48. Topik di Kamar Asrama

842 69 4
                                    

Untuk kalian, aku update lagi 😍
Happy 50k, semoga cepat dinovelkan ya anakku 🥹

Diam sampai kamu diminta untuk berbicara, itu lebih baik daripada kamu berbicara sampai diminta untuk diam—

Aku tidak pernah menyesali diamku, tapi berkali-kali aku menyesali bicaraku—

48. Asrama

Malam begitu tenang, bintang-bintang nampak kelipannya melalui jendela kamar. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, seakan sudah menjadi kebiasaan untuk menemani waktu empat laki-laki yang sekarang sedang berkutat dengan mushaf mereka masing-masing.

Devan sedikit berdeham, membuat kalimat tanya keluar dari mulut temannya, "Kenapa lo, Dev? Haus?"

Devan menggeleng sebagai jawaban untuk Roy. "Ada bau-bau," katanya.

"Bau-bau apaan?" tanya Yusuf yang langsung menutup mushafnya. "Gue nggak cium bau apa-apa tuh."

"Bau-bau ada yang mau datang." Devan langsung bersegera membereskan kasurnya yang terlihat begitu berantakan.

"Hah? Yang bener lo?!" Arya dibuat panik karenanya. Jika yang datang adalah petugas kebersihan, bisa-bisa mereka akan terkena hukuman lagi.

"Bener, Ko. Suara kaki-kaki orang itu," jawab Devan tetap fokus dengan aktivitasnya.

Mereka semua bersegera merapikan tempat tidur masing-masing, membersihkan  benda-benda yang berserakan di lantai, juga tak lupa Roy mengeluarkan gerutuannya, "Lagian siapa yang malem-malem ke sini sih, udah tahu habis Isya itu enaknya santai-santai."

Arya bergeming. "Kenapa, Ko?" tanya Devan yang menyadari perubahan sikap Arya.

"Hari ini hari apa?" tanya Arya melihat Yusuf.

"Hari ini? Ra— loh, heh." Mata Yusuf membola, shock dengan jawaban yang ingin ia sampaikan.

"Rabu?" tanya Devan memastikan, "bukannya besok, ya?"

"Besok dari mana, hari ini rabu!" Roy juga tiba-tiba ikut mengeluarkan mimik paniknya.

"Gus Arez!" seru mereka kompak.

Tok tok tok

Keempat orang yang baru saja salah dalam mengingat hari itu sudah meneguk saliva dengan susah payah. Harap-harap bukan orang yang sedang mereka pikirkan yang datang.

"Ya Allah, belum hapal." Devan menampilkan ekspresi sangat pasrah.

Tok tok tok

Saling tatap beberapa saat, sampai akhirnya Arya yang kena dorongan, "Ko, lo aja sana, lo yang paling tua, 'kan."

Sampai di depan pintu, dengan perlahan Arya membukanya. "Assalamualaikum," kalimat salam yang pertama kali mereka dengar.

"Wa'alaikumussalam, ehehe. Ma-masuk, Gus," Arya mempersilakan.

Roy memperhatikan dengan seksama orang asing yang mengikuti langkah Gus Arez. "Siapa, Gus?" tanya Roy penasaran. Sebab, cukup tampan.

"Perkenalkan, beliau Ustadz Zero, mulai besok akan mengajar di pesantren kita," Gus Arez memperkenalkan.

"Ah, iya." Arya lebih dulu memberikan salam, dibuntuti yang lainnya.

"Dari mana, Tadz?" Roy bertanya setelah sesi bersalaman selesai, basa-basi.

"Dunia Ultraman, tetteret, teretteretteret," jawab Yusuf menirukan suara dan gaya ala Ultraman dengan satu tangan di atas, vertikal.

Jodohku Santriwati Buta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang