-6-

1.8K 258 10
                                    

Pagi sudah tiba dan kedua pasangan kembar ini sudah berjalan bersama untuk menuju ketaman dengan tangan yang saling bergandengan. Mereka sudah menyiapkan sarapan untuk Seojin dan Yeongha makanya sekarang mereka bisa keluar untuk menikmati hari mereka.

"Kalau punya sepeda pasti seru nih" ujar Lalice.

"Tapi sekarang juga sudah seru kok" ujar Rose.

"Kenapa seru?" tanya Lalice.

Rose merangkul sang adek "Karena Eonnie bisa menghabiskan waktu berdua sama kamu. Bersama kamu adalah hal yang terindah dihidup Eonnie"

Perkataan itu sontak membuatkan Lalice tersenyum haru "Makanya Eonnie tidak bisa tinggalin aku! Eonnie harus terus disamping aku"

Rose menarik Lalice duduk dibangku kosong yang ada ditaman "Eonnie juga tidak ingin tinggalin kamu tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan" dia beralih menggenggam kedua tangan Lalice "Apa pun yang terjadi, kamu harus berjanji sama Eonnie kalau kamu akan menjadi sosok yang kuat ya"

Lalice tersenyum "Aku memang adek Eonnie yang kuat loh"

"Baguslah" ujar Rose beralih menatap danau didepan mereka.

"Chaeng-ah" panggil Lalice setelah suasana hening untuk beberapa detik.

"Hurm?" sahut Rose tanpa menatap sang adek.

"Apa kita bakalan kembali berkumpul sama Papa dan kedua Eonnie kita?"

Pertanyaan itu membuatkan Rose sontak beralih menatap sang adek "Kita doakan saja semoga kita bisa kembali berkumpul sama mereka ya"

"Apa kehidupan mereka sama seperti kita? Ah, pasti tidak mungkin bukan. Papa pasti akan memberi kasih sayang yang cukup untuk mereka" ujar Lalice dengan air mata yang sudah mengalir keluar.

Air mata Rose ikut mengalir keluar namun dia langsung saja menghapusnya. Dia harus kuat saat ini. Sang adek hanya mempunyai dirinya makanya dia harus menjadi kuat "Eonnie akan berusaha menyatukan kita semua kembali" ujar Rose menghapus air mata Lalice.

Kembarannya itu tersenyum tipis "Sekarang kita berdua hanya harus bertahan hidup" Lalice meletakkan kepalanya dipundak sang Eonnie.

Hah~

Rasanya nyaman sekali.

Angin yang indah juga menerpa mereka berdua membuatkan suasana hening menyelimuti mereka.

Deg

Secara tiba tiba Rose merasakan sakit disekujur badannya. Badannya kaku dan sulit untuk digerakkan "L-Lisa-ya" panggilnya

"Hurm?" sahut Lalice

"A-appo" lirih Rose tidak mampu menahan air matanya lagi.

Lalice sontak beralih menatap kembarannya itu "Chaeng-ah. Apa yang sakit!?" khawatirnya.

Rose menggeleng "Appo" hanya itu yang bisa dia katakan saat ini.

Mata Lalice melotot ketika melihat darah segar mengalir keluar dari hidung kembarannya itu "Chaeng-ah. Kamu mimisan"ujarnya

Rose menatap Lalice dengan mata sayunya. Pandangannya buram dan rasa sakit terus menjalar disekujur badannya. Tidak butuh waktu yang lama, kepalanya jatuh dipundak Lalice dan dia sudah tidak sadarkan dirinya.

"Chaeyoung-ah!" pekik Lalice histeris.

Dengan sekuat tenaganya Lalice menggendong Rose dipunggungnya. Dia berlari kecil untuk menuju kerumah sakit yang kebetulan tidak jauh dari tempatnya itu.













:
:

"Melamun apaan si Eon?" Jisoo tersentak kaget ketika Jennie muncul disampingnya.

"Jen, kagetin saja ih!" gerutu Jisoo.

Jennie terkekeh kecil "Lagian Eonnie lagi melamun apaan si"

"Eonnie tidak tahu" sahut Jisoo jujur "Tiba tiba saja firasat Eonnie tidak enak" lanjutnya.

Jennie terdiam untuk beberapa detik. Tidak bisa dipungkiri kalau firasatnya juga tidak enak "Papa baik baik saja bukan?"

Jisoo mengangguk "Tadi Eonnie sudah menelfon Papa dan Papa lagi berada di kamar hotel untuk istirahat"

"Apa ada sesuatu yang buruk terjadi sama adek kembar kita?" Jisoo menegang setelah mendengar tebakan Jennie "Gimana kalau sesuatu yang buruk terjadi sama mereka Eon?" lanjut Jennie khawatir.

Jisoo memeluk Jennie dari samping "Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik saja buat mereka. Mama juga pasti menjaga mereka dengan baik" ujarnya berusaha menenangkan sang adek.








:
:

Lalice menunggu didepan ruangan UGD dengan perasaan khawatirnya. Jantungnya terus berdetak dengan kencang dengan badannya yang sudah berkeringat dingin.

"Chaeng-ah. Jangan seperti ini. Aku sudah tidak ada siapa siapa lagi Chaeng-ah" gumamnya dengan mata berkaca kaca.

Ceklekk

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan UGD dibuka membuatkan Lalice bergegas bangkit menghampiri sang Dokter.

"Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter Joy.

"Saya kembarannya Dok" sahut Lalice.

"Apa orang tua kalian bisa kemari? Saya harus berbicara sesuatu sama mereka"

Lalice menggeleng dengan cepat "Orang tua kami sudah tidak ada Dok. Kami hanya tinggal berdua" untuk kali ini dia terpaksa berbohong. Toh sang Mama juga pasti tidak akan peduli si "Dokter bisa berbicara sama saya saja. Saya juga harus tahu kondisi kembaran saya itu" lanjutnya.

Dokter Joy menghela nafasnya "Untuk sekarang saya belum bisa memastikan apa yang terjadi sama Nona Rose. Pihak rumah sakit sudah melakukan tes kesehatan Nona Rose dan hasilnya bakalan keluar besok. Untuk sekarang Nona Rose harus menginap dirumah sakit duluan karena kondisi badannya masih lemes"

"Baiklah Dok. Tolong selamatkan kembaran saya itu. Saya sudah tidak punya siapa siapa Dok" pinta Lalice.

"Kami akan berusaha yang terbaik" sahut Dokter Joy dan berpamitan pergi dari sana.

Lalice pula memilih untuk menunggu disana agar dia bisa mengikuti brankar kembarannya yang akan dibawa keruang inap itu.












  Tekan
   👇

Until We Meet Again✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang