5. Juz 30 & 30 Juz, Gus

2.4K 170 3
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

****

05. Anak Kota

Setelah salat Dzuhur, Ailin, Hesti, Sania, Rani, dan Rahma sudah duduk rapi di kelas.

Mereka semua satu kelas, dan Alhamdulillah satu asrama pula.

"Inyong arep muleh bae," gumam Sania memijat pelipis nya.

"Mau pulang ke asrama, San?" tanya Rani yang duduk di depan Sania.

"Pulang ke rumahlah," jawab Sania.

"Oh, kirain mau pulang ke rahmatullah," kata Hesti yang duduk di sebelah Rani.

"Heh rika!" cetus Sania tak terima.

"Apa, San?" tanya Rika menengok, ia duduk di barisan paling depan.

"Eh, bukan kamu."

"Aku ngomong sama Hesti, hehe maaf," ucap Sania cengengesan.

Rika hanya mengangguk dan melanjutkan hapalannya.

"Lagian kamu, pakai bahasa ngapak di kelas." Geleng kepala Rani.

"Ya-"

"Assalamu'alaikum," salam Gus.

"Wa'alaikumussalam," jawab semua santriwati kelas 12 B.

Jika kalian mengira itu adalah Gus Arez, maka kalian salah. Yang masuk adalah Gus Azam.

"Ustadz Rafi tidak bisa berhadir, oleh karena itu saya yang menggantikan beliau," ucap Gus Azam diangguki mereka.

"Apa kalian ada tugas dari Ustadz Rafi?" tanyanya.

Hening.

"Ada Gus, hapalan," jawab salah satu santriwati membuat mata Sania membola.

Kenapa diingetin maemunah, batin Sania menggeram kesal.

Kemarin malam ia muroja'ah dibantu Gus Arez dan para santriwati lain, tapi sekarang?
Apa Gus Azam sebaik sang Abang?

Gus Azam mengangguk, sebenarnya ia tahu. Hanya ingin mengetes kejujuran para santriwati ini.

"Baik, langsung saja."

"-Ada yang ingin maju ke depan lebih dulu?" tanya Gus Azam.

Rika maju dengan santainya.

"Silakan setor hapalanmu," suruh Gus Azam.

Rika mengerjapkan mata, "Hapalan?" tanyanya bingung.

"Iya hapalan." Angguk Gus Azam.

"Loh, Gus? Aku ngiranya cuman maju, ternyata hapalan, ya?" tanya Rika polos membuat mereka semua tertawa terkecuali Sania yang pusing sendiri dengan hapalannya.

"Benar, silakan," suruh Gus Azam lagi.

Untung saja Rika bisa menyetorkan hapalan walaupun sedikit terbata.

"Siapa lagi?" tanya Gus Azam menatap santriwati-santriwati itu.

"Sania," panggil Ailin pelan.

"San," panggil Ailin lagi karena tak ada jawaban.

"Ah, iya," lamunan Sania terbuyar.

"Anterin aku ke depan, boleh?" tanya Ailin.

"Aku?" tanya Sania menunjuk diri sendiri.

Jodohku Santriwati Buta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang