30| Epilog

308 3 0
                                    

Hai, Bestie.
Akhirnya kita sampai di penghujung cerita.

Setelah semua masalah yang ada, pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para tokoh.

Semoga cerita ini bisa menginspirasi ya.

Sehat selalu kalian semua.

Selamat membaca 💜💜💜

🌻🌻🌻


TANPA terasa, pergerakan waktu akhirnya tiba di puncak yang membuat semua orang disibukkan dengan berbagai acara dan perayaan untuk meramaikan perpindahan tahun 2017 menuju tahun 2018.

Malam ini keluarga Aluna menghadiri undangan perayaan tahun baru di rumah Kavindra yang berada di daerah Pasteur. Di sana juga ada Fara dan kedua orang tuanya yang memilih berlibur di Bandung, serta beberapa keluarga dari pihak mamanya Kavindra yang berasal dari Jakarta.

Di antara ramainya orang-orang yang tengah sibuk dengan acara bakar-bakar, Aluna dan Kavindra duduk pada ayunan yang bersisian tanpa bicara. Kaki mereka bergesekan dengan rumput gajah yang terhampar di halaman rumah bernuansa classic modern itu. Angin yang berhembus pelan mengacak rambut Aluna yang digerai. Refleks tangan Kavindra bergerak, melewati sela rantai ayunan di antara mereka, dan membantu menyelipkan rambut Aluna ke belakang telinganya.

"Eh," kaget Aluna. Namun ia tidak memberontak dan membiarkan Kavindra melakukan hal yang ia rindukan itu. "Makasih," ucap Aluna pelan.

"Gak nyangka ya, Lun. Kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati malam pergantian tahun bareng-bareng terua selama ini," ucap Kavindra memecah kecanggungan di antara mereka.

Aluna hanya berdaham menanggapi ucapan Kavindra. "Kalo gak dipaksa sama Kak Alyas, sih, kayaknya aku gak bakalan ada di sini sekarang," jawab Aluna sambil melirik ke arah Alyas yang tengah mengajak bercanda Fara. Meski sesekali Fara kelihatannya ingin bergabung bersama mereka.

"Jadi kamu ke sini terpaksa, gitu?"

"Mungkin," ucap Aluna dengan nada dingin, padahal jantungnya berpacu begitu cepat membuat Aluna merasa sedikit sesak. Sejak kapan dia merasa terpaksa dengan sesuatu yang ada kaitannya sama Kavindra? Hal itu sangat mustahil terjadi.

"Aku mau minta maaf soal waktu itu. Mungkin Kak Alyas udah jelasin semuanya ke kamu, itu beneran terjadi, Lun. Aku di rumah Fara itu nginep sama Mama, aku kira kalo tidur di sana kita bisa berangkat bareng subuh itu."

"Gak usah dibahas lagi, Vin. Lagian kenapa kamu baru minta maaf sekarang? Bukannya kita udah baikan dari minggu lalu?" tanya Aluna. Gadis itu merasa Kavindra terlalu lama membuatnya menunggu momen ini. Ia memang akan dengan senang hati memaafkan Kavindra meskipun tanpa lelaki itu pinta. Namun, ia juga seorang wanita yang selalu ingin mendengar kepastian dari kata-kata, menurutnya hal itu membuat sesuatu menjadi lebih sakral.

"Aku... Aku pengecut ya, Lun?" tanya Kavindra pasrah. "Aku hanya berusaha menepati janjiku yang lain untuk kamu," lanjut Kavindra.

"Maksudnya?" Aluna tidak mengerti.

"Aku kan janji sama kamu, gak akan membiarkan orang lain menyakitimu siapa pun itu," imbuh Kavindra.

"Termasuk kamu?" terka Aluna.

Kavindra mengangguk. "Iya, makanya aku sempet minder untuk minta maaf sama kamu. Aku pikir dengan aku tidak mendatangimu untuk minta maaf, aku bisa menepati janjiku yang itu... Tapi ternyata, aku masih gagal. Aku gak bisa benar-benar menghilang dari hidup kamu, rasanya sulit banget."

"Kamu gak sepenuhnya salah, Vin. Aku juga salah gak mau dengerin penjelasan kamu dulu, aku terlanjur kecewa. Padahal jauh di hatiku, aku sebenarnya rindu dengan kebersamaan kita kala itu," ungkap Aluna.

"Apalagi aku, Lun." Kavindra menatap manik mata Aluna dengan penuh ketulusan. "Kamu mau gak, ngulang semuanya dari awal bareng aku?" tanya Kavindra.

Binar mata Aluna kian bertambah. Ini benar-benar momen yang sangat Aluna nantikan. Ia tersenyum, lantas berkata. "Maaf, Vin. Aku gak bisa...."

Mata Kavindra terbelalak, antara kaget sekaligus kecewa dengan apa yang di dengarnya. "Kamu, serius?" tanyanya memastikan. Ia tidak menyangka akan mendapatkan penolakan dari gadis yang saat ini tengah ia tatap.

Aluna tersenyu sambil mengusap bahu Kavindra membuat lelaki itu kebingungan. "Aku gak bisa jika harus mengulang dari awal. Aku mau, kita lanjutkan aja apa yang telah kita mulai," ucapnya membuat Kavindra langsung bernapas lega.

"Alunaaaa... Aku kaget, tahu!" pekik Kavindra dengan senyum lebarnya.

"Mana bisa aku menolak, kita telah banyak melewati suka duka bersama, Vin."

Sorakan riuh orang-orang yang berkumpul di sana berpadu dengan suara terompet dan ledakan kembang api, membuat Aluna melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Pukul dua belas. Keduanya mendongak, mengamati pendar cahaya di langit.

"Lun," panggil Kavindra, membuat Aluna menurunkan pandangannya hingga melihat senyum lembut yang terlukis dalam wajah kokoh itu. "Happy new year."

"Happy new year," balas Aluna yang segera mengembalikan tatapannya ke atas.

"Aku berharap kita terus barengan kayak gini," lirih Kavindra hampir tidak terdengar oleh Aluna karena bersamaan dengan teriakan Fara yang menghampiri mereka.

"Happy new year!" pekik Fara dengan riang menghampiri mereka berdua. "Buruan gabung." Fara menggandeng Aluna dan Kavindra untuk bergabung bersama keluarga mereka yang telah berkumpul untuk makan. Bukan hanya Kavindra dan Aluna yang merasakan kebahagiaan malam ini, tetapi semua orang yang ada di sana juga tengah berbahagia menikmati momen kebersamaan ini.

-The End-

***

Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.

Akhirnya tamat juga.

Gimana, puas gak dengan endingnya?

Semoga kalian suka ya!

O iya, jangan lupa vote nya ya.

Baca ulang juga boleh.

Jika ada masukan berupa kritik dan saran, aku persilahkan.

Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya.

Peluk cinta dariku dan semua tokoh dalam cerita ini, untuk kalian semua.

Terima kasih telah membersamai sampai akhir.

Love u. 💜💜💜

Janji Untuk AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang