1. Pembahasan Mengenai Takdir

4.8K 273 101
                                    

Sebaik-baiknya suatu hubungan adalah ketika sudah terikat pernikahan, 'Halal' —Muhammad Arez Lintang Al-Farizi


****

01. Perihal Takdir

"Lin Lin, huaa." Tiba-tiba Sania memeluk Ailin membuat Ailin hampir saja terjungkal ke belakang.

"Astagfirullah, San? Kenapa?" tanya lembut Ailin.

"Masa aku dihukum lagi," Sania mengucek hidung nya yang berair itu sambil terus terisak.

"Kamu lakuin kesalahan apa, Sania?" tanya Rani tak tega melihat temannya menangis.

"Aku lempar telur ke wajah Jurig," jawab Sania masih sesegukan.

"Terus kamu dihukum apa?" tanya Ailin karena tak biasanya Sania menangis jika mendapat hukuman.

"Di suruh ambil telur ayam di kandangnya," jawab Sania.

"Pfftt." Rahma langsung menyemburkan air yang ada di mulutnya, tak sanggup menahan tawa.

"Minum jangan sambil ketawa, Ama. Nggak sopan," tegur Rani. Untung saja air itu tak mengenai mereka semua.

"Maaf maaf, reflek ketawa," Rahma terkekeh, "Aneh banget ai kamu mah, disuruh ambil telur ayam aja nangis sesegukan begini."

"Gimana kalau di suruh bersihin kandangnya coba." Tawa Rahma lagi.

"Aku takut sama ayam," jujur Sania membuat mereka terdiam sejenak.

"Tapi kenapa kamu suka makan ayam?" tanya Rahma heran.

Ailin dan Rani terkekeh.

"Karena enak," jawab Sania yang masih setia mendekap Ailin.

"Kenapa tadi kamu nggak minta hukuman yang lain aja?" tanya Rani.

"Gimana mau nawar, pas aku pengin ngeluarin suara udah dipotong sama si Jurig itu." Sania terlihat kesal.

"Jurig? Siapa, San?" tanya Ailin bingung karena dari tadi Sania menyebut 'Jurig.'

"Itu, anak Abuya nomor dua," jawab Sania santai setelah menghapus air matanya.

Mulut Sania langsung dibekap oleh Rani. "Astagfirullah kamu, jangan sembarangan gitu ngomongnya. Anak Kyai itu, San," tegur Rani.


"Mphh, ish jangan sampai hidung juga," ucap Sania tak suka karena Rani membekap mulutnya sampai menutupi hidung.

"Maaf maaf, habisnya kamu ngatain anak Kyai Jurig, yang bener aja," ujar Rani tak habis pikir.

"Tapi dia emang Jurig kok, mukanya serem, makanya aku kaget terus lempar telur ke muka dia," jawab Sania dengan suara sangat santai membuat mereka melongo.

"Saniaaaa, gimana nggak dihukum," geram Rani, "kamu lempar telur ke muka anak Kyai, ANAK KYAI!"

"Ya gimana, aku kaget," jawab Sania enteng.

"Udah-udah, nggak baik ngomongin orang," lerai Ailin.

"Bukan ngomongin orang, tapi ngomongin Jurig, Lin," jawab Rahma santai membuat Sania tersenyum senang karena dibelakan.

"Nah, bener kata Ama." Jentik tangan Sania.

"PANGGILAN KEPADA ROSANIA REVANA AMELIA WINDA YUNIKA PUTRI JUATIN KATSHIROH, KELAS 12 B SANTRI PUTRI AGAR SEGERA MENEMUI GUS AZAM DI NDALEM SEKARANG!"

Jodohku Santriwati Buta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang