26| Peran Seorang Kakak

129 5 7
                                    

Holla Bestie,

Kembali lagi dengan cerita Aluna.

Apa kabar kalian hari ini?

Semoga tetap dalam keadaan sehat ya, Bestie.

Sebelum baca, vote dulu yuk!

Ramaikan juga kolom komentarnya...

Happy Reading, Bestie.

***

SEHARIAN ini, baik Aluna maupun Kavindra sama-sama mengurung diri di kamar masing-masing. Aluna sejak pagi tidak mau makan meski Alyas dan Bi Diyah telah membujuknya beberapa kali, tapi gadis itu masih enggan membuka pintu. Tangisannya samar-samar terdengar ke luar membuat Alyas semakin panik dan khawatir.

"Dek, buka atuh pintunya! Kakak mau ngomong sama kamu," bujuk Alyas berharap Aluna mau beranjak membuka pintu.

"Katanya gak mau bikin Mama sama Kakak khawatir, kan? Sekarang A Alyas khawatir lho, Neng," ucap Bi Diyah membantu membujuk Aluna.

Beberapa detik kemudian, suara kunci diputar terdengar dari pintu kamar Aluna. Ternyata bujukan Bi Diyah manjur juga, sekarang Aluna mau membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Alyas masuk. 

"Makasih ya, Bi." Alyas berterimakasih, ia lalu meraih makanan yang di bawa Bi Diyah untuk Aluna.

"Iya sama-sama A, Bibi permisi dulu," pamitnya sambil berlalu menuruni tangga.

Alyas segera memasuki kamar Aluna, ia meletakkan makanan yang di bawa pada meja yang ada di sudut ruangan. "Makan ya, Dek!"

"Nanti aja," jawab Aluna dengan lesu, suaranya terdengar parau akibat menangis sejak tadi.

"Ya udah, ayo cerita sama Kakak."

Aluna menggelengkan kepalanya. "Aku nggak kenapa-napa kok, Kak!" ujar Aluna.

"Kakak, sih, terserah kamu mau cerita atau nggak. Cuma Kakak nggak mau kalau masalah kecil bikin kalian berdua jadi kayak gini. Kalo kalian nggak bisa nyelesain, Kakak yang bakal turun tangan," ujar Alyas dalam nada mengintimidasi.

"Maksudnya pake fisik, Kak?" Aluna langsung waspada karena tahu Alyas tak pernah main-main dengan kata-katanya.

Alis milik Alyas terangkat satu. "Menurut kamu fisik bisa bikin masalah selesai?" Alyas menatap adiknya itu, yang meski tahu jawabannya, memilih bungkam.

"Luna, kamu sama Kavin bukan anak kecil lagi. Kakak nggak tahu ada apa dengan kalian berdua, tapi Kakak ngerasa kalian kelihatan jauh lebih saling menjaga waktu masih sahabatan ketimbang sekarang," ujar Alyas sambil menatap wajah Aluna yang tertunduk.

***

Seminggu berlalu tanpa Aluna di sisinya. Kavindra frustasi tiap kali melihat Aluna yang terus menghindar agar tidak berpapasan dengannya di sekolah. Bahkan gadis itu rela pindah kelompok dalam mata pelajaran Seni Budaya, agar tidak lagi satu kelompok dengan Kavindra.  Hingga sampai suatu hari saat ia pulang dari sekolah, saat motor Kavindra telah sampai di depan rumahnya, ia sedikit kaget melihat Alyas yang tengah menunggunya di teras rumah. Kavindra langsung turun dari motornya dan menghampri Alyas.

"Udah lama, Kak?" tanya Kavindra pada Alyas yang kaget dengan kehadiran Kavindra yang tiba-tiba.

"Belum, adalah sekitar setengah jam," jawab Alyas. Ia sengaja menghampiri Kavindra untuk mengingatkan tentang dirinya dan Aluna. Sebagai seorang kakak bagi mereka berdua, Alyas merasa harus sedikit berperan untuk kebaikan mereka. Ia tidak mau karena masalah kecil membuat mereka renggang dan berjauhan.

Janji Untuk AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang