-13-

1.6K 254 5
                                    

"Kebetulan sekali kita ketemu disini" ujar Jennie "Apa kita bisa bicara?" Tanya Jennie

"Maaf Jennie-ssi, tapi aku harus lanjut kerja. Masih ada banyak pelanggan yang harus aku layani" ujar Rose tidak enak.

Jennie kelihatan kecawa "Jam berapa kamu pulang?"

"Kerja aku selesai jam 1 tapi aku bakalan ke toko bunga untuk lanjut kerja disana" sahut Rose.

"Tepat jam 1 aku tunggu kamu didepan. Ada yang harus aku bicarakan"

Walaupun bingung Rose tetap mengangguk "Baiklah Jennie-ssi. Aku lanjut kerja duluan" dia bergegas pergi dari sana untuk melayani pelanggan yang lain.











Setelah jam menunjukkan pukul 1 petang, Rose bergegas keruang ganti baju untuk mengganti bajunya. Dia harus bersiap siap dengan segera karena Jennie sudah menunggunya.

"Tadi gue melihat elo mengobrol sama Jennie. Apa kalian dekat?" Tanya Jina dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku sama dia tidak terlalu akrab kok" jujur Rose "Aku duluan ya" dia sedikit menunduk dan berganjak pergi dari sana.

"Ck" decak Jina menatap kepergian Rose dengan tatapan yang sinis. Nih orang memang tidak suka banget sama Rose. Dia selalu saja mencari gara gara sama Rose namun karena Rose adalah orang yang sabar, Rose tidak pernah meladeninya.





"Maaf aku telat" ujar Rose merasa bersalah

"Tidak apa apa. Ayo berangkat" Jennie membukakan pintu mobil untuk Rose.

Dengan canggungnya Rose memasuki mobil itu "T-terima kasih"

Setelah ikut memasuki mobil, Jennie langsung menjalankan mobilnya pergi dari sana. Dia akan menghantarkan Rose ketoko bunga tempat Rose bekerja.

Tidak butuh waktu yang lama, mereka tiba di sebuah toko bunga yang menjadi tempat Rose untuk bekerja "Masuk saja. Kita bisa mengobrol di dalam. Toko bunga biasanya tidak terlalu ramai orang" ujar Rose.

Jennie mengangguk paham dan menyusul Rose memasuki toko bunga.

"Maaf aku telat" ujar Rose.

Ahjumma Jung tersenyum "Kamu tidak telat kok" ujarnya "Ya sudah, Ahjumma pulang duluan ya"

"Baiklah Ahjumma. Hati hati" ujar Rose.

Wanita paruh baya itu mengangguk dan berganjak pergi dari sana.

"Silakan duduk" ujar Rose.

Jennie mengangguk singkat dan bergajak duduk di sofa yang memang sudah ada disana. Rose ikut duduk di sofa didepan Jennie "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan Jennie-ssi?"

"Oh ayolah, jangan terlalu formal sama aku. Panggil aku Eonnie saja"

"Baiklah Eonnie. Jadi, ada apa?"

"Rosie, ak-"

"Rosie?" Potong Rose dengan bingungnya.

"Tidak tahu kenapa aku malah kepikiran sama nama Rosie dan nama itu kelihatan cocok sama kamu si. Apa tidak masalah kalau Eonnie memanggil kamu Rosie?"

Rose terdiam namun sedetik kemudian dia mengangguk "Rosie, nama yang cantik"

Jennie tersenyum hangat "Jadi Rosie, Eonnie ingin meminta maaf atas kata kata Eonnie kemarin. Eonnie sadar kalau kata kata Eonnie sudah keterlaluan dan Eonnie yakin kamu sama Lalice marah. Maaf ya. Eonnie tidak bermaksud kok"

"Eonnie tenang saja. Aku tidak marah kok. Aku memang terluka sama kata kata Eonnie itu tapi aku sadar kalau kata kata Eonnie memang ada benarnya"

"Tidak! Kata kata Eonnie tidak benar. Lupakan saja soal itu ya"

Rose mengangguk "Arreosso Eonnie"

Jennie akhirnya bisa bernafas lega "Sampai kapan kamu bekerja di sini?"

"Sampai jam 7 malam si"

"Ouh, jadi nanti malam kamu ada waktu dong"

Rose menggeleng "Jam 7 malam aku harus bekerja di restaurant sebagai pelayan"

Jennie melotot "Heol! Kamu melakukan 3 pekerjaan dalam 1 hari?!"

"Hu'urm" sahut Rose.

"Kamu sama Lalice memang tidak kuliah?"

"Yang kuliah hanya Lalice. Dia mendapat biasiswa si. Aku juga mendapatkan biasiswa tapi aku menolaknya karena aku harus bekerja untuk membiayai kehidupan aku sama Lalice. Tapi Lalice juga ikut bekerja kok setelah dia pulang dari kuliah" jelas Rose.

"Dimana orang tua kalian?"

Pertanyaan Jennie ini membuatkan Rose terdiam. Mereka baru saja kenal jadi tidak seharusnya Rose menceritakan soal privasinya bukan?

"Ah, maaf. Kalau kamu merasa tidak nyaman, jangan dijawab pertanyaan aku ini" ujar Jennie merasa tidak enak.

"Maaf Eon, mungkin sekarang belum saatnya Eonnie tahu" ujar Rose.

Jennie mengangguk "Tidak apa apa, Eonnie mengerti"

Ting!

"Sebentar" Jennie membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Dia langsung saja membaca pesan yang dikrim oleh seseorang "Coba lihat" dia memberikan ponselnya kepada Rose.

Dengan bingungnya Rose mengambil ponsel itu dan melihat apa yang ditunjukkan oleh Jennie. Sedetik kemudian dia tersenyum.

"Ah, syukurlah kalau Eonnie kamu bisa bikin dia nyaman" ujar Rose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, syukurlah kalau Eonnie kamu bisa bikin dia nyaman" ujar Rose

"Maksud kamu?" Bingung Jennie.

"Lalice sulit untuk akrab sama orang baru si. Dia biasanya suka cuek dan dia hanya manja sama aku" jelas Rose.

"Itu tandanya dia sayang banget sama kamu"

Rose terkekeh kecil "Kita memang saling menyayangi. Aku hanya punya dia begitu juga sebaliknya" ujarnya membuatkan Jennie mula sedikit mengerti soal kisah hidupnya.









  Tekan
   👇

Until We Meet Again✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang