-3-

2.2K 254 10
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 petang dan sekarang Rose sudah berada di toko bunga untuk bekerja.

"Rose. Ahjumma harus pulang sekarang jadi kamu urusin semuanya ya" ujar Ahjumma Jung, pemilik toko bunga yang sudah menganggap Rose seperti anaknya sendiri itu.

"Arreosso Ahjumma" sahut Rose.

Ahjumma Jung tersenyum dan berganjak pergi meninggalkan Rose bersendirian.

Tidak butuh waktu yang lama, pintu toko dibuka dan masuklah seorang cowok yang menghampiri Rose "Permisi"

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Rose sopan.

"Aku ingin bunga Blue Rose" ujar cowok itu.

"Baiklah, silakan ditunggu ya" ujar Rose bergegas mengambil pesanan pelanggan itu.








:

"Mr Choi! Kita sudah pernah bahas soal ini dan perusahan saya tidak setuju dengan dana yang dikeluarkan oleh anda!" ujar Jisoo berusaha tenang.

Irene, sekertaris Jisoo itu hanya diam dan melihat pertengkaran yang akan terjadi nanti.

"Mrs Kim, dana ini sudah cocok untuk project kita di Jeju itu!" Mr Choi tetap saja mempertahankan pendapatnya.

Jisoo memijit pelipisnya dengan pusing. Sosok pria didepannya itu memang benar benar keras kepala "Dana nya terlalu banyak! Memangnya anda menginginkan perusahan saya bankrup?"

"Jaga omongan anda Jisoo-ssi! Anda baru saja menguruskan perusahan keluarga Kim! Anda bahkan tidak pintar mengurus project yang besar seperti ini tanpa kerjasama perusahan saya!" ujar Mr Choi yang sudah marah itu.

Jisoo beralih menatap sekertarisnya "Irene-ssi"

"Nde Sajangnim?" sahut Irene

"Batalkan kerjasama perusahan kita sama perusahan Mr Choi" arah Jisoo.

Mr Choi sontak melotot "Maksud anda apa hah?!"

"Kalau Mr Choi tidak bisa menerima keputusan saya, mendingan kita hentikan kerjasama perusahan kita. Saya tidak membutuhkan kerjasama dari orang yang keras kepala seperti anda" ujar Jisoo tanpa basa basi.

Mr Choi menatap Jisoo dengan tajam "Lihat saja Jisoo-ssi! Anda akan menyesal!" dia bangkit dan bergegas pergi dari sana.

Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar "Merepotkan" gumamnya.

"Kamu tidak apa apa?" tanya Irene. Mereka itu sahabat dan mereka tidak akan formal kalau hanya berdua.

"I'm Jisoo i'm okay" sahut Jisoo.

"Kamu yakin ingin membatalkan kerjasama kita sama perusahan Mr Choi?" tanya Irene memastikan.

Jisoo berdehem "Iya Eon. Perusaha Mr Choi hampir bankrup. Gara gara itu juga dia ingin kerjasama sama perusahan kita tapi gara gara sifat keras kepalanya itu, dia kehilangan peluang"

Irene mengangguk. Dia setuju si sama omongan atasannya itu.






:

"Hai sayang. Maaf aku telat" ujar Jennie menghampiri sang pacar yang berada di cafe itu.

Kai, sosok manis itu tersenyum "Tidak apa apa sayang" ujarnya. Dia mengambil bunga yang ada disampingnya itu dan memberikannya kepada Jennie "Beautiful flowers for beautiful girl"

Jennie sontak tersenyum lebar. Dia mengambil bunga pemberian dari sang pacar "Blue Rose? I love it!"

"Tadi aku beli di toko depan itu si. Banyak bunga yang cantik disana tapi yang paling cantik itu kamu si" ujar Kai.

Jennie terkekeh kecil "Sudah deh gombalnya"

Kai ikut terkekeh "Sekarang kamu mau makan apa? Aku pesankan"

"Seperti biasa deh" sahut Jennie.

Kai mengangguk paham dan berganjak memesan makanan yang sering dimakan oleh pacarnya itu. Dia sosok manis yang peka dan juga perhatian makanya dia bisa meluluhkan hati Jennie yang dulunya dingin itu si.







:

Kelas Lalice sudah berakhir dan sekarang dia sudah berada di supermarket dan mula bekerja sebagai kasir.

Ini masih jam 2 dan supermarket itu sepi makanya dia bisa memakan makan siangnya itu duluan.

"Lice"

"Loh, Sehun Oppa?" Lalice bergegas bangkit ketika anak pemilik supermarket itu menghampirinya.

"Tadi Mama masak makan siang dan dia masak juga buat kamu nih. Dimakan ya" ujar Sehun memberikan bungkusan makanan kepada Lalice.

"Repot repot saja si. Aku merasa tidak enak nih. Bilang sama Tante, terima kasih ya. Maaf juga karena sudah merepotkan" ujar Lalice merasa tidak enak.

Sehun tersenyum tipis "Tidak merepotkan kok. Kamu juga tahu kalau Mama sudah menganggap kamu seperti anak kandung dia sendiri. Lagian Mama sama Papa memang menginginkan anak cewek"

"Ya makanya Oppa harus nikah tuh agar Tante sama Om punya menantu" ujar Lalice.

"Memangnya kamu sudah siap untuk menikah?"

Lalice mengernyit "Loh, kok aku? Yang harus menikah itu Oppa bukan?"

"Yang akan dinikahi aku itu kamu jadi aku harus tahu kamu sudah siap apa belum si" Sehun berujar santai dengan tangannya yang mengelus kepala Lalice.

Setelah itu, dia berganjak keluar dari supermarket itu meninggalkan Lalice yang sudah salting itu.

"Lama lama meledak juga nih jantung gue" ujar Lalice dengan pipi memerah malu.



  Tekan   👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Tekan
   👇

Until We Meet Again✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang