53. Foto-foto Polaroid Istimewa

927 66 5
                                    

Rasulullah adalah manusia yang paling berat kesusahannya, namun paling banyak senyumnya.
—Habib Umar bin Hafidz

"Astagfirullahalazim, kalian ngapain?" tanya Rahma shock saat mendapati Sania dan Reyna yang sudah longsoran di lantai depan kamar Gus Arez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astagfirullahalazim, kalian ngapain?" tanya Rahma shock saat mendapati Sania dan Reyna yang sudah longsoran di lantai depan kamar Gus Arez. Mereka mengusap bokong masing-masing.

"Ah, elu sih, San," sungut Reyna menatap Sania yang hanya memberikan cengiran.

"Yaelah, maaf, Na. Habisnya kebawa suasana," balas Sania.

Reyna dan Sania memang mendapat panggilan dari Umi Fatimah atas laporan yang di dapat dari petugas keamanan santriwati. Bukan hanya mereka berdua, tapi Fika, Titi, Roy, dan Yusuf. Untuk kali ini tidak ada hukuman apapun, hanya diberi wejangan yang lumayan panjang. Tak masalah, itu baik. Nah, semua sudah diperbolehkan kembali, tiba-tiba jiwa penasaran Sania dan Reyna meronta. Jujur saja, Sania merasa mempunyai banyak kesamaan dengan Reyna saat pertama kali bertemu, sehingga menurutnya tak perlu sungkan untuk menampakkan diri yang sebenarnya dalam waktu kurang dari tiga hari.

Ailin yang mulanya di dalam kamar segera menghampiri teman-temannya. "Jadi dari tadi kalian ngintipin aku?" tanya Ailin sempat mendengar percakapan singkat mereka.

Reyna dan Sania sama-sama memperlihatkan gigi rapi mereka. "Cuman lihat doang kok," kilah Sania membuat Rahma menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lin, kamu habis nangis?" tanya Rahma melihat raut muka temannya itu.

Ailin membalas dengan senyuman. "Ayo masuk," ajaknya.

"Nggak apa-apa nih, Lin?" tanya Sania memastikan.

"Heleh, udah ngintip duluan baru minta izin," cibir Hesti mendapat tatapan sinis dari Sania.

"Iya, ayo," ajak Ailin lagi lebih dulu masuk. Kemudian Reyna menyusul Ailin tanpa mengeluarkan suara apapun.

Disusul Rahma dan Hesti. Juga Sania yang menggerutu lebih dulu sebelum bangun dari posisinya. Menutup pintu saat sudah masuk.

Keempat remaja itu terpukau pada salah satu sudut yang sejak berada di ambang pintu sudah membuat keingin tahuan. "Cantik banget," puji Rahma kagum.

"Mulutmu tutup, San. Nanti setan masuk," kata Hesti membuat Sania segera menutup mulutnya.

"Jadi ini ...." Reyna menganggukkan kepalanya pelan.

"Apa?" tanya Sania ingin tahu.

"Pasti lo terharu 'kan, Lin?" tanya Reyna terhadap Ailin tanpa menjawab pertanyaan Sania.

Sania membentuk mulut 'O', mungkin paham dengan maksud Reyna. Pandangannya tertuju pada sakral lampu yang ada di sebelah ia berdiri.

Tak

Lampu mati, tiba-tiba saja banyak bintang buatan di atas langit-langit kamar itu. Foto-foto polaroid yang tertempel di sudut istimewa tersebut punya cahaya paling terang di antara sudut lainnya. Daebak, benar-benar spesial.

Jodohku Santriwati Buta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang