aluna tak percaya.

"Kamu gak percaya kan? Sama, awalnya aku juga gak percaya. Tapi beneran lho, Lun. Ternyata Kak Alyas masih peduli sama kamu!" Kavindra menepuk pundak Aluna dengan lembut.

Aluna tersenyum senang. Ia tidak menyangka sepagi ini akan dapat kabar gembira soal kakaknya. Satu kenyataan bahwa ia masih peduli pada adiknya. "Makasih, Vin. Aku seneng banget dengernya."

"Iya Aluna. Udah ya, jangan cemberut terus. Aku lebih suka lihat kamu tersenyum kaya gini!"

🌻🌻🌻

"Hai, Kak. Lagi ngapain?" sapa Aluna ketika ia keluar dari kamar dan mendapati kakaknya tengah bermain game di sebuah ruangan lantai dua. Malam ini ia tidak bisa tidur sebab kepikiran tentang Kavindra yang terus mendesaknya untuk menerima Bara. Bahkan ia terus saja menangis hingga sekarang matanya mulai membengkak, Aluna sedih karena ia tidak bisa membohongi perasaannya pada Kavindra. Namun apa daya,  lelaki itu tidak pernah peka dan malah menyuruhnya untuk menerima orang lain yang jelas-jelas tidak Aluna suka.

"Jangan ganggu!" ujar Alyas memperingati tanpa mengalihkan pandangannya dari game yang ia mainkan.

Dua kata itu tidak membuat Aluna bungkam. Ia malah menghampiri Alyas dan duduk di dekatnya. Seperti kata Kavindra pagi tadi, Alyas sebenarnya masih peduli pada Aluna, dan gadis itu mempercayainya.

Janji Untuk AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang