Sedari tadi Lalice terus menggenggam tangan Rose yang masih terbaring diatas kasur rumah sakit.
Raut wajah pucat Rose membuatkan hati Lalice sakit "Chaeng-ah" lirihnya pelan.
Perlahan lahan tangan yang digenggam oleh Lalice itu bergerak "Chaeng!" Seru Lalice dengan senang.
"Lisa-ya" Rose tersenyum dengan bibirnya yang pucat itu.
"Eonnie, apa yang sakit? Ngomong saja sama aku" ujar Lalice.
Rose menggeleng "Eonnie tidak apa apa kok. Jangan khawatir ya"
"Gimana aku tidak khawatir huh! Eonnie mimisan terus pingsan!" Gerutu Lalice.
Senyuman terbit dibibir Rose "Maaf karena sudah meropotkan kamu"
Lalice melotot "Chaeng! Jangan ngomong seperti itu! Aku tidak pernah merasa direpotkan sama kamu"
"Lis" panggil Rose.
"Hurm? Chaeng butuh apa?"
"Kapan Eonnie bisa pulang?"
"Eonnie masih harus menginap dirumah sakit untuk beberapa hari. Besok hasil keputusan kesehatan Eonnie bakalan keluar"
"Lis, Eonnie tidak apa apa kok. Eonnie hanya capek makanya Eonnie pingsan"
Lalice menggeleng "Pokoknya kita harus menunggu keputusan kesehatan Eonnie! Aku hanya tidak ingin Eonnie kenapa napa! Hanya Eonnie yang aku ada di dunia ini!" Tegasnya membuatkan Rose hanya mampu mengangguk pasrah.
:
:"Papa!" Jennie dan Jisoo langsung berlari menghampiri Seojoon yang baru memasuki mansion mereka itu.
"Hai anak anak Papa" ujar Seojoon membalas pelukan kedua anaknya.
"I miss you" rengek Jennie.
"Papa juga rindu banget sama anak anak Papa ini loh" ujar Seojoon.
Mereka berganjak duduk disofa dengan Seojoon yang berada ditengah mereka berdua.
"Selama Papa tidak ada, apa ada apa apa masalah terjadi?" Tanya Seojoon.
"Tidak ada apa apa si Pa" sahut Jisoo
"Tapi mobil Eonnie pernah mogok dijalan" timpal Jennie.
"Kok bisa?" Tanya Seojoon penasaran.
Jisoo cengesan "Lupa ngisi bensin Pa"
"Terus siapa yang bantuin?"
Jisoo akhirnya menjelaskan soal pertemuannya dengan Lalice. Dia begitu antuasis menceritakan tentang sosok gadis yang sanggup membantunya itu.
"Kapan kapan bawa Papa ketemu sama gadis itu ya" ujar Seojoon.
"Tapi Jisoo Eonnie saja tidak punya nomer ponsel gadis itu" ujar Jennie.
"Waktu itu aku lupa untuk mengambil nomer ponsel dia Pa" sahut Jisoo membela dirinya.
Seojoon terkekeh kecil "Ya sudah lah. Tidak apa apa. Mungkin nanti kita akan ketemu sama dia"
"Papa sudah makan malam? Kalau belum, Jisoo siapin makan malam ya" ujar Jisoo.
Seojoon tersenyum "Anak Papa ini pengertian sekali. Papa mandi duluan ya. Nanti kita makan malam bareng" dia berganjak kekamarnya meninggalkan Jisoo yang sudah menyeret Jennie pergi kedapur.
:
:Pagi sudah tiba dan waktu yang ditakuti oleh Rose sama Lalice sudah tiba. Mereka masih belum siap untuk mendengarkan pernyataan yang akan dikatakan oleh sang Dokter.
"Rose-ssi, Lalice-ssi, apa kalian siap?" Tanya Dokter Joy.
Rose menatap Lalice. Seakan mengerti dengan rasa khawatir yang dirasakan oleh kembarannya itu, Rose menggenggam kedua tangan Lalice dengan erat "Tenang Lis" ujarnya. Dia beralih menatap sang Dokter "Jadi, gimana hasilnya Dok?"
Dokter Joy menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kanker darah stadium satu"
Deg
Suasana seketika menjadi hening. Dunia pasangan kembar itu seakan hancur setelah mendengar kata kata yang terlontar dari sosok berjas Dokter itu.
"Tidak mungkin Dok!" Sangkal Lalice "Kembaran saya tidak mungkin punya penyakit itu!"
"Maaf Lalice-ssi, tapi itu sudah hasilnya" ujar Dokter Joy.
"Aniyo. Ini pasti tidak mungkin. Ini semua bohong. Chaeng tidak mungkin sakit. Hahah, Dokter pasti bercanda. Chaeng baik baik saja" racau Lalice dengan mata berkaca kacanya.
"Lis" panggil Rose
Namun Lalice masih terus meracau.
"Lalisa!" Teriak Rose menangkup kedua pipi Lalice "Tatap Eonnie" ujarnya
Lalice menatap mata Rose. Air matanya sontak mengalir keluar "Shh, don't cry. Eonnie tidak apa apa kok" ujar Rose membawa Lalice kedalam dakapannya "Eonnie tidak kuat dan Eonnie tidak mampu menghadapi semua ini sendiri. Jadi Lisa harus kuat untuk Eonnie ya" lanjut Rose.
Lalice memeluk Rose dengan semakin erat "Lisa pasti akan kuat untuk Chaeng! Chaeng harus sembuh!" Ujarnya.
Setelah pelukan dilepaskan, Lalice menghapus air matanya dengan kasar dan beralih menatap Dokter Joy "Apa Eonnie saya bisa sembuh?" Tanyanya.
"Kanker nya masih di stadium 1 jadi masih ada peluang untuk Rose-ssi sembuh. Rose-ssi hanya perlu rutin menjalankan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang bersarang dibadannya itu" jelas Joy.
"Tidak ada cara lain Dok? Saya tidak ingin melakukan kemoterapi" timpal Rose.
"Saya hanya akan memberi obat yang bisa menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh kamu" sahut Joy.
"Ya sudah. Mendingan obat saja Dok. Saya akan bertahan selagi saya bisa" ujar Rose.
"Baiklah. Saya permisi" Dokter Joy sedikit membungkuk dan berganjak pergi dari sana.
"Chaeng-ah. Apa apaan ini? Kamu harus melakukan kemoterapi!" Kesal Lalice.
"Aku tidak mau Lis!" Tolak Rose "Tolong dengarin permintaan aku ini ya" lanjutnya memohon.
Lalice sudah tidak bisa melakukan apa apa lagi kalau kembarannya itu sudah memohon kepadanya "Ya sudah lah. Tapi Chaeng harus janji kalau Chaeng bakalan ngomong sama aku kalau Chaeng kesakitan"
"Chaeng janji!" Sahut Rose. Bukan tanpa alasan Rose tidak ingin melakukan kemoterapi. Dia tahu biaya untuk kemoterapi itu mahal makanya dia tidak ingin membebankan sang adek. Lagian uang gaji mereka juga hanya cukup untuk membeli makanan serta beberapa kelengkapan mereka.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet Again✅
FanfictionPerpisahan yang tidak pernah diinginkan akhirnya terjadi membuatkan ke4 saudara saling tidak mengenali. Akankah takdir mempertemukan mereka kembali? Siblings 📌 Blackpink 📌