Lalice bergegas menghampiri Rose dan membantu kembarannya itu bangkit "Eonnie tidak apa apa?" Tanya nya khawatir.
"Pusing Li" adu Rose yang sudah tidak mampu menahan sakitnya lagi.
"Ya iya lah pusing, soalnya tadi juga elo muntah bukan?" Sambar Jennie "Sudah berapa bulan?" Lanjutnya sinis.
Lalice dan Rose kompak mengernyit "Maksud Eonnie?"
"Tidak perlu bohong lagi deh. Lo hamil bukan?" Jelas Jennie.
Sudah pasti pasangan kembar itu melotot "Apa maksud Eonnie!" Sentak Lalice dengan marah.
"Halah, tidak usah sok marah marah deh" ujar Jennie "Lo pikir gue tidak tahu apa yang elo lakukan huh?"
"Maksud Eonnie apa si? Kenapa Eonnie tiba tiba berubah?" Bingung Rose.
"Berkas penting di perusahan hilang dan sekarang berkas itu ada ditangan musuh. Gara gara itu juga perusahan mengalami kerugian" timpal Jisoo dengan serius.
"Terus apa hubungannya sama kita?" Bingung Lalice.
"Luna bilang kalau dia melihat Rose masuk kekamar Jisoo Eonnie dan mengambil berkas penting itu" sahut Jennie. Dia menatap Rose dengan tajam "Lo pernah ketemu sama Leon bukan? Leon itu memang musuh perusahan"
Rose mengernyit untuk coba mengingati nama yang dikatakan oleh Jennie itu. Tidak butuh waktu yang lama, dia mengingatinya "Aku memang pernah ketemu sama dia tapi dia yang datang ketemu sama aku duluan. Dan aku tidak pernah masuk kekamar Jisoo Eonnie" jelas Rose.
"Jadi kamu mau bilang kalau Luna bohong?" Tanya Jisoo yang masih menampilkan wajah datarnya.
"Mungkin saja dia berbohong bukan?" Timpal Lalice melirik Luna yang bersembunyi dibelakang Jennie.
"Sudah 3 tahun Luna bekerja disini jadi dia tidak mungkin berbohong" sahut Jisoo.
"Apa yang dikatakan oleh Luna pasti ada benarnya" ujar Jennie "Jadi sekarang silakan beresin barang barang kalian dan pergi dari sini sekarang juga! Gue tidak ingin ketemu sama kalian lagi! Jangan panggil gue Eonnie lagi! Dan elo-" dia menunjuk Rose dengan jarinya "Gue menyesal karena sudah memberikan kasih sayang gue buat elo. Anggap saja kalau kita tidak pernah ketemuan dan sekarang gue berharap kalau elo benaran pergi jauh dari hidup gue!"
"Jaga omongan kamu Jennie-ssi!" Marah Lalice. Bukannya Jennie sendiri yang tidak ingin dipanggil Eonnie lagi? Jadi untuk apa Lalice memanggilnya menggunakan embel Eonnie lagi?
"Sekarang gue tahu kenapa alasan Mama kalian tidak peduli soal kalian. Ternyata kalian memang sampah!" Sinis Jennie.
"Sial!" Lalice menggeram marah. Ingin sekali dia memberikan tamparan kepada sosok itu namun kembarannya itu terus saja menghalangnya.
Jisoo juga bahkan sudah melotot ketika mendengar penuturan dari sang adek namun dia memilih untuk diam soalnya dia tahu kalau sang adek lagi emosi makanya dia tidak ingin menambahkan emosi sang adek.
"Terima kasih untuk segalanya. Bilang sama Tuan Seojoon kalau aku sama Lalice berterima kasih atas kebaikan dia. Maafin kita karena sudah muncul dikehidupan kalian" ujar Rose tersenyum miris. Ditatapnya Jennie yang menatapnya dengan malas itu "Semoga Tuhan mengabulkan permintaan Eonnie agar kita tidak ketemu lagi"
Dengan segera Lalice menarik Rose menuju kelantai atas. Mereka langsung membereskan barang barang mereka dan bergegas keluar dari mansion itu.
Hah~
Ternyata kebahagiaan mereka tidak lama ya.
Sekarang si kembar memilih untuk duduk di halte bus. Mereka tidak tahu kemana yang harus mereka pergi. Mereka tidak punya siapa siapa. Tidak punya tempat tinggal bahkan uang mereka juga tidak cukup untuk menyewa kosan.
"Lisa-ya. Kamu percaya sama Eonnie bukan? Eonnie tidak mungkin mengkhianati Jennie Eonnie sama Jisoo Eonnie" ujar Rose dengan wajah pucatnya.
Lalice mengangguk berkali kali "Aku percaya sama Eonnie. Aku yakin Eonnie tidak mungkin melakukan semua itu"
Setetes air mata mengalir keluar dari mata Rose "Maafin Eonnie. Eonnie gagal memberikan kehidupan yang baik untuk kamu" lirihnya.
Mata Lalice berkaca kaca "Jangan ngomong seperti itu Chaeng-ah. Hidup bersama kamu adalah kebahagiaan aku. Apa pun yang terjadi, kita harus melalui semuanya bersama"
Rose tersenyum tipis. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Lalice "Apa kepalanya masih pusing?" Tanya Lalice.
"Eoh, bahkan rasanya Eonnie hampir mati" sahut Rose dengan suara lemahnya. Tidak butuh waktu yang lama, dia tidak sadarkan diri disamping kembarannya.
"Chaeng? Kamu tidur?" Lalice beralih menatap kembarannya itu "Chaeyoung?!" Teriaknya panik setelah menyadari kalau kembarannya itu pingsan.
Jarak rumah sakit masih jauh dan sekarang juga tidak ada orang disana. Akhirnya Lalice memutuskan untuk menghubungi Sehun dan meminta temannya itu untuk membawa kembarannya itu kerumah sakit.
*
"Kamu yakin untuk mengusir mereka?" Tanya Jisoo menatap sang adek dengan serius.
Jennie mendengus "Eonnie masih ingin membela mereka?!" Kesalnya "Mereka mengkhianati kita Eon! Selama ini kita sudah baik banget sama mereka tapi kenapa mereka malah bekerjasama sama pihak musuh kita?"
Jisoo memijit pelipisnya dengan pusing "Kita ngomong soal ini sama Papa saja nanti. Kita juga harus meminta Papa menyelidiki soal ini" ujarnya berganjak kekamar meninggalkan Jennie yang terus mendumel kesal.
Tanpa mereka sadar, ada sosok Luna yang bersembunyi tidak jauh dari mereka. Sorot mata yeoja itu malah kelihatan sedih "Maaf" gumamnya.
Kabulkan keinginan Jennie??? 👀
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet Again✅
FanfictionPerpisahan yang tidak pernah diinginkan akhirnya terjadi membuatkan ke4 saudara saling tidak mengenali. Akankah takdir mempertemukan mereka kembali? Siblings 📌 Blackpink 📌