Bab 8

4.7K 418 19
                                    

Bagian 8

Rasa sakit yang kurasakan ternyata bertahan hingga berbulan-bulan. Namun aku tidak menyangka rasa sakit itulah yang banyak membantuku berjalan jauh. Bang Sasran masih sering datang pada enam bulan pertama. Begitu juga Kak Sidni. Namun seiring berjalannya waktu hingga masuk tahun ketiga, kami sama sekali tak pernah lagi berkomunikasi. Awalnya aku merasa terasing, seiring berjalannya waktu aku bisa menerimanya dengan hati lapang.

Aku melaksanakan semua tugasku dengan baik. Rajin ke kampus tepat waktu, melakukan kegiatan, hingga bekerja partime saat malam hari. Mungkin, karena aku terbiasa mengerjakan banyak hal saat numpang dulu, hingga mengerjakan tugas kuliah dan lanjut kerja part time tidak menjadi beban untukku. Aku mendapat beasiswa saat mauk semester dua, dan berjalan hingga masuk semester lima. Namun syarat dari beasiswa itu adalah, penerima beasiswa tidak diijinkan untuk cuti dan diharuskan mendapatkan nilai baik.

Awalnya aku yakin bisa terus menerus mendapatkan beasiswa itu asal aku berhemat dan rajin kuliah. Namun, saat seorang senior menawariku menjadi model sebuah produk selama sehari dengan bayaran lebih besar dari gajiku sebagai karyawan part time di café, semua hal dalam kepalaku berubah. Aku mulai merawat diriku dengan baik, dan menjadi langganan salon dan klinik demi menunjang penampilanku sebagai model part time. Aku mengambil semua jenis pekerjaan sepanjang itu tidak melanggar privasiku, dan yang mempekerjakanku tahu itu.

Namun yang tidak kusangka adalah jika pekerjaan yang awalnya kugeluti secara iseng, karena mampu membuatku membayar biaya semester kuliah, nyatanya menjadi pekerjaan yang membuatku menghasilkan banyak uang. Awal semester tahun lalu, aku memutuskan cuti dari kuliah karena menerima tawaran salah satu senior yang aktif di teater kampus bermain dalam sebuah film. Karakter yang mereka cari sangat cocok dengan peran yang sedang kosong. Film yang akhirnya membuatku terlibat membintangi satu iklan ke iklan lainnya. Meski tidak setenar artis lainnya, aku bersyukur bisa membeli semua kebutuhanku tanpa perlu menabung selama bertahun-tahun.

Aku lalu memutuskan kembali melanjutkan kuliah saat proses shooting berakhir dan hanya menerima pekerjaan diakhir pekan. Kini, Uti tinggal bersamaku di salah satu rumah kontrakan sederhana yang kubayar menggunakan uang dari hasil jerih payahku. Uti tidak lagi tinggal di pesisir, lima tahun sejak aku pergi, Uti juga pergi meninggalkan tempat itu dan memutuskan tinggal di Surabaya hingga aku yang memintanya menemaniku tinggal di jogja. Sebenarnya, sejak lama aku sudah siap dengan pejelasan Uti, jika peluang kemungkinan bapakku telah meninggal adalah benar. Namun karena hingga hari ini tak ada apapun yang ditemukan, dan ketiadaan anggota keluarga yang melaporkan, semuanya menjadi simpang siur. Uti juga tidak tahu bagaimana status kehilangan Ayahku. Satu-satunya cara agar semua diselidiki adalah, aku harus sabar hingga waktunya tiba. Aku yakin sebagai anak dari seorang abdi masyarakat, ada hak bapak yang juga harus kuperjuangkan.

Saat sibuk dengan masalah penempatanku sebagai tenaga Kesehatan setelah berhasil lolos ujian UKMPPD (Ujian komptensi mahasiswa program profesi dokter) pada percobaan ke tiga, aku Bahagia saat namaku bisa lolos di seleksi Nasional. Beberapa temanku mendaftar pada seleksi lokal, namun sejak awal aku memang bertujuan untuk memilih wilayah yang dekat dengan tempat yang bisa membuatku mendapatkan akses informasi tentang Bapak.

Sebuah pesan di akun media sosialku datang. Pesan dari Sidni yang mengabarkan jika dia telah bertunangan, dan lima bulan lagi akan melangsungkan pernikahan. Aku tersenyum membalas pesannya. Menyadari kak Sidni tidak melupakanku adalah sesuatu yang membuat pagiku hangat. Hampir delapan tahun lamanya aku meninggalkan rumah itu, dan sekalipun tidak pernah datang berkunjung.

Aku menepati janjiku pada bang Sultan. Tidak lagi menemui Sunan atau menggubris pesan Sasran secara berlebihan. Kabar terakhir yang aku dengar bang Sasran telah berhasil memenuhi jam terbangnya. Kini dia adalah seorang Pilot dari salah satu maskapai internasional. Bang Sunan tidak kalah mentereng, ia memutuskan berpindah kerja dari rumah sakit kampus, menjadi dokter mata di salah satu rumah sakit mata di Jakarta. Tidak sulit mencari nama Bang Sunan di internet. Sejak dulu, aku akui, Bang Sunan paling menarik diantara saudaranya. Namun aku sama sekali tidak mendapatkan kabar tentang Bang Sultan, tentu tidak pernah terlintas untuk mengetahui kabarnya.

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang