Bab 35

3.5K 265 4
                                    

Bagian 35

Sepuluh tahun yang lalu saat usiaku memasuki angka tujuh belas tahun. Tahun ketigaku di rumah bu Sinan, aku sadar jika aku menarik. Sepupu Bang Sasran beberapa mulai mengajakku jalan secara sembunyi. Bahkan ada yang mengancamku. Aku beruntung bisa selamat dari pelecehan tanpa pernah melaporkannya, namun berita jika aku pernah menggoda sepupu Bang Sasran menyebar bagai virus. Aku mendapatkan tatapan miring dari tante Bang Sasran dan beberapa kali dilaporkan.

Aku membela diri dihadapan Bu Sinan. Beliau memintaku sabar namun tak juga membenarkan Tindakan apalagi turut membelaku tapi aku dilindungi dengan memintaku tidak usah keluar kamar jika para pria itu berkunjung. Aku tahu posisi bu Sinan, aku sadar jika posisiku tidak baik. Lagipula siapa yang akan percaya jika pria sekaliber keluarga Bang Sasran menggodaku dan berusaha mengambil keuntungan dariku? Tidak ada.  Aku mengungkapkan kebenaran namun semua hal itu tidak pernah membuat para sepupu Bang Sasran jera hingga suatu hari Bang Sunan yang bertindak. Aku ingat kata-kata bang Sunan kala itu.
"Perbuatan kalian terekam dalam CCTV. Sekali lagi aku melihat kelakuan kalian seperti itu maka aku tidak akan segan-segan memberi kalian pelajaran. Kemudian akan kubiarkan Bang Sultan tahu kelakukan kalian sehingga dia tidak akan melepaskan kalian jika tahu apa yang kalian perbuat pada gadis yang dia bawa pulang dari tempat tugas."

Sejak saat itu tak ada lagi gangguan yang aku terima. Aku bisa selamat dan tetap menjalani hari-hari dengan tenang dalam rumah itu dan mulai patuh sama arahan Bang Sunan. Dalam rumah itu selain Mbak Sastri, semuanya menerimaku dengan baik. Sangat baik. Maka, aku tidak mungkin mengesampingkan semua kebaikan yang aku terima hanya karena sikap Mbak Sastri. Aku sangat dekat dengan Sean dan mengurus dengan baik anak kecil itu hingga dia berumur lima tahun. Aku dekat dengan Silvi hingga banyak membantunya melewati masa remajanya dulu. Sesekali kami masih sering saling menyapa lewat media sosial. Aku sering mengiriminya hadiah saat ulang tahun.

"Astaga... kamu tahu bukan itu maksudku Disa. Abang hanya tidak habis pikir sama kegilaan kamu, kamu jelas tahu di rumah itu yang benar-benar peduli sama kamu itu hanya aku. Ya... oke Sunan juga. Aku masih bisa mikir rasional kalau itu Sunan, secara kalian sering ketemu saat kamu koas. Kalau abangku? Apa benar hanya empat bulan kalian sama-sama terus bikin kamu setuju? Siapa yang pertama kali mengajak nikah? Tidak mungkin kamu apalagi Abangku, sebenarnya ada apa ini?"

"Bang... semuanya terjadi begitu saja, mengalir. Disa sulit jelasin sebabnya. Aku membutuhkan Bang Sultan, dan begitupun sebaliknya. Di tempat Disa tugas, hanya Bang Sultan yang bisa dengan cepat bisa Disa minta bantuan kalau ada apa-apa, Apakah Bang Sasran masih menganggap itu aneh?"

Lalu bang Sasran tersenyum Sinis.

"Tapi bukan Tindakan berani seperti ini Disa. Kamu tahu kan Abangku? Kalau kamu berharap akan baik-baik saja hidup bersama dia maka kamu akan salah besar. Atau... apa kamu termasuk Wanita yang menyukai pria hubungan dengan berseragam?"

Aku melenguh. Melihat jam di tangan yang menunjukkan pukul sebelas malam. "Intinya keputusan Disa udah gak bisa diganggu Bang."

"Atau kamu gak yakin dengan perlindunganku Disa? Apakah memilih aku gak bisa buat kamu memiliki rasa aman? Coba kamu bantu jelasin biar aku paham, aku sungguh tidak paham alasan kamu."

"Baik. Kalau alasan Disa ini bisa mengurangi kekhawatiran Bang Sasran maka, Disa akan bilang. Tapi Disa mohon, jika ini hanya antara kita."

Wajah bang Sasran masih mengindikasikan jika dia menungguku melanjutkan ucapan.

"Hanya dengan menjadi istri bang Sultan, Disa bisa menemukan alasan dibalik menghilangkan Ayah Disa, sekaligus membalas Budi."

Ada jeda selama sepersekian detik. Lalu keheningan berlanjut setelah Bang sasran mengganti posisi duduknya seolah ingin mencerna ucapanku.

Jodoh Beda UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang