Jennie memilih untuk membawa Rose duduk di bangku taman yang kebetulan sepi itu.
"Terima kasih karena sudah menolong aku" ujar Rose "Tapi apa yang Eonnie lakukan itu sudah keterlaluan. Aku butuh pekerjaan itu Eon"
"Dan kamu tetap ingin bekerja disana setelah dia menginjek harga diri kamu?!" Tanya Jennie tidak habis pikir sama pemikiran Rose.
"Eonnie pikir aku bekerja hanya untuk kesenangan aku? Aku bekerja untuk kebutuhan hidup aku sama adek aku! Aku juga tidak ingin harga diri aku diinjek tapi aku tidak bisa melakukan apa apa lagi Eon! Aku sadar kalau aku miskin dan aku memang tidak ada hak untuk membela diri aku sendiri!"
Jennie menghembuskan nafasnya dengan kasar "Mianhe. Eonnie hanya tidak ingin harga diri kamu diinjek seperti itu"
Rose tersenyum tipis. Dia paham kok kalau Jennie hanya ingin melindunginya "Ya sudah lah. Tidak apa apa kok. Aku akan mencari pekerjaan yang lain saja. Maaf karena sudah marah sama Eonnie"
"Sudah Rosie. Kamu tidak boleh bekerja lagi. Kamu harus memikirkan kesehatan kamu juga. Jangan bekerja terlalu berlebihan" ujar Jennie
"Tapi-"
Jennie meletakkan jarinya dibibir Rose "Ikutin saja kata kata Eonnie ya. Eonnie hanya tidak ingin kamu jatuh sakit gara gara terlalu capek" ujarnya.
Seakan dihipnotis, Rose mengangguk. Dia juga bingung sama dirinya sendiri. Hatinya seakan tidak rela untuk menolak keinginan yeoja didepannya itu "Ternyata seperti ini ya rasanya diberi perhatian sama sosok Eonnie" batin Rose.
"Ayo pulang" lanjut Jennie menarik Rose menuju kemobilnya.
*
*"Eonnie, bangun" Lalice mengguncangkan badan Jisoo dengan pelan.
Tidak butuh waktu yang lama, yeoja berbibir hati itu membuka matanya dan meregangkan badannya "Sudah jam berapa?"
"Sudah jam 10. Saatnya supermarket ini ditutup" sahut Lalice "Mendingan Eonnie juga pulang sekarang" lanjutnya berberes beres.
"Eonnie akan menghantar kamu pulang" sahut Jisoo "Eonnie tunggu kamu dimobil" lanjutnya berganjak kemobil meninggalkan Lalice yang akan menutup supermarket itu.
"Jisoo Eonnie mengingatkan aku sama sosok kedua Eonnie aku" gumam Lalice "Eonnie deul, dimana kalian?" Lanjutnya sedih.
.
*
Rose memasuki mansion dengan raut wajah yang capek. Jennie juga sudah berpamitan pulang setelah menghantar Rose.
"Elo dari mana saja?!" Tanya Seojin
Langkah Rose terhenti. Dia menghela nafasnya dengan kasar. Hah~ ternyata Mama sama Papa tirinya itu sudah pulang.
"Kerja" sahut Rose singkat.
"Tadi gue lihat tidak ada bahan makanan di dapur. Elo tidak membelinya hah?!"
"A-aku lupa membelinya Ma"
"Terus besok pagi kita harus makan apa?!" Marah Seojin.
Rose menggigit bibir bawahnya. Mamanya memang kelihatan seram kalau sudah emosi.
"Keluar sekarang dan beli bahan makanan!" Lanjut Seojin melemparkan beberapa lembar uang didepan Rose.
Dengan segera Rose memungut uang itu "Mama mau kemana?"
"Gue punya urusan sama teman gue" sahut Seojin "Papa elo lagi istirahat dikamar. Pastikan elo sama Lalice tidak bikin keributan!" Lanjutnya berganjak pergi dari mansion itu.
Rose menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia baru saja pulang tapi sekarang dia harus kembali keluar. Hah~ tidak ada pilihan lagi, akhirnya dia terpaksa keluar berbelanja di supermarket yang tidak jauh dari komplek perumahannya itu.
:
:"Terima kasih untuk semuanya" ujar Lalice setelah mobil Jisoo terparkir didepan mansionnya.
"Mansion kamu gede juga ya. Kamu sepertinya anak orang kaya tapi kenapa kamu sama Rose bekerja?" Kepo Jisoo.
Lalice tersenyum miris "Ini hanya mansion Mama sama suami barunya. Aku sama Rose tidak berhak keatas mansion ini" sahutnya dan Jisoo hanya mengangguk paham "Ya sudah. Aku duluan ya. Eonnie juga pulangnya dengan hati hati. Sudah mau hujan"
"Iya Li" sahut Jisoo
Lalice tersenyum tipis dan berganjak keluar dari mobil itu. Setelah memastikan mobil Jisoo pergi, dia akhirnya berjalan memasuki mansion.
Bersamaan dengan itu, hujan mula turun dengan lebatnya. Semoga saja Jisoo selamat tiba dirumahnya, doa Lalice.
"Apa Chaeng sudah pulang?" Gumam Lalice berjalan kedapur. Dia haus si makanya dia membutuhkan minuman saat ini.
Setibanya di dapur, dia melihat segelas susu hangat bersama sebuah note.
-Untuk Lalice, adek kecil ku-
Lalice sontak tersenyum "Chaeng pengertian sekali" gumamnya yang langsung meminum susu hangat itu.
Setelah menghabiskannya, dia bergegas berganjak kekamar untuk bertemu kembarannya.
Tanpa dia sedari, ada sosok Yeongha yang memantau segalanya "Gampang banget kabulin bocah itu" gumamnya terkekeh sinis.
"Chaeng?" Lalice memanggil kembarannya itu. Dia kelihatan bingung si soalnya dia tidak melihat sosok Rose.
"Akhh" secara tiba tiba dia meringis sambil memegang kepalanya yang sakit itu. Kenapa pandangannya tiba tiba buram?
Ceklekk
Bersamaan dengan itu, Yeongha memasuki kamarnya dengan smirk khasnya.
"Ngapain lo disini?!" Tanya Lalice menahan pusing dikepalanya.
"Jangan galak galak sayang. Sekarang hanya ada kita berdua" seringai Yeongha.
Lalice ingin kabur namun dia tidak bisa. Sial! Sekarang dia sadar kalau dia sudah dijebak.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Until We Meet Again✅
FanfictionPerpisahan yang tidak pernah diinginkan akhirnya terjadi membuatkan ke4 saudara saling tidak mengenali. Akankah takdir mempertemukan mereka kembali? Siblings 📌 Blackpink 📌