MALAM telah berangsur larut, tapi Aluna belum juga mau beranjak pulang. Padahal, Fara dan Della sejak tadi telah berpamitan untuk pulang dan mengajak Aluna, tapi ia menolak. Aluna tidak ingin meninggalkan Kavindra sendirian menunggui mamanya di rumah sakit, meskipun sejak tadi Kavindra tidak mengatakan apa pun selain menyuruh Aluna pulang dengan nada ketus. Lagi-lagi Aluna enggan menuruti, ia masih teguh dengan keinginannya menemani Kavindra.
"Duduk sini, Vin." Aluna mengajak Kavindra untuk duduk di sampingnya, karena sejak tadi lelaki itu terus saja berdiri di depan pintu ruang IGD sambil sesekali melihat ke dalam lewat kaca kecil.
Kavindra menoleh sebentar pada Aluna yang masih mengenakan seragam sekolahnya. Ia mengabaikan ajakan Aluna, lalu kembali fokus mengintip mamanya yang berada di dalam ruangan itu.
"Om," sapaan Aluna kaget saat tiba-tiba ayah Kavindra datang bersama istri barunya yang tengah hamil.
Kavindra tak kalah kaget, ia menoleh tepat ketika Aluna menyapa ayahnya itu. "Ngapain ke sini?" tanya Kavindra sinis, entah untuk siapa pertanyaan itu. Yang jelas Kavindra menatap perempuan yang ia yakini istri baru ayahnya itu. Usianya masih terlihat sangat muda, bahkan Kavindra lebih cocok memanggilnya kakak.
"Gimana keadaan Mama, Vin?" tanya Abian, ia berusaha untuk tetap tenang dengan reaksi Kavindra yang sudah ia duga sebelumnya.
"Ck, buat apa nanyain Mama? Bukannya Papa seneng ya lihat Mama menderita? iya kan?"
"Vin, ucapannya dijaga, Sayang!" tegur Abian membuat anak lelakinya membuang muka.
"Jangan sok peduli! Papa mendingan pulsng aja, bawa perempuan ini jauh-jauh," usir Kavindra.
Mendengar itu Aluna langsung terkesiap bangkit dan mendekati Kavindra. "Vin, sabar," ucap Aluna.
"Kenapa kamu jadi seperti ini, Kavin?" tanya Abian heran. "Yang sopan kalo ngomong sama orang tua!" ujar Abian dengan nada yang lebih tinggi.
"Ngapain sopan sama orang yang gak sopan ngerebut Papa dari aku dan Mama?" ucap Kavindra penuh emosi. "Gara-gara Papa memilih perempuan ini, Mama jadi pulang-pergi kerja hingga akhinya seperti ini," lanjutnya.
Wanita yang sejak tadi Kavindra pojokkan, kini ia memberanikan diri berbicara. "Maafkan tante, ya. Tante gak bermaksud menghancurkan hidup kalian!"
"Terus apa namanya kalau gitu? Pelakor emang gak pernah mau ngaku!"
"Kavin! keterlaluan kamu!" pekik Abian geram.
Aluna maju dengan cepat. "Jangan, Om!" teriak Aluna yang melihat Abian melayangkan tamparannya.
PLAKK!
"PAPA!" jerit Kavindra, ia spontan berusaha menangkap tubuh Aluna yang terhuyung ke belakang akibat tamparan keras dari Abian.
"Aluna?" Kavindra panik, kini Aluna terduduk di lantai sambil memegangi pipi kanannya.
Kavindra bangkit, ia menghadap ayahnya kembali dengan penuh amarah. "JANGAN PERNAH SENTUH ALUNA!"
Abian kaget dengan pergerakan cepat Aluna yang melindungi Kavindra tanpa ia duga. Kini dirinya hanya bisa mematung merasa bersalah.
"Minta maaf sekarang sama Aluna!" pekik Kavindra begitu dikuasai emosi.
"Udah, Vin. Aku gak kenapa-kenapa, kok," Aluna mencoba meyakinkan Kavindra.
"Aluna, om minta maaf. Om benar-benar gak sengaja," lirih Abian dengan penuh penyesalan.
Aluna mengangguk. "Iya gak apa-apa, Om!" ucap Aluna. "Sebaiknya Om dan Tante pulang dulu ya, kasih Kavin waktu buat nenangin diri," lanjut Aluna menyarankan, membuat Kavindra melipat keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Untuk Aluna
Ficção Adolescente"Vin, aku putus sama Bara!" ungkap Aluna memberanikan diri berbicara pada Kavindra, sahabat yang telah lama tidak bertegur sapa lagi dengannya. "Gue tau," jawab Kavindra dengan nada datar tanpa mengalihkan pandangannya dari barisan puisi yang tengah...