4| Terpojok

103 4 0
                                        

Hai Bestie...

Selamat datang di next chapter

Semoga suka ya!

Oh iya, mau ngingetin lagi, nih!

Sebelum baca, bisa kali vote dulu

Ramaikan kolom komentar juga ya!

Thank you, Bestie 💙

So, Happy Reading!!!

•••

"HAI, Ma. Lagi ngapain?" Aluna menghampiri Sherly yang tengah asyik dengan laptopnya di ruang keluarga.

Tak ada jawaban dari Sherly membuat Aluna menghela napas. "Ma, lagi sibuk ya?" tanya Aluna lagi, berharap mamanya mau merespon.

Dengan terpaksa Sherly menatap Aluna yang telah duduk di hadapannya. "Kamu gak punya mata ya? Sudah jelas Mama lagi kerja, ganggu aja!" ucapnya dengan nada yang lebih tinggi.

Aluna spontan menggigit bibir bawahnya. Lagi-lagi mamanya bersikap tak ramah pada Aluna. "Maaf, Ma. Aku kesini bukan mau gangguin Mama, tapi aku cuman mau ngasih ini." Aluna segera menyerahkan surat undangan rapat wali murid yang ia dapat tadi siang.

Sherly melirik kertas yang Aluna kasih, membacanya sekilas. "Mama gak bisa. Suruh aja Kakak kamu!"

"Tapi Ma, ini penting banget. Pembahasan tentang persiapan PTS."

"Kamu itu jadi anak gak tau diri banget ya! Bisanya cuma ngerepotin!" pekik Sherly geram. "Mama sibuk juga buat biayain kamu! Palingan juga rapatnya bahas pembayaran ini-itu. Tinggal sebut saja berapa nilainya, nanti Mama kasih!"

Air mata Aluna sukses meluncur dengan mulus di pipinya, ia mulai terisak mendengar perkataan pedas untuknya.

"Ngapain nangis, hah? Mama gak akan pernah iba sama air mata kamu."

Tiba-tiba Alyas datang dari arah ruang musiknya. "Ada apaan sih, Ma? Kok ribut?"

"Tuh adik kamu, bisanya cuman nyusahin doang!"

"Emangnya kenapa?" tanya Alyas penasaran.

Aluna menyerahkan kertas surat undangan itu pada Alyas, berharap kakaknya itu bisa mewakili Mama. "Kakak bisa kan besok dateng?" tanya Aluna, suaranya terdengar berat.

Alyas tersenyum sinis sambil membaca surat undangan yang Aluna kasih. "Apaan, gak penting! Gue punya urusan yang lebih penting dari pada ini!" ujarnya sambil melemparkan kertas itu ke hadapan Aluna.

"Kenapa sih, Mama sama Kakak gak ada yang peduli sama aku? Kenapa kalian gak pernah bisa luangin waktu buat aku, kenapa?"

"Heh! Tarik ya omongan lo!" pekik Alyas geram. "Lo pikir dengan kita baik sama lo, Papa bakal hidup lagi, hah?"

"Alyas udah!" lerai Mama, ia segera memegang tangan Alyas. "Jangan emosi, Sayang!"

Aluna menunduk sedih mendengar perkataan Alyas, rasanya ia memang pantas untuk mendapatkan perlakuan mengenaskan itu dari mereka. Aluna iri sama Alyas yang masih mendapatkan perhatian dari Mama.

Janji Untuk AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang